Jeritan Muhammad Rachman Belum Dapat Tempat yang Layak di Indonesia (Bagian 2 Penutup)
Selasa, 22 September 2020 - 08:03 WIB
"Di sana (Blitar), saya membuat sasana sendiri. Yang lucu saat saya menghadapi juara bertahan di Bangkok, tiketnya kan Surabaya-Bangkok, Bangkok-Surabaya. Jadi saya berangkat dengan teman kerja (sahabat) saya. Saat saya akan menuju ke bandara, mobil kami sempat mogok di tol. Untungnya kami saat itu bisa memberhentikan taksi di jalan tol, dan taksi itu mau mengantarkan kami ke bandara Juanda. Dan di Bangkok saya menang KO. Ini hal yang langka dalam hidup saya (karena menang tanpa pelatih)," ungkap Muhammad Rachman.
Selama membuka Sasana sendiri, Muhammad Rachman sengaja membuat program sendiri. Mulai dari sparring parter, gizi, dan pola makan.
"Program latihan seorang juara dunia, selain M Yunus hanya saya yang tahu, termasuk gizi dan pola makan seperti sayuran, ikan, dan daging. Saya tidak pernah mengonsumsi vitamin."
Ary Sudarsono kemudian menyinggung apa yang didapat Muhammad Rachman setelah berhasil mengharumkan nama bangsa Indonesia, karena kan berbeda iklim tinju pro Indonesia dengan Amerika?
"Saya pikir begini. Bagi saya, itu merupakan hal. Yang terpenting, saya bisa menuliskan sejarah untuk diri saya dan negara ini. Itu yang menjadi tujuan saya."
Ary Sudarsono menimpali, tapi kan kita butuh hidup dan makan?
"Saya pikir apa yang telah saya berikan untuk negara, sekarang giliran negara memberikan penghargaan buat saya. Karena saya telah mengharumkan negara lewat tinju. Tetapi sampai hari ini....," sesal Muhammad Rachman.
Di akhir perbincangan, Muhammad Rachman berpesan pada petinju muda Indonesia untuk tampil disiplin dan sering-sering meminta pendapat para senior (mantan petinju) mengenai program latihan yang besar. Disamping itu, mereka juga harus melihat manajemen yang bagus dalam mengorbitkan mereka.
"Saya lihat banyak petinju muda Indonesia yang memiliki potensi menjadi juara dunia. Mereka tinggal disiplin dan berbincang dengan para senior mengenai program latihan yang benar seperti meningkatkan speed atau bertahan. Kemudian harus ditangani dengan promotor atau manajemen yang profesional. Dalam hal ini bisa mengorbitkan ke kejuaraan dunia," pungkas Muhammad Rachman.
Selama membuka Sasana sendiri, Muhammad Rachman sengaja membuat program sendiri. Mulai dari sparring parter, gizi, dan pola makan.
"Program latihan seorang juara dunia, selain M Yunus hanya saya yang tahu, termasuk gizi dan pola makan seperti sayuran, ikan, dan daging. Saya tidak pernah mengonsumsi vitamin."
Ary Sudarsono kemudian menyinggung apa yang didapat Muhammad Rachman setelah berhasil mengharumkan nama bangsa Indonesia, karena kan berbeda iklim tinju pro Indonesia dengan Amerika?
"Saya pikir begini. Bagi saya, itu merupakan hal. Yang terpenting, saya bisa menuliskan sejarah untuk diri saya dan negara ini. Itu yang menjadi tujuan saya."
Ary Sudarsono menimpali, tapi kan kita butuh hidup dan makan?
"Saya pikir apa yang telah saya berikan untuk negara, sekarang giliran negara memberikan penghargaan buat saya. Karena saya telah mengharumkan negara lewat tinju. Tetapi sampai hari ini....," sesal Muhammad Rachman.
Di akhir perbincangan, Muhammad Rachman berpesan pada petinju muda Indonesia untuk tampil disiplin dan sering-sering meminta pendapat para senior (mantan petinju) mengenai program latihan yang besar. Disamping itu, mereka juga harus melihat manajemen yang bagus dalam mengorbitkan mereka.
"Saya lihat banyak petinju muda Indonesia yang memiliki potensi menjadi juara dunia. Mereka tinggal disiplin dan berbincang dengan para senior mengenai program latihan yang benar seperti meningkatkan speed atau bertahan. Kemudian harus ditangani dengan promotor atau manajemen yang profesional. Dalam hal ini bisa mengorbitkan ke kejuaraan dunia," pungkas Muhammad Rachman.
tulis komentar anda