Wawancara Khusus Jonatan Christie: Kampiun All England 2024 setelah Sewindu Puasa

Kamis, 04 April 2024 - 10:15 WIB
loading...
Wawancara Khusus Jonatan...
Wawancara Khusus Jonatan Christie: Kampiun All England 2024 setelah Sewindu Puasa. Foto: PBSI
A A A
Keberhasilan Jonatan Christie menjadi juara All England 2024 menyimpan banyak cerita. Menjalani debut di All England pada 2016 dengan usia 18 tahun, Jonatan akhirnya bisa merengkuh titel bergengsi tersebut delapan tahun kemudian.

Lebih berkesan lagi, Jonatan sukses mencetak sejarah dengan menjadi tunggal putra pertama Indonesia yang menjuarai All England setelah 30 tahun. Tak hanya itu, ia bersama Anthony Sinisuka Ginting bisa mencetak All Indonesian Final di All England yang juga telah terpecahkan selama 30 tahun.

Pada laga final, Jonatan berhasil mengalahkan Ginting lewat pertarungan dua gim dengan skor 21-15 dan 21-14. Meski sempat tidak menyangka bisa menjadi juara All England, Jonatan memiliki cerita di balik kesuksesannya tersebut.

SINDOnews/MNC Portal Indonesia berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan Jonatan tentang perjalanannya hingga menjadi All England 2024. Berikut hasil wawancara Jonatan Christie:

Jojo menjalani debut All England di usia muda yakni 18 tahun. Apakah saat debut sudah punya bayangan suatu hari nanti akan menjadi juara All England?

Waktu debut dulu enggak ada. Maksudnya enggak pernah kepikiran juga, bahkan dari selama saya berkarier, enggak pernah kepikiran untuk bisa jadi juara All England. Tapi untuk mau menjadi juara di All England pasti ada. Tapi untuk bisanya itu, ya kita enggak pernah tahu gitu. Saya sendiri juga enggak berekspektasi, ya bisa dibilang enggak nyangka juga bisa jadi juara All England.

Sejak debut All England pada tahun 2016 baru bisa juara di tahun 2024. Kenapa butuh puasa gelar sewindu untuk pecah telur di All England?

Ya balik lagi sih. All England itu awalnya bukan yang menjadi prioritas dari semuanya. Tapi ya siapa sih yang enggak mau juara All England juga, karena All England salah satu turnamen tertua dan terbesar juga. Jadi saya rasa setiap pemain, semua pemain bisa dibilang pengenlah untuk at least bisa atau pernah meraih gelar All England gitu. Tapi kan balik lagi, enggak gampang untuk dapat itu. Ya bersyukur, maksudnya bisa menjadi juara All England tahun ini.

Bagi Jojo, turnamen All England tahun apakah punya arti khusus?

Awalnya sih tahun ini fokus untuk Olimpiade. Tapi beberapa bulan lalu juga sempat diskusi dengan pelatih, dengan psikolog pribadi saya, memang ada turnamen yang ingin saya jadikan sebagai simulasi, simulasi untuk nanti menjelang Olimpiade gitu. Terlepas turnamen-turnamen yang saya tentukan menjadi simulasi itu, hasilnya akan bagus atau tidak.

Tapi ya tujuannya memang untuk simulasi kayak dari semua aspek gitu, dari persiapan, dari cara di lapangannya bagaimana, fighting spirit-nya bagaimana, menjalani keseharian, preparation-nya bagaimana. Terus juga mencari masa tapering yang terbaik untuk diri saya itu seperti apa gitu. Jadi memang ada beberapa turnamen-turnamen yang sudah kita putuskan dan sudah yang dalam tanda kutip mantap. Mantap dalam artian untuk ini dijadikan simulasi Olimpiade. Salah satunya All England.

Berarti memang sejak kecil sudah bermimpi menjadi juara All England ya?

Jujur sebenarnya ketika itu saya enggak tahu ya, apakah saya memang ngomong begitu? Ataukah memang ditulisnya memang seperti itu? Jujur saya agak lupa sih, enggak inget persis detailnya gitu. Cuma kalau seinget saya, saya kayaknya dari kecil, maksudnya dari pemikiran saya, enggak ada kayak spesifik “oh gue mau juara ini, juara itu, juara ini” apalagi itu mungkin masih di klub kali ya? Masih umur berapa itu? 10-11 tahun kali ya.

Jadi saya rasa kayaknya tidak terucap sedetail itu, sedetail saya mau juara All England gitu. Atau enggak tahu mungkin pertanyaan waktu itu gimana, mungkin ditanya mau enggak juara All England? Ya maulah gitu kan pasti jawabnya. Ya enggak tahu juga gitu cuma pada saat itu sebenarnya intinya enggak ada yang spesifik gitu loh.

