Tanpa Vaksin, Tenis AS dan Prancis Terbuka Sulit Terealisasi Tahun Ini
Selasa, 09 Juni 2020 - 11:29 WIB
JAKARTA - Keinginan para petenis bisa tampil di Amerika Serikat Terbuka dan Prancis Terbuka tampaknya sulit terealisasi tahun ini. Meski penyelenggara berjuang keras agar Grand Slam tersebut bisa terlaksana, Presiden Asosiasi Tenis Putri (WTA) Mickey Lawler justru pesimistis dengan situasi saat ini.
Pihak penyelenggara kedua Grand Slam tersebut memang sedang berusaha keras mencari cara agar turnamen bisa digelar tahun ini. Namun, Lawler justru merasa tur tenis tidak akan bisa berjalan lancar jika vaksin corona belum ditemukan. Apalagi, nyaris seluruh dunia masih mengalami krisis kesehatan.
“Yang saya tahu bahwa semuanya dilakukan untuk kembali bermain, tapi itu tidak mudah. Sebelum ada vaksin, akan sangat sulit untuk bepergian dan bermain. Jika AS Terbuka dimainkan, pasti akan menjadi turnamen pertama,” kata Lawler, dilansir tennisworld.
Lawler mengatakan jadwalnya akan diketahui dalam dua pekan ke depan. Tidak hanya masalah jadwal pertandingan, tapi juga mengenai penggabungan Asosiasi Tenis Profesional (ATP) dan WTA. Pasalnya, wacana tersebut sudah banyak dibicarakan, termasuk Roger Federer yang sangat mendukung kedua organisasi tenis putra dan putri itu melebur menjadi satu. (Baca juga: Keraguan Barty Kembali Berlaga di Tengah Wabah Corona)
Meski begitu, Lawler mengakui penggabungan ini akan sangat sulit dilakukan. Pasalnya, perbedaan pendapat pasti akan terjadi. Dia merasa ada beberapa petenis dan pejabat pasti tidak setuju dengan wacana tersebut. Namun, untuk situasi sekarang, Lawler merasa sangat penting ATP dan WTA bergabung untuk melewati pandemi virus corona yang menjangkit lebih dari 200 negara itu.
“Ini bukan pertama kali kami membicarakannya. Di saat yang sulit ini kita harus memanfaatkannya untuk bekerja bersama. Tenis terbaik saat putra dan putri bersama, seperti di Turnamen Grand Slam. Masa depan tenis harus disatukan dan koneksi harus ditemukan yang memungkinkan. Tapi, itu tidak mudah karena ada pemain yang tidak menginginkannya dan mereka memiliki banyak pendapat,” paparnya. (Baca juga: Ramai-ramai Tokoh Pajang Foto Wisuda di Medsos, Ada Apa?)
Saat ini, semua turnamen tenis masih ditangguhkan hingga akhir Juli dan baru akan dimulai kembali paling cepat pada awal Agustus mendatang. AS Terbuka dijadwalkan bakal berlangsung pada 24 Agustus-14 September. Sementara itu, Prancis Terbuka dijadwalkan berlangsung pada 20 September-4 Oktober.
Asosiasi Tenis Amerika Serikat (USTA) yang juga sebagai penyelenggara AS Terbuka mengatakan pihaknya sedang mengkaji sejumlah opsi agar Turnamen Grand Slam bisa terlaksana, termasuk membatasi jumlah penonton dan staf pendukung pemain di lingkungan turnamen.
Bahkan, mereka juga berencana memindahkan Turnamen Cincinnati ke New York untuk memastikan bahwa para petenis berada di satu lokasi selama mereka di negara tersebut. (Baca juga: Si Cantik Maria Sharapova Kembali No.1 hingga Julukan Claypova)
Sementara itu, para pejabat Federasi Tenis Prancis (FFT) berharap ada beberapa turnamen lapangan tanah liat yang berlangsung sebelum terselenggaranya Prancis Terbuka. Kesempatan itu tampaknya akan terjadi di Roma Masters. Namun, keputusan dan pengumuman tersebut masih harus menunggu minimal pertengahan Juni nanti.
