Dongeng Swiss Bikin Italia Kocar-kacir di Euro 2024

Minggu, 30 Juni 2024 - 23:38 WIB
Pemain Timnas Swiss Vincent Sierro diapit pemain Italia saat kedua negara bentrok di babak 16 besar Euro 2024. Foto: REUTERS/Angelika Warmuth
BERLIN - Italia, empat kali juara dunia dan dua kali juara Euro , berada di peringkat 10 FIFA, jauh di atas Swiss yang berada di peringkat 19. Namun, keunggulan di atas kertas ini tidak terlihat sama sekali di Olympia Stadion, Berlin, Sabtu (29/6/2024) petang. Granit Xhaka dan kawan-kawan berhasil membuat anak asuh Luciano Spalletti kocar-kacir di lapangan.

"Siapapun yang menang boleh saja, asal jangan adu penalti," kata Murat Yakin, pelatih Timnas Swiss, sehari sebelum kick-off dimulai.

Empat tahun silam, Murat Yakin menelan pil pahit saat melawan timnas besar. Meskipun berhasil menyamakan kedudukan 3-3 di perdelapan final Piala Eropa 2020, Granit Xhaka dan kawan-kawan tersingkir melalui adu penalti.



Murat Yakin kerap mengubah taktiknya di Piala Eropa 2024 . Melawan Hungaria, dia menurunkan Aebischer dan Duah. Menghadapi Skotlandia, dia memasang Xherdan Shaqiri. Sementara berhadapan dengan Jerman, Yakin menurunkan Ndoyeh.

Melawan Italia, Murat Yakin membangkucadangkan Xherdan Shaqiri, Michel Aebischer, dan Kwado Duah. Pelatih berdarah Turki ini memasang Ruben Vargas dan Dan Ndoyeh sejak awal pertandingan.

Italia, tetangga dari selatan yang menyumbangkan banyak imigran ke Swiss pada tahun 50-an, mengubah taktiknya secara drastis. Luciano Spalletti menurunkan enam pemain baru. Nyaris tersingkir saat menghadapi Kroasia di babak penyisihan grup, membuat Spalletti membongkar skuadnya.

Di lapangan hijau, juara dunia empat kali dan juara Eropa dua kali ini kelabakan. Breel Embolo nyaris membobol gawang Gianluigi Donnarumma, namun penjaga gawang tangguh itu tidak bisa berbuat banyak ketika Remo Freuler dan Ruben Vargas menemukan celah untuk membobol gawang Italia.

Swiss berhasil melaju ke perempat final. Public viewing di halaman belakang Hotel Schweizerhof menjadi sangat meriah. Botol minuman dilemparkan ke udara, hiruk-pikuk membahana. "Kami bukan Swiss yang kecil lagi," teriak salah satu penonton. Hal serupa terjadi di Saint Gallen, tempat nonton bareng terbesar di Heidiland.

Die Nati, julukan Timnas Swiss, sebenarnya bukan timnas yang bisa dipandang sebelah mata. Meskipun belum pernah juara dunia atau juara Eropa, Die Nati sering kali masuk ke perempat final turnamen dunia. Tercatat delapan kali masuk putaran delapan besar dan dua kali berhasil menjangkau perempat final.

"Saat ini, semua serba mungkin," kata Murat Yakin. Kendati demikian, Yakin harus berterima kasih atas nasib baik yang juga menaunginya. Beberapa kali gawang Swiss terselamatkan oleh mistar gawang yang dijaga Yann Sommer.

"Kalau saja mistarnya beberapa sentimeter ke kanan, hasilnya mungkin lain," kata Yakin. Dia mengenang bagaimana Fabian Schaer nyaris membuat gol bunuh diri di babak kedua.

Swiss akan berhadapan dengan Inggris atau Slovakia. Namun, Manuel Akanji, yang kini bermain untuk Manchester City, lebih memilih Inggris sebagai calon lawannya di perempat final. "Kami, sebagai pemain sepak bola dari Swiss, sering dianggap anak bawang di Inggris. Tentu saya ingin menunjukkan kemampuan kami di perempat final nanti," kata Akanji.
(sto)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More