Tapi ya berjalannya waktu, pelan-pelan dapat banyak masukan, dapat banyak motivasi, ya pasti inginlah untuk meraih gelar itu. Ya kalau ditanya bagaimana ketika dulu melihat itu ya enggak pernah kebayang. Balik lagi enggak pernah kebayang, saya cuma mikirnya ya udah latihan aja, latihan yang bagus, lebih dari orang lain, udah itu doang.

Ada cerita berkesan apa di balik Jojo berhasil menjuarai All England 2024?

Ya kalau tahu prosesnya mungkin ya balik lagi sih enggak gampanglah up and down. Apalagi setelah menikah akhir tahun lalu pasti akan ada banyak pertanyaan, banyak keraguan, entah dari luar atau entah dari dalam yang akan mempertanyakan apakah masih tetap bisa untuk terus keep it up dengan prestasi, dengan performance terbaik. Pasti akan ada hal itu gitu. Walaupun mungkin pembahasannya kalau di depan sih mungkin oke oke aja ya tapi kan kita enggak pernah tahu kalau di belakang itu gimana. Ya saya rasa pasti ada keraguan lah gitu, enggak mungkin semuanya agree gitu dengan keputusan saya menikah. Cuma ya itu balik lagi kayak banyak pelajaran yang saya ambil dari awal mula saya menikah sampai kemarin bisa dapat gelar All England, itu benar-benar enggak gampang gitu.

Ya ternyata menikah juga tidak semudah itu, karena beberapa bulan, 3 bulan lebih menikah, ada mungkin ya, bukan permasalahan sih tapi lebih ke pembelajaran aja antara pekerjaan ya pekerjaan, keluarga ya keluarga. Itu kan kita harus tahu batasannya. Kita harus punya batasan kapan saya menempatkan diri sebagai Jonatan yang profesional di pekerjaan dan Jonatan yang ya memang untuk keluarga. Itu yang ternyata enggak mudah untuk nge-adjust itu, dari waktu, dari perhatian trus juga dari beberapa hal lah yang saya rasa “ya lu mesti belajar lagi nih untuk tahu batasan-batasan itu.” Apalagi kan kalau mau tetep berada di performance yang terbaik ya latihannya juga mesti ada tambahan, trus juga latihannya perlu istirahat yang cukup segala macem. Jadi lebih adaptasi ke sananya yang enggak mudah gitu.

Di samping lagi yang tadi saya bilang akan ada banyak pertanyaan dari orang luar ketika melihat hasilnya enggak bagus. Apalagi ya bisa dilihat dari awal tahun yang enggak bagus kemarin, ya itu banyak struggle. Hal-hal itu yang mungkin orang enggak tahu. Mungkin orang ya melihatnya hanya dari hasil. Ya sebenernya it's okay enggak apa-apa, cuman ya perjalanannya itu enggak gampang aja gitu untuk ngelewatin proses itu.

Banyak anggapan gelar Jonatan di All England tidak lepas dari kemenangan Ginting atas Viktor Axelsen. Tapi kamu sendiri kan juga punya perjuangan yang tidak mudah di All England 2024. Babak pertama aja langsung ketemu Chou Tien Chen (Taiwan) walaupun menang dengan skor 21-4 di gim pertama.Anda menanggapi hal ini seperti apa?

Enggak tahu ya, tapi banyak orang bisa berasumsi kan? Ini begini karena itu begitu, karena si ini kalah sama ini. Ya bebas, maksudnya orang bisa berasumsi bebas, mereka bisa komen apapun itu dari sudut pandang mereka yang juga bebas gitu kan. Cuma ya balik lagi mungkin yang Ginting pernah cerita ya setiap orang punya race-nya masing-masing, setiap orang punya struggle-nya masing-masing, jadi ya bagaimana si orang itu menyikapi dan menghadapi persoalan itu. Enggak usah pentingin atau musingin masalah orang lain gitu.

Kalau ditanya lawan Chou bisa unggul gim pertama dengan cukup signifikan ya saya rasa enggak tahu juga ya kenapa. Mungkin saya juga mencoba yang terbaik aja. Mungkin juga Chou belum in banget di gim pertama, jadi ya saya bisa mendapatkan kesempatan itu lebih baik untuk start-nya.

Setelah Chou Tien Chen, babak-babak berikutnya juga berat buat Jojo. Ketemu Kunlavut Vitidsarn (Thailand) yang juara dunia, Shi Yu Qi (China) yang unggulan 2. Jojo sendiri ngerasanya gimana?

Sebenernya kan kita udah bisa ngeliat schedule (bagan drawing) dari 1-2 minggu sebelumnya, jadi sebelum berangkat Eropa tuh sebenernya udah ngeliat kayak “wih lumayan juga nih bagan di All England” kayak mesti kerja keras gitu kan. Ya balik lagi yang saya bilang tadi di awal saya udah putusin sama pelatih dan psikolog pribadi saya, pertandingan ini memang pengen dijadiin ajang simulasi nanti kalau di Olimpiade dapet lawan kayak gini, karena kan kita enggak bisa memilih.

