Timnas U-19 Kalahkan Dinamo Zagreb, Shin Tae-yong Belum Puas
Kamis, 01 Oktober 2020 - 13:35 WIB
JAKARTA - Progres positif yang ditunjukkan tim nasional Indonesia selama pemusatan latihan di Kroasia, ternyata tidak membuat Pelatih Shin Tae-yong puas. Sebaliknya, dia menilai anak asuhnya belum memenuhi ekspektasi, terutama dari segi fisik dan teknik.
Kemenangan tipis 1-0 atas Dinamo Zagreb pada laga terakhir pemusatan latihan di Kroasia membawa pesan penting akan perkembangan timnas Indonesia. Ini menjadi poin penuh pertama Witan Sulaeman dkk kala berhadapan dengan tim-tim asal Eropa. (Baca: Waspada dan Jangan Meremehkan Sifat Lalai)
Pada tiga laga melawan tim Benua Biru, skuad Garuda Muda dibuat tidak berkutik. Kalah telak 0-3 dari timnas Bulgaria, kemudian dilumat 1-7 oleh Kroasia, dan menyerah 0-1 dari Bosnia-Herzegovina.
Namun demikian, timnas U-19 juga menunjukkan progres bagus saat menghadapi tim asal Asia. Garuda Muda bermain imbang 3-3 saat menghadapi Arab Saudi, kemudian sekali menang dan satu hasil imbang saat melawan Qatar.
Performa yang terus menanjak selama menjalani TC di Kroasia dalam sebulan terakhir ini menjadi modal penting menghadapi Dinamo Zagreb. Tidak heran, asa tinggi dilambungkan menghadapi skuad muda tim langganan Liga Champions Eropa. Hasilnya, Garuda Muda akhirnya bisa memenangkan pertandingan melawan tim yang notabene unggul secara postur dan teknik.
Kendati terus menunjukkan peningkatan performa, bukan berarti Tae-yong puas dengan anak asuhnya. Meski tidak menampik cara bermain tim yang semakin baik, pelatih asal Korea Selatan itu menilai secara umum timnya masih menunjukkan kelemahan di semua aspek. (Baca juga: Bantu Guru PJJ, Kemendikbud Luncurkan program Guru Belajar)
Dalam beberapa pertandingan, timnas U-19 memang kerap masih melakukan kesalahan terutama pada sektor pertahanan. Mulai dari koordinasi antarpemain dalam mengantisipasi serangan lawan hingga transisi bermain saat melakukan serangan balik.
Namun, satu yang menjadi sorotan utama pelatih yang membawa Korsel ke Piala Dunia 2018 itu adalah kondisi fisik Garuda Muda. Pelatih berusia 52 tahun itu menyebut massa otot pemain masih jauh dari ekspektasi. Akibatnya, pemain mudah kelelahan ketika menjalani pertandingan dengan intensitas tinggi.
“Secara keseluruhan, tim masih kurang meski cara bermain semakin baik. Banyak yang harus dibenahi terutama fisik pemain. Massa otot mereka masih kurang dan mudah kelelahan. Makanya, kami sekarang fokus pada latihan beban,” katanya.
Kemenangan tipis 1-0 atas Dinamo Zagreb pada laga terakhir pemusatan latihan di Kroasia membawa pesan penting akan perkembangan timnas Indonesia. Ini menjadi poin penuh pertama Witan Sulaeman dkk kala berhadapan dengan tim-tim asal Eropa. (Baca: Waspada dan Jangan Meremehkan Sifat Lalai)
Pada tiga laga melawan tim Benua Biru, skuad Garuda Muda dibuat tidak berkutik. Kalah telak 0-3 dari timnas Bulgaria, kemudian dilumat 1-7 oleh Kroasia, dan menyerah 0-1 dari Bosnia-Herzegovina.
Namun demikian, timnas U-19 juga menunjukkan progres bagus saat menghadapi tim asal Asia. Garuda Muda bermain imbang 3-3 saat menghadapi Arab Saudi, kemudian sekali menang dan satu hasil imbang saat melawan Qatar.
Performa yang terus menanjak selama menjalani TC di Kroasia dalam sebulan terakhir ini menjadi modal penting menghadapi Dinamo Zagreb. Tidak heran, asa tinggi dilambungkan menghadapi skuad muda tim langganan Liga Champions Eropa. Hasilnya, Garuda Muda akhirnya bisa memenangkan pertandingan melawan tim yang notabene unggul secara postur dan teknik.
Kendati terus menunjukkan peningkatan performa, bukan berarti Tae-yong puas dengan anak asuhnya. Meski tidak menampik cara bermain tim yang semakin baik, pelatih asal Korea Selatan itu menilai secara umum timnya masih menunjukkan kelemahan di semua aspek. (Baca juga: Bantu Guru PJJ, Kemendikbud Luncurkan program Guru Belajar)
Dalam beberapa pertandingan, timnas U-19 memang kerap masih melakukan kesalahan terutama pada sektor pertahanan. Mulai dari koordinasi antarpemain dalam mengantisipasi serangan lawan hingga transisi bermain saat melakukan serangan balik.
Namun, satu yang menjadi sorotan utama pelatih yang membawa Korsel ke Piala Dunia 2018 itu adalah kondisi fisik Garuda Muda. Pelatih berusia 52 tahun itu menyebut massa otot pemain masih jauh dari ekspektasi. Akibatnya, pemain mudah kelelahan ketika menjalani pertandingan dengan intensitas tinggi.
“Secara keseluruhan, tim masih kurang meski cara bermain semakin baik. Banyak yang harus dibenahi terutama fisik pemain. Massa otot mereka masih kurang dan mudah kelelahan. Makanya, kami sekarang fokus pada latihan beban,” katanya.
tulis komentar anda