Berkuasa di Liga Domestik, Eropa Beda Cerita
Kamis, 03 Desember 2020 - 12:30 WIB
MILAN - AC Milan dan Tottenham Hotspur memiliki cerita berbeda tentang perjalanan mereka di liga domestik dan Eropa. Di kompetisi domestik, mereka terlihat melaju mulus dengan menempati peringkat pertama klasemen sementara. Totteham berkuasa di Inggris, Milan adalah pemuncak Seri A. Namun, di Eropa, perjalanannya tak semudah itu. Mereka masih belum bisa memastikan tiket ke babak 32 besar.
Seperti Milan. Kewaspadaan menyelimuti tim Kota Mode terkait keberlangsungan nasib di Liga Europa musim ini. Pertandingan melawan Glasgow Celtic di San Siro dini hari nanti begitu krusial. Kegagalan mengamankan tiga poin bakal membuat peluang I Rossoneri lolos ke babak 32 besar akan semakin sulit. Situasi terbilang cukup pelik. Saat ini, Milan berada di posisi kedua Grup H (tujuh poin) terpaut satu angka dari pemuncak klasemen sementara Lille OSC (delapan poin), tetapi mereka juga ditempel Sparta Praha di peringkat ketiga (enam poin). (Baca: Ditahan Imbang Lille, Milan Gagal Balas Dendam)
Merebut puncak klasemen Grup H juga tidak mudah mengingat Milan gagal memang melawan Lille di dua pertemuan, yakni kalah 0-3 di kandang (6/11) dan 1-1 saat tandang (27/11). Opsi paling realistis Milan melaju ke babak 32 besar adalah mengamankan posisi runner-up.
Milan bahkan bisa lolos lebih cepat jika berhasil menundukkan Celtic dan pada saat bersamaan Sparta kalah dari Lille. Dengan demikian, peluang wakil Republik Ceko tersebut otomatis tertutup dan Milan mengunci posisi kedua. Kalaupun kalah di pertandingan terakhir melawan Sparta, Kamis (10/12), Raihan poin maksimal I Rossoneri adalah 10, sedangkan Sparta sembilan.
Menjamu Celtic, Milan jelas difavoritkan. Dari head to head mereka meraih empat kemenangan di empat pertemuan terakhir di kompetisi Eropa. Milan juga memiliki catatan kandang yang baik. Tercatat, dari 13 pertandingan kandang terakhir di San Siro, Gianluigi Donnarumma dkk mengemas sembilan kemenangan, satu imbang dan kalah tiga kali. (Baca juga: Manfaat Air Rebusa Jahe di Pagi Hari)
Itu berbanding dengan Celtic yang kesulitan kala bermain tandang. Dari 22 pertandingan tandang terakhir Liga Europa, tim berjuluk The Boys tersebut menelan 11 kekalahan. Celtic juga tidak memiliki motivasi kuat lantaran telah dipastikan gagal melaju ke babak 32 besar. Mereka terpuruk di dasar klasemen sementara Grup H. Dari empat pertandingan, pasukan Neil Lennon baru mengemas satu poin.
Kondisi Milan tergolong kondusif. Meski pelatih Stefano Pioli belum bisa mendampingi karena masih menjalani pemulihan Covid-19, instruksinya akan dijalankan Daniele Bonera yang bakal memimpin tim seperti di tiga pertandingan sebelumnya.
Hasilnya cukup baik, Milan meraih dua kemenangan dan satu imbang termasuk saat mengalahkan AC Fiorentina di Seri A, Minggu (29/11). I Rossoneri memuncaki klasemen sementara Seri A dengan 23 poin, berjarak lima poin dari Inter Milan di posisi kedua.
Bonera menilai, soliditas Milan sangat baik sehingga selalu memiliki motivasi ekstra meraih hasil bagus di setiap pertandingan dan kini bertekad melanjutkannya saat melawan Celtic. (Baca juga: DPR Harap Kerawanan Pilkada di Papua Mampu Diredam)
Seperti Milan. Kewaspadaan menyelimuti tim Kota Mode terkait keberlangsungan nasib di Liga Europa musim ini. Pertandingan melawan Glasgow Celtic di San Siro dini hari nanti begitu krusial. Kegagalan mengamankan tiga poin bakal membuat peluang I Rossoneri lolos ke babak 32 besar akan semakin sulit. Situasi terbilang cukup pelik. Saat ini, Milan berada di posisi kedua Grup H (tujuh poin) terpaut satu angka dari pemuncak klasemen sementara Lille OSC (delapan poin), tetapi mereka juga ditempel Sparta Praha di peringkat ketiga (enam poin). (Baca: Ditahan Imbang Lille, Milan Gagal Balas Dendam)
Merebut puncak klasemen Grup H juga tidak mudah mengingat Milan gagal memang melawan Lille di dua pertemuan, yakni kalah 0-3 di kandang (6/11) dan 1-1 saat tandang (27/11). Opsi paling realistis Milan melaju ke babak 32 besar adalah mengamankan posisi runner-up.
Milan bahkan bisa lolos lebih cepat jika berhasil menundukkan Celtic dan pada saat bersamaan Sparta kalah dari Lille. Dengan demikian, peluang wakil Republik Ceko tersebut otomatis tertutup dan Milan mengunci posisi kedua. Kalaupun kalah di pertandingan terakhir melawan Sparta, Kamis (10/12), Raihan poin maksimal I Rossoneri adalah 10, sedangkan Sparta sembilan.
Menjamu Celtic, Milan jelas difavoritkan. Dari head to head mereka meraih empat kemenangan di empat pertemuan terakhir di kompetisi Eropa. Milan juga memiliki catatan kandang yang baik. Tercatat, dari 13 pertandingan kandang terakhir di San Siro, Gianluigi Donnarumma dkk mengemas sembilan kemenangan, satu imbang dan kalah tiga kali. (Baca juga: Manfaat Air Rebusa Jahe di Pagi Hari)
Itu berbanding dengan Celtic yang kesulitan kala bermain tandang. Dari 22 pertandingan tandang terakhir Liga Europa, tim berjuluk The Boys tersebut menelan 11 kekalahan. Celtic juga tidak memiliki motivasi kuat lantaran telah dipastikan gagal melaju ke babak 32 besar. Mereka terpuruk di dasar klasemen sementara Grup H. Dari empat pertandingan, pasukan Neil Lennon baru mengemas satu poin.
Kondisi Milan tergolong kondusif. Meski pelatih Stefano Pioli belum bisa mendampingi karena masih menjalani pemulihan Covid-19, instruksinya akan dijalankan Daniele Bonera yang bakal memimpin tim seperti di tiga pertandingan sebelumnya.
Hasilnya cukup baik, Milan meraih dua kemenangan dan satu imbang termasuk saat mengalahkan AC Fiorentina di Seri A, Minggu (29/11). I Rossoneri memuncaki klasemen sementara Seri A dengan 23 poin, berjarak lima poin dari Inter Milan di posisi kedua.
Bonera menilai, soliditas Milan sangat baik sehingga selalu memiliki motivasi ekstra meraih hasil bagus di setiap pertandingan dan kini bertekad melanjutkannya saat melawan Celtic. (Baca juga: DPR Harap Kerawanan Pilkada di Papua Mampu Diredam)
tulis komentar anda