Solskjaer Seperti Menanti Hari Penghakiman

Jum'at, 06 November 2020 - 11:29 WIB
Dari segi prestasi, Solskjaer juga masih kalah dari dua pendahulunya, Louis van Gaal yang mempersembahkan trofi Piala FA (2015/2016) dan Jose Mourinho yang meraih Piala Liga (2016/2017), Community Shield (2016), dan Liga Europa (2016/2017). Nyatanya mereka tetap dipecat, masing-masing pada 2016 dan 2018.

Meski demikian Solskjaer enggan menanggapi isu pemecatannya. Dia lebih tertarik membahas kinerja MU yang diakuinya memang bermain buruk dan sulit mengimbangi Basakhsehir.

“Kami tidak cukup baik. Lawan menekan kami dan mencetak dua gol. Itu akan terjadi di kompetisi Eropa jika Anda tidak bertahan dengan baik. Tentu saja kami memilih tim untuk memenangi pertandingan. Kami berharap cukup banyak membuat peluang, tetapi kami tidak melakukannya. Ketika kalah, Anda dapat berpikir sendiri bagaimana perasaan kami setelah kalah. Itu bukanlah sesuatu yang ingin kami alami,” ungkap Solskjaer seperti dilansir manutd.com. (Baca juga: Deteksi Dini Penting untuk Antisipasi Diabetes)

Solskjaer menyadari kini MU harus bekerja keras agar bisa lolos ke fase knockout Liga Champions. Mereka wajib meraih hasil bagus saat menjamu Basakhsehir di Old Trafford, 25 November mendatang.

Pelatih berusia 47 tahun tersebut juga dituntut untuk mengembalikan Setan Merah ke jalur kemenangan di Liga Primer. Solskjaer mesti menjadikan pertandingan melawan Everton di Goodison Park, Sabtu (7/11), sebagai momentum kebangkitan.

“Tidak mudah untuk bersikap positif sekarang, tetapi para pemain ini adalah pemain bagus dan kami memiliki kesempatan pada hari Sabtu untuk bermain lagi. Dua hasil terakhir sangat mengejutkan. Satu-satunya cara merespons adalah bersama-sama untuk mengalahkan Everton,” papar Solskjaer.

Setali tiga uang dengan Solskjaer, nasib serupa juga dialami Tuchel di PSG. Pelatih asal Jerman tersebut menjadi sorotan setelah Les Parisiens kalah 1-2 dari RB Leipzig. Bermain di Red Bull Arena, PSG membuka keunggulan melalui Angel di Maria (6). Berlanjut, 10 menit kemudian, Di Maria berpeluang menggandakan kedudukan, tetapi penaltinya digagalkan penjaga gawang Peter Gulacsi. (Baca juga: Resesi, Masyarakat Diminta Stop Belanja Kebutuhan Tak Penting)

Leipzig membalikkan situasi berkat Christopher Nkunku (41) dan penalti Emil Forsberg (57). Leluasanya Leipzig tidak terlepas dari dua kartu merah yang diterima PSG untuk Idrissa Gueye (69) dan Presnel Kimpembe (90+5).

Meski demikian Tuchel tidak merasa posisinya terancam. Dia menilai tekanan adalah sesuatu yang normal mengingat tim yang ditanganinya adalah PSG. Tuchel optimistis peruntungan Les Parisiens segera kembali dan bertekad membalas dendam saat menjamu Leipzig di Parc des Princes, 25 November mendatang, sekaligus menjaga kans melaju ke fase knockout Liga Champions. Fokus Tuchel kini tertuju ke Ligue 1 di mana PSG akan menjamu Stade Rennais, Minggu (8/11).

“Tidak, saya tidak merasa dalam bahaya. Kami menghadapi tim yang memimpin Bundesliga seminggu yang lalu, yang sangat kuat, memainkan permainan yang bagus, dan kami bisa memimpin 2-0. Ini kehidupan seorang pelatih di Paris. Kami akan mencoba lagi dan jika kami menang di Parc des Princes, situasinya akan benar-benar berubah," tegas Tuchel. (Lihat videonya: Status Gunung Merapi Naik ke Level Siaga)

Kepercayaan diri Tuchel sah-sah saja. Dia mungkin merasa aman karena telah membawa PSG ke final Liga Champions untuk pertama kalinya musim lalu. Tapi PSG adalah klub yang selalu meminta lebih di kompetisi Eropa dan tidak segan memecat pelatih seperti sebelumnya. Jika sampai gagal meloloskan Les Parisiens ke fase knockout, posisi Tuchel bakal sangat terancam. (Alimansyah)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More