Hyeon Chung: Muda, Beda, dan Berbahaya
A
A
A
AWAL tahun 2018 Hyeon Chung berhasil mencetak rekor fantastis bagi negaranya, Korea Selatan. Inilah petenis muda Korea Selatan yang dapat dikatakan muda, beda, dan berbahaya.
Petenis Korea Selatan, Hyeon Chung, terlihat sedikit meringis ketika memulai babak semifinal Australia Terbuka 2018 minggu lalu. Wajah petenis berusia 21 tahun itu terlihat berkeringat dingin ketika berada di lapangan Rod Lover Arena. Dia meringis bukan karena lawan yang dihadapinya adalah petenis legendaris yang juga telah berhasil menjadi pemenang Australian Open 2018, Roger Federer. Bukan pula karena grogi karena di Australian Open tahun ini dia malah berhasil mengalahkan legendaris tenis lainnya, Novak Djokovic.
Keringat dingin yang mengucur deras ternyata karena luka di kaki kirinya akibat melepuh. Awalnya dia masih meladeni Roger Federer sebaik mungkin meski akhirnya kalah di set pertama dengan skor 6-1. "Saya kira sejak set pertama semuanya normal saja. Saya tidak tahu dia mengalami masalah," ujar Roger Federer dikutip dari BBC. "Di babak kedua, saya merasa dia semakin pelan. Kakinya ternyata melepuh. Itu pasti sangat sakit. Pada saat yang bersamaan, kondisi kaki bisa lebih buruk," lanjut Federer.
Neville Goodwin, pelatih tenis Hyeon Chung, mengatakan selama dua minggu mengikuti Australian Open 2018, petenis kelahiran 19 Mei 1996 tersebut bertanding dengan sangat keras. Saking kerasnya, kaki kiri Hyeon Chung melepuh dan terluka. "Dia terus bermain meskipun kakinya sudah terluka," kata Neville Goodwin.
Alhasil, di babak kedua, setelah sebelumnya diperiksa oleh tim medis, Hyeon Chung memutuskan tidak melanjutkan pertandingan melawan petenis legendaris Swedia itu. Sontak keputusan tersebut mengagetkan ribuan orang yang datang ke Rod Lover Arena. Sampai-sampai Roger Federer sendiri sedikit sedih karena Hyeon Chung mundur. "Saya senang bisa masuk ke final tetapi bukan dengan cara seperti ini. Dia sudah melakukan yang terbaik di turnamen," papar Federer.
Kehadiran Hyeon Chung di ajang tenis dunia memang jadi angin segar tidak hanya bagi negaranya, Korea Selatan, juga seluruh pencinta tenis dunia. Pria berumur 21 tahun dengan kacamata olahraga unik tersebut memberikan sebuah semangat baru ketika masih ada anak muda yang siap menggoyang status quo tenis dunia. "Mengalahkan Novak di Australia itu bukan hal yang bisa dilakukan siapa saja. Dia memperlihatkan perjuangan yang luar biasa saat itu," ujar Roger Federer.
Bagi Korea Selatan, perjuangan Hyeon Chung jadi catatan emas. Dia merupakan petenis pertama Korea Selatan yang mampu mencapai babak semifinal sebuah pertandingan tenis Grand Slam. Di Korea Selatan, tenis memang bukan cabang olahraga yang populer. Semuanya berubah ketika Hyeon Chung berhasil mengalahkan Novak Djokovic. Tiba-tiba saja seluruh masyarakat Korea Selatan membicarakan Hyeon Chung. Bahkan, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengirimkan ucapan selamat kepada Hyeon Chung lewat akun Twitter resmi miliknya. "Kami membuat sejarah di Australia dan masyarakat mengapresiasinya," ujar Hyeon Chung merendah.
Associaton of Tennis Professional (ATP) juga memberikan penghargaan yang tinggi untuk Hyeon Chung. Bagi mereka, Hyeon Chung dan beberapa petenis muda lainnya adalah penerus tongkat estafet tenis dunia pada masa depan. Saat Roger Federer, Rafael Nadal, Andy Murray, dan Novak Djokovic mengucapkan selamat tinggal, maka Hyeon Chung dan yang lainnya sudah siap meneruskan kiprah mereka.