Ya mau enggak mau harus dihadapi. Nah, tinggal bagaimana nih kayak proses yang dari pengalaman kemarin setelah babak pertama, kedua, ketiga, keempat dan final, hal-hal positifnya itu diambil buat bekal nanti di Olimpiade. Itu pun nanti mungkin akan berbeda lagi pas di Olimpiade. Tapi at least setidaknya udah punya catatan, punya gambaran ketika lawannya kayak begini-begini. “Gue paginya mesti ngapain dulu, gue mesti makan apa, gue mungkin perlu kayak istirahat berapa jam” itu kan hal-hal yang lebih mendetail yang akan bisa kita bawa nanti di Olimpiade.

Setelah melewati Shi Yu Qi, apakah dari situ Jojo sudah punya keyakinan untuk bisa ke final bahkan juara?

Setelah lawan Shi Yu Qi dan mungkin lihat hasil pertandingan lain, awalnya sih saya mungkin lebih berpikir bahwa “wah kayaknya kita bisa mengulang sejarah 30 tahun lalu, bisa All Indonesian Final.” Ya tapi saya juga mencoba untuk kontrol dan cut pemikiran itu, karena kan masih semifinal. Nah itu juga sebenarnya kan ekspektasi yang bermain, how to manage-nya juga, gimana cara kita manage supaya jangan terlalu over ekspektasinya, tapi juga jangan terlalu under. Jadi menjaga tengah-tengahnya itu yang enggak gampang di saat mau bertanding. Mungkin bisa dibilang titik yang memang merasa bahwa kayaknya bisa ke final atau juara, ya setelah melewati Shi Yu Qi itu sih.

Bicara soal persiapan detail, apa yang dipersiapkan untuk menghadapi turnamen besar seperti All England ini?

Oh itu sebenarnya banyak. Mungkin enggak hal besar, tapi kecil-kecil trus banyak. Kayak jam istirahat, tidur harus berapa jam, malamnya harus nonton video (lawan) dulu, lawan besok siapa, trus bangun paginya harus stretching, pemanasan gerakannya seperti apa dulu yang bisa aktifin ototnya supaya nanti pas tanding sudah benar-benar eksplosifnya dapet. Hal-hal semacam itu yang justru perlu diperhatikan dibanding hal-hal yang kayak mikirin hasil. Makanya tadi saya bilang how to manage ekspektasi, trus bagaimana untuk me-manage diri saat itu, harus berbuat apa, harus mempersiapkan apa.

Kalau soal tidur, kan setiap orang bisa berbeda-beda. Kalau Jojo di All England seperti apa? Apakah sempat susah tidur juga?

Ya betul-betul, kayak pas semifinal kemarin saya cuma tidur 4 jam sebelum lawan Lakshya Sen (India). Itu beneran cuma tidur 4 jam, karena enggak bisa tidur. Itu saya perempatfinal lawan Shi Yu Qi saya main tiga match terakhir, jadi selesainya agak malem. Nah di satu sisi selesainya malem, di satu sisi juga perlu ada pijit, perlu ada terapi, jadi kan sampai larut malam. Trus semifinalnya main agak siang, jadi mau enggak mau harus nonton buat lawan besok malam itu juga, karena kita harus ngebaca dulu biar at least ada gambaran. Nah itu yang udah malem, nonton gitu kan pasti masih kebayang pikirannya, jadi enggak bisa tidur karena itu juga. Di samping ekspektasi juga segala macem, pikiran itu yang cukup menguras sih. At least cuma tidur 4 jam yah agak terkejut juga.

Tapi setelah menang semifinal bisa tidur nyenyak kan karena All Indonesian Final juga?

Setelah menang lawan Lakshya Sen, iya bisa, bisa tidur haha. Karena satu ya mungkin jarak dari selesai bertanding semifinal ke jarak tidurnya cukup panjang, jadi ya enggak terlalu buru-buru harus ini harus itu. Jadi ada waktu chill dulu deh, santai dulu, pergi makan dulu, jadi otaknya bisa lebih enggak di push untuk “ayo cepet tidur ayo cepet tidur”, jadi lebih enak. Ditambah lagi udah All Indonesian Final juga, sayanya jadi “yaudah deh siapapun yang menang, udah, yang penting Indonesia” kita udah ciptain sejarah lagi, udah lebih tenang, jadi lebih enak tidurnya, lebih lega.

Sebelum final, selain dikumpulin pelatih Irwansyah, ada ngobrol khusus berdua aja sama Ginting?

Kalau ngobrol ya sebatas biasa aja sih sama Ginting. Ya malem sebelum final bang Aboy -sapaan akrab pelatih Irwansyah- yang ngumpulin kita, say congrats, saya terimakasih juga. Trus dia bilang do the best, tunjukkin yang terbaik besok karena kan kita pasti ditonton seluruh dunia, jadi tampilkan yang terbaik, jangan kayak yang kelihatan males males, jangan kayak kelihatan lemes lemes, yang penting maksimal. Ya hasilnya bisa dilihat.
(sto)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0906 seconds (0.1#10.140)