Nestapa Novak Djokovic: Dilarang Tampil di Australia Terbuka, Diperlakukan Bak Tawanan
Sabtu, 08 Januari 2022 - 11:05 WIB
MELBOURNE - Petenis Serbia, Novak Djokovic harus mengubur ambisinya tampil di Australia Terbuka 2022 karena tidak mendapat visa. Penderitaannya makin bertambah karena saat ini ditahan di hotel pengungsian yang kondisinya bak tawanan.
Djokovic hampir dapat mengikuti Grand Slam awal tahun itu. Dia mendapat dispensasi medis dari penyelenggara terkait aturan vaksinasi yang belum dilakukannya.
Akhirnya, Djokovic dengan percaya diri terbang ke Melbourne, Australia. Namun sesampainya di petugas imigrasi bandara, petenis nomor satu dunia itu dilarang masuk karena memiliki dokumen yang tidak lengkap.
Dispensasi medis dari pihak penyelenggara Australia Terbuka dianggap tidak berlaku. Djokovic dinilai melanggar kelengkapan dokumen yakni bebas Covid-19 dengan bukti vaksinasi.
Imbasnya, Djokovic dipaksa untuk bertahan bersama 32 pengungsi dan pencari suaka lainnya di hotel yang dijuluki 'Tempat Penahanan Alternatif'. Dia pun mengeluhkan kondisi kehidupan yang buruk di dalamnya.
Di hotel yang bertarif 109 dolar atau sekitar Rp1,5 juta per malam itu terdapat hal-hal tidak menyenangkan layaknya dialami seorang tawanan. Makanan berlumut, roti berjamur, wabah Covid dan serangga di kamar adalah beberapa keluhan yang dialami.
Ini memaksa Djokovic meminta beberapa pelayanan eksklusif meski harus mengeluarkan uang berlebih. Misalnya koki pribadi agar bisa mempertahankan dietnya yang sangat ketat, hingga dipindahkan ke apartemen sewaan dengan lapangan tenis.
Djokovic bahkan menawarkan membayar penjaga pribadi dengan harapan bisa pindah. Namun, semua permintaan itu ditolak penjaga perbatasan. The Djoker tetap harus di hotel sampai pengadilan memutuskan deportasinya pada Senin (10/1/2022).
Djokovic hampir dapat mengikuti Grand Slam awal tahun itu. Dia mendapat dispensasi medis dari penyelenggara terkait aturan vaksinasi yang belum dilakukannya.
Akhirnya, Djokovic dengan percaya diri terbang ke Melbourne, Australia. Namun sesampainya di petugas imigrasi bandara, petenis nomor satu dunia itu dilarang masuk karena memiliki dokumen yang tidak lengkap.
Dispensasi medis dari pihak penyelenggara Australia Terbuka dianggap tidak berlaku. Djokovic dinilai melanggar kelengkapan dokumen yakni bebas Covid-19 dengan bukti vaksinasi.
Imbasnya, Djokovic dipaksa untuk bertahan bersama 32 pengungsi dan pencari suaka lainnya di hotel yang dijuluki 'Tempat Penahanan Alternatif'. Dia pun mengeluhkan kondisi kehidupan yang buruk di dalamnya.
Di hotel yang bertarif 109 dolar atau sekitar Rp1,5 juta per malam itu terdapat hal-hal tidak menyenangkan layaknya dialami seorang tawanan. Makanan berlumut, roti berjamur, wabah Covid dan serangga di kamar adalah beberapa keluhan yang dialami.
Ini memaksa Djokovic meminta beberapa pelayanan eksklusif meski harus mengeluarkan uang berlebih. Misalnya koki pribadi agar bisa mempertahankan dietnya yang sangat ketat, hingga dipindahkan ke apartemen sewaan dengan lapangan tenis.
Djokovic bahkan menawarkan membayar penjaga pribadi dengan harapan bisa pindah. Namun, semua permintaan itu ditolak penjaga perbatasan. The Djoker tetap harus di hotel sampai pengadilan memutuskan deportasinya pada Senin (10/1/2022).
tulis komentar anda