Begini Cara Zidane Ubah Madrid Jadi 'Monster' Hentikan Dominasi Barca
Kamis, 16 Juli 2020 - 11:33 WIB
MADRID - Real Madrid tinggal selangkah lagi menjuarai Primera Liga musim ini. Keberadaan dan sentuhan midas Pelatih Zinedine Zidane menjadi faktor utama keberhasilan Los Blancos berpeluang menghentikan dominasi Barcelona.
Dikenal sebagai pemain sukses di dunia saat aktif bermain, terjunnya Zidane ke ranah kepelatihan dilalui dengan proses panjang. Dimulai sebagai direktur olahraga (Juli 2011), asisten pelatih (2013), dan pelatih tim Castilla (Juni 2014) hingga ditunjuk menjadi pelatih utama Los Blancos pada Januari 2016 setelah Rafael Benitez dipecat.
Peran berbeda di beberapa jabatan tersebut membuat pengetahuan Zidane semakin luas dan mendapatkan rasa hormat dari seluruh pemain di ruang ganti. Dari perspektif taktis, pendekatan Zidane adalah tentang memainkan sepak bola ofensif, menciptakan struktur pertahanan yang solid, dan memberikan kebebasan kepada para pemainnya mengekspresikan diri.
Pelatih berusia 48 tahun tersebut juga fleksibel dalam menerapkan formasi. Zidane menekankan pentingnya level fisik pemain dan lebih suka memilih pemain yang memberikan dampak besar terhadap tim. Kemampuannya mengelola dan memotivasi beberapa pemain kelas dunia, menciptakan lingkungan tim yang baik, membina hubungan profesional, dan mental pemenang yang kuat membuat Madrid menenggelamkan Barcelona yang sempat dominan di era Pep Guardiola. (Baca: Sanksi Bagi Pelanggar protokol Kesehatan, Efektifkah?)
Hasilnya, di periode pertamanya (2016 - 2018), Zidane sukses mempersembahkan Primera Liga: 2016/2017, Piala Super Spanyol: 2017, Liga Champions : 2015/2016, 2016/2017, 2017/2018, Piala Super Eropa: 2016, 2017, dan Piala Dunia Antarklub: 2016, 2017.
"Dengan melihat ke belakang, Anda dapat memahami mengapa dia menjadi pelatih. Dia seperti spons. Dia banyak mendengarkan. Dia bukan seseorang yang banyak bicara, tapi dia mendengarkan dan mengamati," kata penulis Biografi Zidane, Frederic Hermel, dikutip bleacherreport.com.
Tidaklah mengherankan jika Presiden Florentino Perez memanggilnya kembali pada 11 Maret 2019. Zidane menyelamatkan Madrid dari keruntuhan yang disebabkan Julen Lopetegui (Juni - Oktober 2018) dan Santiago Solari (Oktober 2018 - Maret 2019).
Menempati urutan ketiga klasemen Primera Liga musim 2018/2019, Zidane ditugaskan mengembalikan Madrid ke trek juara. Pengalamannya saat menukangi tim di periode pertama penuh kesuksesan memudahkannya merekonstruksi Madrid. (Baca juga: Pertarungan Setengah Hati di Laut China Selatan)
Fondasi utamanya adalah memaksimalkan potensi pemain muda ke tim utama seperti Federico Valverde, 21; Brahim Diaz, 20; Vinicius Jr, 20; Rodrygo Goes, 19; dan Eder Gabriel Militao, 22.
Dikenal sebagai pemain sukses di dunia saat aktif bermain, terjunnya Zidane ke ranah kepelatihan dilalui dengan proses panjang. Dimulai sebagai direktur olahraga (Juli 2011), asisten pelatih (2013), dan pelatih tim Castilla (Juni 2014) hingga ditunjuk menjadi pelatih utama Los Blancos pada Januari 2016 setelah Rafael Benitez dipecat.
Peran berbeda di beberapa jabatan tersebut membuat pengetahuan Zidane semakin luas dan mendapatkan rasa hormat dari seluruh pemain di ruang ganti. Dari perspektif taktis, pendekatan Zidane adalah tentang memainkan sepak bola ofensif, menciptakan struktur pertahanan yang solid, dan memberikan kebebasan kepada para pemainnya mengekspresikan diri.
Pelatih berusia 48 tahun tersebut juga fleksibel dalam menerapkan formasi. Zidane menekankan pentingnya level fisik pemain dan lebih suka memilih pemain yang memberikan dampak besar terhadap tim. Kemampuannya mengelola dan memotivasi beberapa pemain kelas dunia, menciptakan lingkungan tim yang baik, membina hubungan profesional, dan mental pemenang yang kuat membuat Madrid menenggelamkan Barcelona yang sempat dominan di era Pep Guardiola. (Baca: Sanksi Bagi Pelanggar protokol Kesehatan, Efektifkah?)
Hasilnya, di periode pertamanya (2016 - 2018), Zidane sukses mempersembahkan Primera Liga: 2016/2017, Piala Super Spanyol: 2017, Liga Champions : 2015/2016, 2016/2017, 2017/2018, Piala Super Eropa: 2016, 2017, dan Piala Dunia Antarklub: 2016, 2017.
"Dengan melihat ke belakang, Anda dapat memahami mengapa dia menjadi pelatih. Dia seperti spons. Dia banyak mendengarkan. Dia bukan seseorang yang banyak bicara, tapi dia mendengarkan dan mengamati," kata penulis Biografi Zidane, Frederic Hermel, dikutip bleacherreport.com.
Tidaklah mengherankan jika Presiden Florentino Perez memanggilnya kembali pada 11 Maret 2019. Zidane menyelamatkan Madrid dari keruntuhan yang disebabkan Julen Lopetegui (Juni - Oktober 2018) dan Santiago Solari (Oktober 2018 - Maret 2019).
Menempati urutan ketiga klasemen Primera Liga musim 2018/2019, Zidane ditugaskan mengembalikan Madrid ke trek juara. Pengalamannya saat menukangi tim di periode pertama penuh kesuksesan memudahkannya merekonstruksi Madrid. (Baca juga: Pertarungan Setengah Hati di Laut China Selatan)
Fondasi utamanya adalah memaksimalkan potensi pemain muda ke tim utama seperti Federico Valverde, 21; Brahim Diaz, 20; Vinicius Jr, 20; Rodrygo Goes, 19; dan Eder Gabriel Militao, 22.
Lihat Juga :
tulis komentar anda