Akhir Persaingan Kompetisi Domestik di Benua Eropa
loading...
A
A
A
Keberhasilan membawa Juve menjadi klub pertama di lima kompetisi top Eropa yang menjuarai sembilan gelar berturut-turut membuat Sarri begitu semringah. Terlebih ini merupakan gelar keduanya dalam karier kepelatihannya setelah Liga Europa bersama Chelsea (2018/2019).
Sarri mengungkapkan menjuarai scudetto adalah sesuatu yang spesial. Dia mengatakan pekerjaannya terasa lebih mudah karena memiliki pemain-pemain berkualitas yang selalu termotivasi untuk menang. “Ini bukan seperti jalan di taman. Itu panjang, sulit, menegangkan, dan para pemain layak mendapat banyak pujian karena terus menemukan rasa lapar dan tekad untuk terus mengejar setelah delapan gelar scudetto berturut-turut,” kata Sarri, dilansir football-italia.net. (Baca juga: Keajaiban Kayangan Api, Tempat Semedi Pembuat Keris Majaphit)
Sarri juga menganggap dukungan dari petinggi klub sama pentingnya. Dia mengatakan Presiden Andrea Agnelli dan Direktur Fabio Paratici yang menghadiri sesi latihan setiap hari, datang bertukar ide, melihat apakah tim memerlukan sesuatu. Itulah salah satu kunci sukses Juve merajai Seri A selama bertahun-tahun.
Pelatih kelahiran Naples, Italia, tersebut tidak memungkiri masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki agar musim depan jauh lebih baik, terutama di lini pertahanan. Maklum, Juve menjadi klub dengan pertahanan terburuk yang menjuarai scudetto dalam 60 tahun terakhir.
Sepanjang musim ini, Juve telah kebobolan 38 gol dalam 36 pertandingan, lebih banyak dari pemenang scudetto lainnya sejak 1960/1961. Catatan buruk sebelumnya juga ditorehkan Juve di bawah Pelatih Carlo Parola. Padahal, sejak menjadi juara pada 2011/2012, jumlah kebobolan terbanyak adalah 30 gol pada musim 2018/2019.
Juve bahkan hanya kebobolan 20 gol pada musim 2011/2012 dan 2015/2016. La Vecchia Signora juga hanya melakukan 12 clean sheet dalam 36 pertandingan atau paling sedikit selama merajai Seri A sejak 2011/2012 (16 clean sheet). Sementara yang terbanyak adalah pada musim 2012/2013 dan 2013/2014 (24 clean sheet).
Namun, Juve musim ini cukup produktif. Mereka mencetak 75 gol dan mengumpulkan 83 poin. Mereka memenangkan 26 pertandingan, imbang 5 kali, dan hanya kalah 5 kali. Karena itu, Sarri berharap fans bersabar karena segala sesuatunya memerlukan proses. “Anda tidak bisa langsung masuk ke klub yang telah memenangkan gelar selama delapan tahun berturut-turut dan segera mencoba melakukan perubahan,"sebut Sarri. (Lihat video: Kawanan Monyet Liar Serbu Permukiman Warga di Lembang Bandung)
Proses yang sedang berjalan diamini Bonucci. Dia mengatakan kedatangan Sarri musim panas lalu sempat membuat para pemain kesulitan beradaptasi dengan metode dan gaya pelatihan yang dibawa Sarri. Tapi, bek Italia tersebut senang karena kerja keras seluruh anggota tim berbuah gelar scudetto kesembilan beruntun yang dianggapnya spesial karena diraih di tengah pandemi Covid-19 dan tanpa kehadiran fans di stadion.
Bonucci berharap dapat memberikan kado lainnya bagi fans, yakni Liga Champions. Juve akan berhadapan dengan Olympique Lyon di leg kedua babak 16 besar, 8 Agustus mendatang. “Kami kadang-kadang berjuang menafsirkan filosofi pelatih. Tapi, kami tetap tim,. Kami bekerja sebagai lelaki sejati ketimbang pesepak bola, “ ujar Bonucci. (Alimansyah)
Sarri mengungkapkan menjuarai scudetto adalah sesuatu yang spesial. Dia mengatakan pekerjaannya terasa lebih mudah karena memiliki pemain-pemain berkualitas yang selalu termotivasi untuk menang. “Ini bukan seperti jalan di taman. Itu panjang, sulit, menegangkan, dan para pemain layak mendapat banyak pujian karena terus menemukan rasa lapar dan tekad untuk terus mengejar setelah delapan gelar scudetto berturut-turut,” kata Sarri, dilansir football-italia.net. (Baca juga: Keajaiban Kayangan Api, Tempat Semedi Pembuat Keris Majaphit)
Sarri juga menganggap dukungan dari petinggi klub sama pentingnya. Dia mengatakan Presiden Andrea Agnelli dan Direktur Fabio Paratici yang menghadiri sesi latihan setiap hari, datang bertukar ide, melihat apakah tim memerlukan sesuatu. Itulah salah satu kunci sukses Juve merajai Seri A selama bertahun-tahun.
Pelatih kelahiran Naples, Italia, tersebut tidak memungkiri masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki agar musim depan jauh lebih baik, terutama di lini pertahanan. Maklum, Juve menjadi klub dengan pertahanan terburuk yang menjuarai scudetto dalam 60 tahun terakhir.
Sepanjang musim ini, Juve telah kebobolan 38 gol dalam 36 pertandingan, lebih banyak dari pemenang scudetto lainnya sejak 1960/1961. Catatan buruk sebelumnya juga ditorehkan Juve di bawah Pelatih Carlo Parola. Padahal, sejak menjadi juara pada 2011/2012, jumlah kebobolan terbanyak adalah 30 gol pada musim 2018/2019.
Juve bahkan hanya kebobolan 20 gol pada musim 2011/2012 dan 2015/2016. La Vecchia Signora juga hanya melakukan 12 clean sheet dalam 36 pertandingan atau paling sedikit selama merajai Seri A sejak 2011/2012 (16 clean sheet). Sementara yang terbanyak adalah pada musim 2012/2013 dan 2013/2014 (24 clean sheet).
Namun, Juve musim ini cukup produktif. Mereka mencetak 75 gol dan mengumpulkan 83 poin. Mereka memenangkan 26 pertandingan, imbang 5 kali, dan hanya kalah 5 kali. Karena itu, Sarri berharap fans bersabar karena segala sesuatunya memerlukan proses. “Anda tidak bisa langsung masuk ke klub yang telah memenangkan gelar selama delapan tahun berturut-turut dan segera mencoba melakukan perubahan,"sebut Sarri. (Lihat video: Kawanan Monyet Liar Serbu Permukiman Warga di Lembang Bandung)
Proses yang sedang berjalan diamini Bonucci. Dia mengatakan kedatangan Sarri musim panas lalu sempat membuat para pemain kesulitan beradaptasi dengan metode dan gaya pelatihan yang dibawa Sarri. Tapi, bek Italia tersebut senang karena kerja keras seluruh anggota tim berbuah gelar scudetto kesembilan beruntun yang dianggapnya spesial karena diraih di tengah pandemi Covid-19 dan tanpa kehadiran fans di stadion.
Bonucci berharap dapat memberikan kado lainnya bagi fans, yakni Liga Champions. Juve akan berhadapan dengan Olympique Lyon di leg kedua babak 16 besar, 8 Agustus mendatang. “Kami kadang-kadang berjuang menafsirkan filosofi pelatih. Tapi, kami tetap tim,. Kami bekerja sebagai lelaki sejati ketimbang pesepak bola, “ ujar Bonucci. (Alimansyah)
(ysw)