Menghapus Masa Lalu
Rabu, 19 Agustus 2020 - 16:03 WIB
Seperti yang diperlihatkan Lyon. Meski terseok-seok di kompetisi domestik (menempati peringkat 7 klasemen akhir), tapi memperlihatkan kematangan berbeda di Liga Champions. Sukses Lyon menyingkirkan Juventus dengan Cristiano Ronaldo di dalamnya, memulangkan Manchester City 1-3 tim yang telah menundukkan Real Madrid di babak 16 besar, bukan sebuah keberuntungan
Lyon punya kekuatan dari sisi kolektivitas dan fleksibilitas permainan yang harus diwaspadi Bayern. Seperti saat melawan Juventus dan Man City. Pelatih Lyon Rudi Garcia bisa membuat timnya bermain kompak dan mampu melakukan transisi yang sangat baik antara periode menyerang dengan intens tinggi, dan pertahanan yang cerdik.
Serangan Lyon juga mematikan dan efektif. Jika Bayern memiliki Robert Lewandowski dan Thomas Mueller, Lyon punya Memphis Depay dan Toko Ekambi: Dua pemain yang suka berlari di belakang pertahanan lawan dan memanfaatkan ruang-ruang besar yang cenderung ditinggalkan tim dengan taktik pertahanana garis tinggi.
Lini engah Les Gones juga menjadi senjata tersendiri. Ada Houssem Aouar, Bruno Guimaraes, dan Maxence Caqueret yang membentuk trisula, bekerja dalam segitiga menutup saluran saat ada tekanan tapi cepat dalam membantu serangan. Ketiganya juga penggiring yang bagus, bisa bertindak sebagai pengatur ritme, dan bisa mendikte jalannya pertandingan. (Lihat videonya: Waspada! Kini Beredar Emas Palsu yang Dicampur Perak)
“Kami tahu siapa yang akan kami hadapi selanjutnya. Kami menyingkirkan Juventus yang menjadi salah satu pesaing untuk memenangkan Liga Champions , dan kini Manchester City yang juga menjadi pesaing kuat menjuarai Liga Champions," kata Garcia.
Secara khusus, dia sudah melupakan pengalaman pahit karena saat bersama AS Roma, dipermalukan 1-7 oleh Bayern. "Ketika Anda berada di empat besar kami bisa mengatakan bahwa kami pantas berada di sana dan jika kami mencapai final maka artinya kami benar-benar pantas mendapatkannya," tandasnya. (Maruf)
Lihat Juga: Tragedi Berdarah di Belgrade: Pau Cubarsi Butuh 10 Jahitan di Wajah usai Diterjang Tendangan
Lyon punya kekuatan dari sisi kolektivitas dan fleksibilitas permainan yang harus diwaspadi Bayern. Seperti saat melawan Juventus dan Man City. Pelatih Lyon Rudi Garcia bisa membuat timnya bermain kompak dan mampu melakukan transisi yang sangat baik antara periode menyerang dengan intens tinggi, dan pertahanan yang cerdik.
Serangan Lyon juga mematikan dan efektif. Jika Bayern memiliki Robert Lewandowski dan Thomas Mueller, Lyon punya Memphis Depay dan Toko Ekambi: Dua pemain yang suka berlari di belakang pertahanan lawan dan memanfaatkan ruang-ruang besar yang cenderung ditinggalkan tim dengan taktik pertahanana garis tinggi.
Lini engah Les Gones juga menjadi senjata tersendiri. Ada Houssem Aouar, Bruno Guimaraes, dan Maxence Caqueret yang membentuk trisula, bekerja dalam segitiga menutup saluran saat ada tekanan tapi cepat dalam membantu serangan. Ketiganya juga penggiring yang bagus, bisa bertindak sebagai pengatur ritme, dan bisa mendikte jalannya pertandingan. (Lihat videonya: Waspada! Kini Beredar Emas Palsu yang Dicampur Perak)
“Kami tahu siapa yang akan kami hadapi selanjutnya. Kami menyingkirkan Juventus yang menjadi salah satu pesaing untuk memenangkan Liga Champions , dan kini Manchester City yang juga menjadi pesaing kuat menjuarai Liga Champions," kata Garcia.
Secara khusus, dia sudah melupakan pengalaman pahit karena saat bersama AS Roma, dipermalukan 1-7 oleh Bayern. "Ketika Anda berada di empat besar kami bisa mengatakan bahwa kami pantas berada di sana dan jika kami mencapai final maka artinya kami benar-benar pantas mendapatkannya," tandasnya. (Maruf)
Lihat Juga: Tragedi Berdarah di Belgrade: Pau Cubarsi Butuh 10 Jahitan di Wajah usai Diterjang Tendangan
(ysw)
tulis komentar anda