“Kami sedang dalam pembicaraan yang sangat bermanfaat. Kami beruntung memiliki Presiden dan CEO ATP Andrea Gaudenzi. Dia memiliki hubungan langsung dengan kami sehingga kami akan segera mengetahui segalanya. Saat ini semuanya bersifat rahasia. Tapi, saya dapat mengatakan, kecuali ada bencana susulan, kami akan mengatur kembali Roma Masters antara pertengahan dan akhir September,” ungkap Presiden Federasi Tenis Italia (FIT) Angelo Binaghi. (Raikhul Amar)
Pihak penyelenggara kedua Grand Slam tersebut memang sedang berusaha keras mencari cara agar turnamen bisa digelar tahun ini. Namun, Lawler justru merasa tur tenis tidak akan bisa berjalan lancar jika vaksin corona belum ditemukan. Apalagi, nyaris seluruh dunia masih mengalami krisis kesehatan.
“Yang saya tahu bahwa semuanya dilakukan untuk kembali bermain, tapi itu tidak mudah. Sebelum ada vaksin, akan sangat sulit untuk bepergian dan bermain. Jika AS Terbuka dimainkan, pasti akan menjadi turnamen pertama,” kata Lawler, dilansir tennisworld.
Lawler mengatakan jadwalnya akan diketahui dalam dua pekan ke depan. Tidak hanya masalah jadwal pertandingan, tapi juga mengenai penggabungan Asosiasi Tenis Profesional (ATP) dan WTA. Pasalnya, wacana tersebut sudah banyak dibicarakan, termasuk Roger Federer yang sangat mendukung kedua organisasi tenis putra dan putri itu melebur menjadi satu. (Baca juga: Keraguan Barty Kembali Berlaga di Tengah Wabah Corona)
Meski begitu, Lawler mengakui penggabungan ini akan sangat sulit dilakukan. Pasalnya, perbedaan pendapat pasti akan terjadi. Dia merasa ada beberapa petenis dan pejabat pasti tidak setuju dengan wacana tersebut. Namun, untuk situasi sekarang, Lawler merasa sangat penting ATP dan WTA bergabung untuk melewati pandemi virus corona yang menjangkit lebih dari 200 negara itu.
“Ini bukan pertama kali kami membicarakannya. Di saat yang sulit ini kita harus memanfaatkannya untuk bekerja bersama. Tenis terbaik saat putra dan putri bersama, seperti di Turnamen Grand Slam. Masa depan tenis harus disatukan dan koneksi harus ditemukan yang memungkinkan. Tapi, itu tidak mudah karena ada pemain yang tidak menginginkannya dan mereka memiliki banyak pendapat,” paparnya. (Baca juga: Ramai-ramai Tokoh Pajang Foto Wisuda di Medsos, Ada Apa?)
Saat ini, semua turnamen tenis masih ditangguhkan hingga akhir Juli dan baru akan dimulai kembali paling cepat pada awal Agustus mendatang. AS Terbuka dijadwalkan bakal berlangsung pada 24 Agustus-14 September. Sementara itu, Prancis Terbuka dijadwalkan berlangsung pada 20 September-4 Oktober.
Asosiasi Tenis Amerika Serikat (USTA) yang juga sebagai penyelenggara AS Terbuka mengatakan pihaknya sedang mengkaji sejumlah opsi agar Turnamen Grand Slam bisa terlaksana, termasuk membatasi jumlah penonton dan staf pendukung pemain di lingkungan turnamen.
Bahkan, mereka juga berencana memindahkan Turnamen Cincinnati ke New York untuk memastikan bahwa para petenis berada di satu lokasi selama mereka di negara tersebut. (Baca juga: Si Cantik Maria Sharapova Kembali No.1 hingga Julukan Claypova)
Sementara itu, para pejabat Federasi Tenis Prancis (FFT) berharap ada beberapa turnamen lapangan tanah liat yang berlangsung sebelum terselenggaranya Prancis Terbuka. Kesempatan itu tampaknya akan terjadi di Roma Masters. Namun, keputusan dan pengumuman tersebut masih harus menunggu minimal pertengahan Juni nanti.
“Kami sedang dalam pembicaraan yang sangat bermanfaat. Kami beruntung memiliki Presiden dan CEO ATP Andrea Gaudenzi. Dia memiliki hubungan langsung dengan kami sehingga kami akan segera mengetahui segalanya. Saat ini semuanya bersifat rahasia. Tapi, saya dapat mengatakan, kecuali ada bencana susulan, kami akan mengatur kembali Roma Masters antara pertengahan dan akhir September,” ungkap Presiden Federasi Tenis Italia (FIT) Angelo Binaghi. (Raikhul Amar)
(ysw)
tulis komentar anda