Saya Salah Apa?

Senin, 11 Mei 2015 - 09:02 WIB
Saya Salah Apa?
Saya Salah Apa?
A A A
Ketua Umum (Ketum) PSSI La Nyalla Mattaliti berbicara terbuka kondisi sepak bola Indonesia. Mulai suara minor di Kongres PSSI, ancaman sanksi FIFA, hingga pembentukan tim transisi oleh Menpora.

Beberapa kali mengutip ayat suci Alquran, La Nyalla menjawab semua pertanyaan KORAN SINDO dengan tegas. Berikut kutipan hasil wawancaranya:

Kisruh yang terjadi sekarang bermula dari Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Surabaya. Kabarnya, Anda terpilih sebagai ketua dengan suara mutlak karena ada intervensi tepatnya tekanan kepada Joko Driyono yang disebut sebagai pesaing terkuat di KLB sehingga dia mundur?

Yang menekan siapa? Tanyakan saja langsung kepada saudara Joko. Kami punya strategi, salah satunya saya suruh Joko maju, Djohar (Arifin Husin) juga maju. Tapi, kankami sudah punya komitmen bahwa mereka ini pendukung saya. Kalau kemudian ada isu-isu Joko diintimidasi, itu bohong. Tanyakan saja kepada yang bersangkutan merasa diintimidasi atau tidak.

Jadi, benar tidak ada intimidasi itu?

Jika dia bilang iya, saya mau tanya siapa yang mengintimidasi. Kalau saya yang intimidasi, tidak mungkin saya mengintimidasi. Joko itu teman baik saya, dia sekretaris saya selama ini. Tidak mungkin saya intimidasi. Lagi pula yang meminta Joko maju adalah saya. Itu hanya orang yang tidak suka, mengembangngembangkan. Saya sempat tanya Joko, ’Kok,ada seperti ini Mas?’. Joko bilang ’Tidak tahu Pak, saya juga bingung’. Jadi, tidak betul itu.

Ketika Kongres AFC di Bahrain, apa yang Anda sampaikan ke Sepp Blatter (Presiden FIFA) dan AFC soal sepak bola Indonesia. Sebab, selama ini hanya ada surat, tapi tidak tahu persis apa yang terjadi?

Saya rasa apa yang terjadi di Indonesia harus saya sampaikan. Sebab, seharusnya Indonesia sudah di-suspendbegitu PSSI dibekukan oleh Menpora (17 April). Di situ ada intervensi. Akan tetapi perlu diingat, yang Menpora tidak tahu adalah dia beranggapan jika PSSI dibekukan, dia beranggapan kepengurusan PSSI yang ada saat ini tidak berlaku. Otomatis di-suspendjuga oleh FIFA, padahal tidak begitu.

Mengapa Anda yakin dengan hal itu?

Saya tanya ke FIFA, mereka justru mengakui kepengurusan saya. Mereka malah menyatakan single majority. Angka kamu 92 suara, lawan kamu hanya 14. Ini satu kekuatan besar untuk kamu menyatukan sepak bola Indonesia. Itu yang disampaikan Blatter. Kemudian, Shaikh Salman (Presiden AFC) mengatakan bahwa kepengurusan kamu tidak bisa diutik-utik sampai 2019.

Lalu, apa yang mereka katakan soal suspenduntuk sepak bola Indonesia?

Lalu dia (Blatter) menyatakan ini harus di-suspend, tapi saya bilang jangan dulu. Nanti saya usahakan mengadakan pendekatan. Mereka kasih usul, kalau begitu PSSI tulis surat kepada Menpora. Ingatkan bahwa kalau sampai Indonesia disuspend, berarti Indonesia tidak bisa mengikuti SEA Games, tidak bisa mengikuti Pra-Piala Dunia, tidak bisa menjadi tuan rumah U-16, tidak bisa jadi tuan rumah U-19.

Satu sisi ada yang menyatakan, jika target Menpora adalah suspend, lalu kenapa kemudian PSSI lebih cenderung tidak usah suspenddulu? Mengapa tidak jatuh satu, jatuh semua?

