PSIS Usulkan Kompetisi Liga 1 2020 Diganti Home Turnamen
Kamis, 28 Mei 2020 - 12:36 WIB
SEMARANG - Manajemen PSIS berpandangan bahwa kompetisi Liga 1 2020 sebaiknya diberhentikan secara total dan digantikan dengan kompetisi dengan format home turnamen.
Pandangan tersebut disampaikan General Manager PSIS Wahyoe Winarto dalam rapat PSSI yang digelar secara virtual. Dalam rapat tersebut, PSSI meminta masukan kepada 18 klub Liga 1 tentang pendapat mereka perihal kelanjutan kompetisi.
Manajemen PSIS mengusulkan agar kompetisi lebih baik dihentikan dengan mempertimbangkan beberapa faktor dan diganti dengan home tournament jika situasinya nanti memungkinkan.
Pertimbangan lainnya adalah faktor seperti kesehatan stakeholder sepak bola, sarana transportasi, dan kondisi di kota dan kabupaten yang berbeda-beda.
“PSIS mengusulkan Liga 1 2020 sebaiknya dihentikan saja. Banyak faktor yang mendasari. Pertama soal kesehatan pemain, siapa yang mau menjamin soal kesehatan pemain dan pelatih. Apabila nanti dipaksa lanjut tapi di tengah jalan ada komponen tim yang kena Covid-19, itu kan jadi PR lagi, nanti jadi masalah lagi di tengah jalan,” ungkap GM PSIS yang akrab disapa Liluk ini, Kamis (28/5/2020).
“Sekarang ini saja kasus COVID-19 di Indonesia mencapai angka lebih dari 20.000. Siapa yang bisa menjamin angka ini bisa turun dengan cepat,” imbuhnya.
Tak hanya soal kesehatan, kata dia, sarana tranportasi juga menjadi kendala apabila kompetisi Liga 1 2020 dipaksakan untuk lanjut.
“Terus kedua, sekarang hampir seluruh penerbangan dibatasi. Padahal Indonesia ini besar dan klub-klub tersebar dari Aceh hingga Jayapura. Kalau klub-klub sulit dapat penerbangan nanti gimana?,” ungkapnya.(Baca juga : Liga 1 Berhenti Akibat Corona, Pemain PSIS Jualan Pakaian )
Ia menceritakan bahwa kondisi di setiap kabupaten dan kota berbeda-beda sehingga manajemen PSIS tidak yakin kompetisi akan berjalan dengan lancar jika dipaksakan kembali lanjut.
“Sebagai contoh di Semarang. Banyak jalan-jalan yang masih ditutup, pedagang kaki lima belum boleh berjualan. Apa iya kita memaksakan menggelar kompetisi di tengah situasi seperti itu,” ujarnya.
Namun manajemen PSIS tetap menyerahkan keputusan soal lanjut tidaknya kompetisi kepada PSSI selaku induk sepak bola Indonesia.
“Kami tetap serahkan ke PSSI. Ini cuma pendapat kami yang melihat dari berbagai faktor. Apabila lanjut, PSSI harus punya formula untuk mengantisipasi masalah-masalah yang dikhawatirkan supaya tidak terjadi masalah di tengah jalan,” tandasnya.
Lihat Juga: Soccer Challenge - Tangerang Seri 2 2024 Pecahkan Rekor Peserta, Bibit-Bibit Muda Bermunculan
Pandangan tersebut disampaikan General Manager PSIS Wahyoe Winarto dalam rapat PSSI yang digelar secara virtual. Dalam rapat tersebut, PSSI meminta masukan kepada 18 klub Liga 1 tentang pendapat mereka perihal kelanjutan kompetisi.
Manajemen PSIS mengusulkan agar kompetisi lebih baik dihentikan dengan mempertimbangkan beberapa faktor dan diganti dengan home tournament jika situasinya nanti memungkinkan.
Pertimbangan lainnya adalah faktor seperti kesehatan stakeholder sepak bola, sarana transportasi, dan kondisi di kota dan kabupaten yang berbeda-beda.
“PSIS mengusulkan Liga 1 2020 sebaiknya dihentikan saja. Banyak faktor yang mendasari. Pertama soal kesehatan pemain, siapa yang mau menjamin soal kesehatan pemain dan pelatih. Apabila nanti dipaksa lanjut tapi di tengah jalan ada komponen tim yang kena Covid-19, itu kan jadi PR lagi, nanti jadi masalah lagi di tengah jalan,” ungkap GM PSIS yang akrab disapa Liluk ini, Kamis (28/5/2020).
“Sekarang ini saja kasus COVID-19 di Indonesia mencapai angka lebih dari 20.000. Siapa yang bisa menjamin angka ini bisa turun dengan cepat,” imbuhnya.
Tak hanya soal kesehatan, kata dia, sarana tranportasi juga menjadi kendala apabila kompetisi Liga 1 2020 dipaksakan untuk lanjut.
“Terus kedua, sekarang hampir seluruh penerbangan dibatasi. Padahal Indonesia ini besar dan klub-klub tersebar dari Aceh hingga Jayapura. Kalau klub-klub sulit dapat penerbangan nanti gimana?,” ungkapnya.(Baca juga : Liga 1 Berhenti Akibat Corona, Pemain PSIS Jualan Pakaian )
Ia menceritakan bahwa kondisi di setiap kabupaten dan kota berbeda-beda sehingga manajemen PSIS tidak yakin kompetisi akan berjalan dengan lancar jika dipaksakan kembali lanjut.
“Sebagai contoh di Semarang. Banyak jalan-jalan yang masih ditutup, pedagang kaki lima belum boleh berjualan. Apa iya kita memaksakan menggelar kompetisi di tengah situasi seperti itu,” ujarnya.
Namun manajemen PSIS tetap menyerahkan keputusan soal lanjut tidaknya kompetisi kepada PSSI selaku induk sepak bola Indonesia.
“Kami tetap serahkan ke PSSI. Ini cuma pendapat kami yang melihat dari berbagai faktor. Apabila lanjut, PSSI harus punya formula untuk mengantisipasi masalah-masalah yang dikhawatirkan supaya tidak terjadi masalah di tengah jalan,” tandasnya.
Lihat Juga: Soccer Challenge - Tangerang Seri 2 2024 Pecahkan Rekor Peserta, Bibit-Bibit Muda Bermunculan
(nun)
tulis komentar anda