Jeritan Muhammad Rachman Belum Dapat Tempat yang Layak di Indonesia (Bagian 2 Penutup)

Selasa, 22 September 2020 - 08:03 WIB
loading...
Jeritan Muhammad Rachman Belum Dapat Tempat yang Layak di Indonesia (Bagian 2 Penutup)
Muhammad Rachman tampaknya belum mendapatkan tempat yang layak di Indonesia. Itulah yang menjadi topik hangat ketika berbincang dengan host Ary Sudarsono / Print Screen Podcast V’s Boxing Indonesia
A A A
JAKARTA - Muhammad Rachman tampaknya belum mendapatkan tempat yang layak di Indonesia. Itulah yang menjadi topik hangat ketika berbincang dalam podcast V’s Boxing Indonesia di bawah promotor tinju Internasional, Milasari Kusumo Anggraini, dengan host Ary Sudarsono.

Pada bagian pertama, Muhammad Rachman sudah membeberkan bagaimana kisah perjalanan kariernya menuju panggung juara dunia hingga mengangkat nama bangsa di kancah internasional melalui olahraga tinju. Rasa lelah itu pun terbayar lunas ketika ia berhasil meraih gelar juara dunia kelas terbang mini versi IBF usai mengalahkan Daniel Reyes (Kolombia), pada 2004 lalu. (Baca juga: Kisah Perjalanan Muhammad Rachman: Air Seni Keluar Darah hingga Jadi Juara Dunia (Bagian 1) )

Pada pertarungan itu, Muhammad Rachman menang angka di mana dua hakim memberikan skor untuk petinju berjuluk Predator, dan satu skor diberikan Hakim asal Kolombia untuk Reyes. Saat itu, lawan terlihat tidak senang dengan kekalahannya dan Muhammad Rachman menyadarinya.

Ary Sudarsono lantas menyinggung apakah kemenangan Muhammad Rachman lantaran ia berstatus sebagai tuan rumah? Pria berusia 49 tahun itu menjawab mungkin saja. Dan, kekecewaan itu sudah biasa terjadi ketika tampil di luar kandang. (Baca juga: Lewat Tinju, Promotor Milasari Ingin Hidupkan Kembali Sport Tourism )

"Itu merupakan hal yang biasa terjadi dalam olahraga. Saya pernah punya pengalaman yang sama sewaktu tampil di Thailand dan Filipina di mana saya banyak dicurangi di sana. Saat itu saya banyak melepaskan pukulan ke lawan. Tetapi saya tetap kalah karena tidak KO. Jadi kalau mau menang di luar harus KO," kata Muhammad Rachman.

Setelah dua kali memertahankan gelar usai mengalahkan Omar Soto (Meksiko) dan Benjie Sorolla (Filipina). Sabuk juara kelas terbang mini versi IBF akhirnya berpindah tangan setelah Muhammad Rachman kalah melawan Florante Condes (Filipina), pada 2007 lalu.

Meski begitu, Muhammad Rachman tidak patah semangat. Petinju gado-gado Papua-Karawang itu tak mengenal kata menyerah untuk mengharumkan nama bangsa Indonesia di kancah internasional. Dan, tanpa diduga petinju yang memiliki julukan The Rock Breaker tersebut berhasil merebut gelar WBA di kelas terbang mini di Bangkok.

Muhammad Rachman berhasil menang KO di ronde kesembilan melawan Ekkawit Songnui. Itu merupakan salah satu prestasi luar biasa mengingat saat itu dirinya tidak ditemani pelatih.

"Waktu itu saya sudah pindah dari Probolinggo ke Blitar, karena setelah promotor Herry 'Aseng' Sugiarto meninggal, saya mulai jenuh karena tidak ada pertandingan. Sedangkan waktu itu manajer saya tidak membuat jadwal pertandingan. Bahkan saat itu gelar saya nyaris dicopot. Saya pun akhirnya pergi ke Blitar dan latihan di sana tanpa pelatih."

"Di sana (Blitar), saya membuat sasana sendiri. Yang lucu saat saya menghadapi juara bertahan di Bangkok, tiketnya kan Surabaya-Bangkok, Bangkok-Surabaya. Jadi saya berangkat dengan teman kerja (sahabat) saya. Saat saya akan menuju ke bandara, mobil kami sempat mogok di tol. Untungnya kami saat itu bisa memberhentikan taksi di jalan tol, dan taksi itu mau mengantarkan kami ke bandara Juanda. Dan di Bangkok saya menang KO. Ini hal yang langka dalam hidup saya (karena menang tanpa pelatih)," ungkap Muhammad Rachman.

Selama membuka Sasana sendiri, Muhammad Rachman sengaja membuat program sendiri. Mulai dari sparring parter, gizi, dan pola makan.

"Program latihan seorang juara dunia, selain M Yunus hanya saya yang tahu, termasuk gizi dan pola makan seperti sayuran, ikan, dan daging. Saya tidak pernah mengonsumsi vitamin."
Jeritan Muhammad Rachman Belum Dapat Tempat yang Layak di Indonesia (Bagian 2 Penutup)

Ary Sudarsono kemudian menyinggung apa yang didapat Muhammad Rachman setelah berhasil mengharumkan nama bangsa Indonesia, karena kan berbeda iklim tinju pro Indonesia dengan Amerika?

"Saya pikir begini. Bagi saya, itu merupakan hal. Yang terpenting, saya bisa menuliskan sejarah untuk diri saya dan negara ini. Itu yang menjadi tujuan saya."

Ary Sudarsono menimpali, tapi kan kita butuh hidup dan makan?
"Saya pikir apa yang telah saya berikan untuk negara, sekarang giliran negara memberikan penghargaan buat saya. Karena saya telah mengharumkan negara lewat tinju. Tetapi sampai hari ini....," sesal Muhammad Rachman.

Di akhir perbincangan, Muhammad Rachman berpesan pada petinju muda Indonesia untuk tampil disiplin dan sering-sering meminta pendapat para senior (mantan petinju) mengenai program latihan yang besar. Disamping itu, mereka juga harus melihat manajemen yang bagus dalam mengorbitkan mereka.

"Saya lihat banyak petinju muda Indonesia yang memiliki potensi menjadi juara dunia. Mereka tinggal disiplin dan berbincang dengan para senior mengenai program latihan yang benar seperti meningkatkan speed atau bertahan. Kemudian harus ditangani dengan promotor atau manajemen yang profesional. Dalam hal ini bisa mengorbitkan ke kejuaraan dunia," pungkas Muhammad Rachman.
(mirz)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1176 seconds (0.1#10.140)