Ohtidak, salah jika berpikir seperti itu. Kalau Indonesia disuspend, yang rugi itu adalah bangsa Indonesia. Kalau saya tidak ada kaitannya. Dengan PSSI tidak bisa berhubungan dengan luar, bukan PSSI yang rugi. Yang rugi bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia tidak bisa berperan di luar. Tidak bisa mendatangkan pemain asing, tidak bisa mendatangkan klub asing. Pemain-pemain Indonesia yang bagus tidak bisa dipakai sama dunia luar. Yang rugi semuanya.

Jika Indonesia disanksi, bayangan Anda seperti apa sepak bola Indonesia?

Ya, itu tadi yang akan terjadi dengan sepak bola Indonesia. Tapi, ingat saya tidak ada urusan sepak bola suspendatau tidak suspend. Saya sebagai ketua umum PSSI akan terus menjalankan tugas saya memajukan sepak bola Indonesia, apa pun yang terjadi. Saya tetap jalan seperti menjalankan pembinaan usia dini, kepentingan organisasi juga terus berjalan.

Ada yang berkata, kalau bukan La Nyalla yang terpilih, situasi sepak bola tidak seperti ini. Mengapa hal itu terjadi menurut Anda?

Saya tidak tahu. Tanyakan hal itu kepada Menpora. Saya tidak pernah merasa bersinggungan dengan dia. Tidak pernah merasa kerja sama dia. Kalau terus personal ke saya, berbicara ke saya apa salah saya? Kalau tidak personal, apa lagi? Saya tiga kali datang ke sana, tapi dia tidak pernah mau bertemu.

Apa yang ingin Anda sampaikan jika pertemuan itu bisa betulbetul terjadi?

Pertama yang ingin saya tanyakan ke saudara Imam Nahrawi, saya salah apa? Kalau memang saya salah, saya sebagai laki-laki akan meminta maaf. Tapi kalau saya tidak salah, masa saya harus minta maaf. Saya tidak berpikir itu karena saya hanya berpikir memajukan sepak bola. Saya anggap dia sebagai penjabat pemerintah, saya hargai. Tapi, saya bukan bawahan dia dan dia bukan atasan saya. Bahwa saya dan Menpora bermitra.

Soal pertemuan dengan Menpora, beberapa kali Menpora menyatakan nomor teleponnya tidak berubah. Sebetulnya Anda masih punya atau tidak nomornya Pak Imam untuk melakukan komunikasi?

Ini saya pernah SMS ke dia beberapa kali tidak pernah dibalaskan (sambil memperlihatkan isi SMS kepada KORAN SINDO). Terakhir saya tanya, saya SMS lagi tidak dibalas. Dua nomor dia saya punya. Jadi, dia jangan jadi orang munafik. Waktu ditetapkan sebagai Menpora, saya datang menyampaikan selamat. Diterima baik-baik. Mengajak cipika-cipiki, ajak foto bareng. Lohkok bisa berubah? Ada apa?

Apakah masih ada jalan tengah terbaik untuk selesaikan ini, menurut Anda?

Cabut saja pembekuan itu. Jadi, kalau tetap bersikukuh untuk tidak mencabut, tidak akan ada jalan keluar. Indonesia pasti tinggal menunggu waktu di-suspend. Kalau soal apakah ada pengaruh dengan pengadilan (PTUN) sendiri, saya tidak terlalu berharap menang atau tidak. Saya hanya minta keikhlasan pemerintah untuk mencabut, karena apa yang dilakukan ini salah.

Soal kompetisi di bawah Tim Transisi, apa pendapat Anda?

Pesertanya siapa jika kompetisi di bawah Tim Transisi? Kalau peserta dari klub-klub ISL, percaya saya jika hal itu tidak mungkin terjadi. Sebab, klub-klub ini sudah sangat paham sekali jika mereka ikut breakaway league, secara otomatis mereka akan keluar dari PSSI. Contohnya sudah ada, Persema Malang dan Persibo Bojonegoro.

Apa yang membuat Anda begitu yakin, klub-klub tersebut tidak akan tampil di kompetisi yang disiapkan Tim Transisi?

Klub-klub di ISL ini apakah mereka akan dizalimi terus? Belum tentu. Sekarang iya kalau Imam Nahrawi jadi Menpora terus, kalau tidak? Iya kalau dia (Menpora) bisa menghadapi people power? Kalau akhirnya mengalah, kandibuka. Jadi, tidak mungkin. Kami semua berdoa dia dikembalikan ke jalan yang benar.

Ma’ruf/decky irawan jasri
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4893 seconds (0.1#10.140)