Perjalanan Wakil Inggris Tak Seindah Musim Lalu

Selasa, 18 Agustus 2020 - 13:35 WIB
loading...
Perjalanan Wakil Inggris Tak Seindah Musim Lalu
Pelatih Sevilla Julen Lopetegui dan pemain dan staff di bangkucadangan berhamburan untuk merayakan kemenangan mereka atas MU. Foto/Reuters
A A A
KOLN - Tim-tim Liga Primer mendapatkan rapor merah pada kompetisi Eropa musim ini. Reputasi Inggris di jajalan elite Benua Biru kian tercoreng menyusul kekalahan 1-2 Manchester United (MU) dari Sevilla di babak semifinal Liga Europa yang berlangsung di Rhein Energie Stadion, Koln, Jerman, Senin (17/8/2020).

Tersingkirnya The Red Devils memastikan Inggris tidak memiliki wakil di final Liga Europa. Sebelumnya, dua wakil Inggris lainnya telah berguguran, yakni Arsenal (32 besar) dan Wolverhampton Wanderers (perempat final).

Bukan hanya di Liga Europa , Inggris bahkan tidak mengirimkan wakilnya di semifinal Liga Champions musim ini. Manchester City (Man City) tersingkir di perempat final. Sementara tiga tim lainnya seperti juara bertahan Liverpool, Tottenham Hotspur, dan Chelsea sudah angkat koper di babak 16 besar. (Baca: MU Dipastikan Hampa Gelar, Solskjaer Bidik Amunisi Baru)

Sebuah penurunan mengingat musim lalu Inggris begitu fenomenal dengan menciptakan All England Final di Liga Europa (Arsenal versus Chelsea) yang dimenangkan Chelsea dan All England Final di Liga Champions (Liverpool versus Tottenham) yang dimenangkan Liverpool.

Khusus MU, berstatus sebagai harapan terakhir Inggris berprestasi di Eropa musim ini rupanya sangat membebani mereka. Unggul melalui penalti Bruno Fernandes pada menit kesembilan, MU meradang lantaran Sevilla membalikkan situasi lewat gol-gol dari Suso (26) dan Luuk de Jong (78).

Kemampuan MU mengonversi peluang menjadi gol semakin dipertanyakan mengingat mereka melepaskan 20 tendangan, tujuh di antaranya on target. Termasuk kemenangan perempat final mereka atas FC Copenhagen dan pertandingan mereka dengan Sevilla, Harry Maguire dkk memiliki 46 tendangan dengan 21 mengenai on target.

Tapi, MU hanya berhasil mencetak dua gol dari titik penalti dalam pertandingan tersebut dengan rasio konversi 4,4%. Sindiran pun mengemuka. MU dilabeli sebagai raja penalti lantaran telah mendapatkan 22 penalti di semua kompetisi musim ini atau terbanyak yang dilakukan satu tim dalam satu musim di lima liga top Eropa sejak Barcelona pada 2015/2016 (24 penalti). (Baca juga: Setelah Kudeta TikTok, Trump Bersiap Gulingkan Alibaba)

Terasa semakin pahit karena MU tiga kali gagal di semifinal di tiga kompetisi musim ini. Sebelumnya, langkah The Red Devils juga terhenti di fase yang sama di Piala Liga dan Piala FA. MU kini telah tersingkir dari kompetisi Eropa oleh lawan dari Spanyol untuk musim ketiga berturut-turut setelah kalah agregat 0-4 dari Barca di perempat final Liga Champions 2018/2019 dan 1-2 dari Sevilla di babak 16 besar Liga Champions 2017/2018.

Kegagalan MU membawa pulang trofi musim ini memperpanjang puasa gelar mereka di tiga musim terakhir. Itu membuat Pelatih Ole Gunnar Solskjaer disorot. Kemampuannya menangani The Red Devils semakin dipertanyakan. Pasalnya, dia baru melakukan pergantian empat pemain pada menit ke-87 dan 90+3, padahal saat itu MU sudah tertinggal 1-2. (Baca juga: Bangun Jalan Tol terpanjang di Indonesia, Hutama Karya Pakai Produk Lokal)

Keputusannya membangkucadangkan pemain langganan Liga Europa Sergio Romero dan Nemanja Matic yang sedang bagus-bagusnya bersama Paul Pogba dan Fernandes di lini tengah membuat fans MU bingung.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0930 seconds (0.1#10.140)