ATP memang telah menyiapkan rencana tersebut dengan matang. Tahun 2017 mereka menyiapkan sebuah kompetisi bernama ATP Next Gen di Milan, Italia. Ajang tersebut sebagai ajang ketika petenis-petenis muda berusia 21 tahun ke bawah berkompetisi menjadi yang terbaik. Di ajang inilah Hyeon Chung berhasil menjadi jawara.
Keberhasilan Hyeon Chung di ajang tersebut langsung mendongkrak posisi pria kelahiran Suwon, Korea Selatan, ke peringkat 58. Bagi Neville Goodwin, bukan hanya peringkat yang terdongkrak, juga kepercayaan diri Hyeon Chung. Setelah prestasinya di Australia kini dia berada di posisi 29. Sejak kompetisi di Milan, Italia, Hyeon Chung mulai yakin bahwa dia memiliki kemampuan untuk mengalahkan beberapa petenis dalam satu kompetisi. "Dia sekarang tahu kemampuan yang dia miliki bisa membawanya sejauh mungkin," sebut Neville Goodwin.
Menengok ke belakang, Hyeon Chung memang butuh dorongan dari orang-orang terdekat agar kepercayaan dirinya meningkat. Agen Hyeon Chung, Stuart Duguid, bercerita tentang masalah bahasa Inggris yang sempat membuat anak asuhnya itu enggan bekerja sama dengan pelatih non-Korea. "Setelah bertemu dengan Goodwin, dia akhirnya menjadi percaya diri. Kemampuan bahasa Inggrisnya membaik," kata Stuart Duguid.
Tidak bisa dimungkiri, dukungan dari orang-orang terdekat inilah yang mampu membawa Hyeon Chung melewati rintangan masalah. Dia sendiri merasa bangga ketika di Australia Open 2018, keluarga besarnya berada di deretan terdepan mendukungnya pada saat menang maupun saat menderita kekalahan pahit seperti saat dia mengundurkan diri di babak semifinal Australia Open 2018. "Ada beberapa hal yang bisa membuat dia jadi lebih baik lagi. Dukungan dari keluarga merupakan salah satunya," ujar Neville Goodwin.
Petenis Korea Selatan, Hyeon Chung, terlihat sedikit meringis ketika memulai babak semifinal Australia Terbuka 2018 minggu lalu. Wajah petenis berusia 21 tahun itu terlihat berkeringat dingin ketika berada di lapangan Rod Lover Arena. Dia meringis bukan karena lawan yang dihadapinya adalah petenis legendaris yang juga telah berhasil menjadi pemenang Australian Open 2018, Roger Federer. Bukan pula karena grogi karena di Australian Open tahun ini dia malah berhasil mengalahkan legendaris tenis lainnya, Novak Djokovic.
Keringat dingin yang mengucur deras ternyata karena luka di kaki kirinya akibat melepuh. Awalnya dia masih meladeni Roger Federer sebaik mungkin meski akhirnya kalah di set pertama dengan skor 6-1. "Saya kira sejak set pertama semuanya normal saja. Saya tidak tahu dia mengalami masalah," ujar Roger Federer dikutip dari BBC. "Di babak kedua, saya merasa dia semakin pelan. Kakinya ternyata melepuh. Itu pasti sangat sakit. Pada saat yang bersamaan, kondisi kaki bisa lebih buruk," lanjut Federer.
Neville Goodwin, pelatih tenis Hyeon Chung, mengatakan selama dua minggu mengikuti Australian Open 2018, petenis kelahiran 19 Mei 1996 tersebut bertanding dengan sangat keras. Saking kerasnya, kaki kiri Hyeon Chung melepuh dan terluka. "Dia terus bermain meskipun kakinya sudah terluka," kata Neville Goodwin.
Alhasil, di babak kedua, setelah sebelumnya diperiksa oleh tim medis, Hyeon Chung memutuskan tidak melanjutkan pertandingan melawan petenis legendaris Swedia itu. Sontak keputusan tersebut mengagetkan ribuan orang yang datang ke Rod Lover Arena. Sampai-sampai Roger Federer sendiri sedikit sedih karena Hyeon Chung mundur. "Saya senang bisa masuk ke final tetapi bukan dengan cara seperti ini. Dia sudah melakukan yang terbaik di turnamen," papar Federer.
