Kisah Persahabatan Muhammad Ali dan Joe Frazier: Musuh Abadi yang Jadi Sahabat Dekat
loading...
A
A
A
NEW YORK - Persahabatan antara Muhammad Ali (sebelumnya dikenal sebagai Cassius Clay) dan Joe Frazier adalah salah satu kisah yang menarik dalam dunia tinju.
Keduanya adalah petinju legendaris dan rival dalam pertandingan tinju yang sangat terkenal, terutama dalam tiga pertandingan mereka yang dikenal sebagai "The Fight of the Century" (Pertandingan Abad) pada tahun 1971, "Super Fight II" pada tahun 1974, dan "Thrilla in Manila" pada tahun 1975.
Meskipun mereka menjadi rival yang sengit di atas ring, persahabatan mereka tumbuh di luar arena tinju. Hubungan mereka dimulai sebelum mereka bertemu dalam pertandingan profesional.
Keduanya pertama kali bertemu pada Olimpiade Roma tahun 1960, di mana Ali memenangkan medali emas dalam kelas berat dan Frazier memenangkan medali emas dalam kelas setengah berat.
Setelah pertandingan Olimpiade, Ali dan Frazier menjalin hubungan yang saling menghormati. Namun, persahabatan mereka menjadi tegang.
Itu ketika Ali mengolok-olok Frazier dengan sebutan "Gorila" dan "Budak" selama promosi pertandingan mereka. Hal ini menyebabkan ketegangan dan ketidaksepakatan di antara keduanya.
Setelah pensiun dari dunia tinju, Ali dan Frazier akhirnya berdamai pada tahun 1988. Mereka dipersatukan oleh pengalaman mereka yang sama sebagai petinju legendaris dan melampaui perselisihan masa lalu mereka.
Mereka melakukan pertemuan di beberapa acara amal dan berpartisipasi dalam upacara penghargaan dan acara tinju bersama.
Pada akhirnya, persahabatan mereka menjadi lebih kuat dan mereka saling menghormati satu sama lain sebagai legenda tinju.
Saat Ali meninggal pada tahun 2016, Frazier mengungkapkan kesedihannya dan menyebut Ali sebagai sahabat sejati.
Kisah persahabatan Ali dan Frazier adalah contoh bagaimana persaingan dan perbedaan dapat diredam oleh rasa saling menghormati dan pengakuan terhadap kehebatan satu sama lain di luar arena tinju.
Keduanya adalah petinju legendaris dan rival dalam pertandingan tinju yang sangat terkenal, terutama dalam tiga pertandingan mereka yang dikenal sebagai "The Fight of the Century" (Pertandingan Abad) pada tahun 1971, "Super Fight II" pada tahun 1974, dan "Thrilla in Manila" pada tahun 1975.
Meskipun mereka menjadi rival yang sengit di atas ring, persahabatan mereka tumbuh di luar arena tinju. Hubungan mereka dimulai sebelum mereka bertemu dalam pertandingan profesional.
Keduanya pertama kali bertemu pada Olimpiade Roma tahun 1960, di mana Ali memenangkan medali emas dalam kelas berat dan Frazier memenangkan medali emas dalam kelas setengah berat.
Setelah pertandingan Olimpiade, Ali dan Frazier menjalin hubungan yang saling menghormati. Namun, persahabatan mereka menjadi tegang.
Itu ketika Ali mengolok-olok Frazier dengan sebutan "Gorila" dan "Budak" selama promosi pertandingan mereka. Hal ini menyebabkan ketegangan dan ketidaksepakatan di antara keduanya.
Setelah pensiun dari dunia tinju, Ali dan Frazier akhirnya berdamai pada tahun 1988. Mereka dipersatukan oleh pengalaman mereka yang sama sebagai petinju legendaris dan melampaui perselisihan masa lalu mereka.
Mereka melakukan pertemuan di beberapa acara amal dan berpartisipasi dalam upacara penghargaan dan acara tinju bersama.
Pada akhirnya, persahabatan mereka menjadi lebih kuat dan mereka saling menghormati satu sama lain sebagai legenda tinju.
Saat Ali meninggal pada tahun 2016, Frazier mengungkapkan kesedihannya dan menyebut Ali sebagai sahabat sejati.
Kisah persahabatan Ali dan Frazier adalah contoh bagaimana persaingan dan perbedaan dapat diredam oleh rasa saling menghormati dan pengakuan terhadap kehebatan satu sama lain di luar arena tinju.
(mirz)