Timnas Jerman, VAR dan Beruntungnya Gol Tangan Tuhan Maradona
Minggu, 30 Juni 2024 - 13:01 WIB
JAKARTA - Teknologi offside menyelamatkan Jerman usai wasit Stuart Attwell memanfaatkan Video Assistant Referee (VAR), prosedur bantuan teknologi untuk membantu asisten wasit meninjau tayangan ulang sebuah insiden dalam permainan sepak bola.
Ya, bek tengah Denmark, Andersen tidak bisa berbuat banyak untuk menghindari umpan silang David Raum yang mengenai tangannya di dalam kotak penalti. Wasit asal Inggris, Michael Oliver tidak jelas melihat peristiwa itu, tetapi dia setuju bahwa lengan Andersen berada dalam posisi yang tidak wajar usai memanfaatkan VAR .
Dan tentu saja, Kai Havertz mengeksekusi penalti penuh dengan mencetak gol dari titik penalti pada menit ke-50. Ini memberi keuntungan bagi Jerman. Pasukan Der Panzer ini pun semakin pede di lapangan hingga Jamal Musiala mampu menggandakan keunggulan Jerman di menit ke-68, sekaligus mengunci kemenangan atas Denmark dengan skor 2-0. Itu membuat Tim Dinamit, julukan Denmark kecewa dan harus pulang dari pesta Euro 2024.
Bukan itu saja, VAR kerap menjadi pilihan dalam situasi krusial, bukan saja saat pelanggaran, tapi saat terjadi gol. VAR menjadi acuan dan menjadi jurus jitu untuk menguntungkan satu tim dan merugikan tim lain.
VAR memang dinilai masih kontroversi, di mana masih banyak orang menganggap VAR bisa membuat sebuah hiburan sepak bola terasa hambar. Berbeda dengan sebelumnya, di mana banyak gol cantik tercipta dengan sangat menghibur, tanpa ada VAR yang jadi kiblat.
Tengok saja gol ‘Tangan Tuhan’ Diego Maradona pada Piala Dunia 1986 ketika Argentina bertemu Inggris di perempat final. Saat itu kedudukan 0-0. Pada menit ke-51, Maradona membuat gol kontroversi dengan tangannya, tetapi disahkan oleh Ali Bennaceur, wasit asal Tunisia.
"Saya tidak berpikir itu curang. Saya percaya hanya tipu daya. Mungkin kami memiliki lebih banyak momen seperti itu di Amerika Selatan ketimbang di Eropa, tetapi itu tidak curang," ujar Maradona.
Aksi Maradona memberi sisi unik pada sepak bola, meski apa yang dilakukannya itu penuh kontroversi. Tapi, sekarang tidak, permainan sepak bola sangat berpijak pada VAR.
Ya, bek tengah Denmark, Andersen tidak bisa berbuat banyak untuk menghindari umpan silang David Raum yang mengenai tangannya di dalam kotak penalti. Wasit asal Inggris, Michael Oliver tidak jelas melihat peristiwa itu, tetapi dia setuju bahwa lengan Andersen berada dalam posisi yang tidak wajar usai memanfaatkan VAR .
Dan tentu saja, Kai Havertz mengeksekusi penalti penuh dengan mencetak gol dari titik penalti pada menit ke-50. Ini memberi keuntungan bagi Jerman. Pasukan Der Panzer ini pun semakin pede di lapangan hingga Jamal Musiala mampu menggandakan keunggulan Jerman di menit ke-68, sekaligus mengunci kemenangan atas Denmark dengan skor 2-0. Itu membuat Tim Dinamit, julukan Denmark kecewa dan harus pulang dari pesta Euro 2024.
Bukan itu saja, VAR kerap menjadi pilihan dalam situasi krusial, bukan saja saat pelanggaran, tapi saat terjadi gol. VAR menjadi acuan dan menjadi jurus jitu untuk menguntungkan satu tim dan merugikan tim lain.
VAR memang dinilai masih kontroversi, di mana masih banyak orang menganggap VAR bisa membuat sebuah hiburan sepak bola terasa hambar. Berbeda dengan sebelumnya, di mana banyak gol cantik tercipta dengan sangat menghibur, tanpa ada VAR yang jadi kiblat.
Tengok saja gol ‘Tangan Tuhan’ Diego Maradona pada Piala Dunia 1986 ketika Argentina bertemu Inggris di perempat final. Saat itu kedudukan 0-0. Pada menit ke-51, Maradona membuat gol kontroversi dengan tangannya, tetapi disahkan oleh Ali Bennaceur, wasit asal Tunisia.
"Saya tidak berpikir itu curang. Saya percaya hanya tipu daya. Mungkin kami memiliki lebih banyak momen seperti itu di Amerika Selatan ketimbang di Eropa, tetapi itu tidak curang," ujar Maradona.
Aksi Maradona memberi sisi unik pada sepak bola, meski apa yang dilakukannya itu penuh kontroversi. Tapi, sekarang tidak, permainan sepak bola sangat berpijak pada VAR.
tulis komentar anda