Kehadiran Hyeon Chung di ajang tenis dunia memang jadi angin segar tidak hanya bagi negaranya, Korea Selatan, juga seluruh pencinta tenis dunia. Pria berumur 21 tahun dengan kacamata olahraga unik tersebut memberikan sebuah semangat baru ketika masih ada anak muda yang siap menggoyang status quo tenis dunia. "Mengalahkan Novak di Australia itu bukan hal yang bisa dilakukan siapa saja. Dia memperlihatkan perjuangan yang luar biasa saat itu," ujar Roger Federer.
Bagi Korea Selatan, perjuangan Hyeon Chung jadi catatan emas. Dia merupakan petenis pertama Korea Selatan yang mampu mencapai babak semifinal sebuah pertandingan tenis Grand Slam. Di Korea Selatan, tenis memang bukan cabang olahraga yang populer. Semuanya berubah ketika Hyeon Chung berhasil mengalahkan Novak Djokovic. Tiba-tiba saja seluruh masyarakat Korea Selatan membicarakan Hyeon Chung. Bahkan, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengirimkan ucapan selamat kepada Hyeon Chung lewat akun Twitter resmi miliknya. "Kami membuat sejarah di Australia dan masyarakat mengapresiasinya," ujar Hyeon Chung merendah.
Associaton of Tennis Professional (ATP) juga memberikan penghargaan yang tinggi untuk Hyeon Chung. Bagi mereka, Hyeon Chung dan beberapa petenis muda lainnya adalah penerus tongkat estafet tenis dunia pada masa depan. Saat Roger Federer, Rafael Nadal, Andy Murray, dan Novak Djokovic mengucapkan selamat tinggal, maka Hyeon Chung dan yang lainnya sudah siap meneruskan kiprah mereka.
ATP memang telah menyiapkan rencana tersebut dengan matang. Tahun 2017 mereka menyiapkan sebuah kompetisi bernama ATP Next Gen di Milan, Italia. Ajang tersebut sebagai ajang ketika petenis-petenis muda berusia 21 tahun ke bawah berkompetisi menjadi yang terbaik. Di ajang inilah Hyeon Chung berhasil menjadi jawara.
Keberhasilan Hyeon Chung di ajang tersebut langsung mendongkrak posisi pria kelahiran Suwon, Korea Selatan, ke peringkat 58. Bagi Neville Goodwin, bukan hanya peringkat yang terdongkrak, juga kepercayaan diri Hyeon Chung. Setelah prestasinya di Australia kini dia berada di posisi 29. Sejak kompetisi di Milan, Italia, Hyeon Chung mulai yakin bahwa dia memiliki kemampuan untuk mengalahkan beberapa petenis dalam satu kompetisi. "Dia sekarang tahu kemampuan yang dia miliki bisa membawanya sejauh mungkin," sebut Neville Goodwin.
Menengok ke belakang, Hyeon Chung memang butuh dorongan dari orang-orang terdekat agar kepercayaan dirinya meningkat. Agen Hyeon Chung, Stuart Duguid, bercerita tentang masalah bahasa Inggris yang sempat membuat anak asuhnya itu enggan bekerja sama dengan pelatih non-Korea. "Setelah bertemu dengan Goodwin, dia akhirnya menjadi percaya diri. Kemampuan bahasa Inggrisnya membaik," kata Stuart Duguid.
Tidak bisa dimungkiri, dukungan dari orang-orang terdekat inilah yang mampu membawa Hyeon Chung melewati rintangan masalah. Dia sendiri merasa bangga ketika di Australia Open 2018, keluarga besarnya berada di deretan terdepan mendukungnya pada saat menang maupun saat menderita kekalahan pahit seperti saat dia mengundurkan diri di babak semifinal Australia Open 2018. "Ada beberapa hal yang bisa membuat dia jadi lebih baik lagi. Dukungan dari keluarga merupakan salah satunya," ujar Neville Goodwin.
(amm)