Rumah Masa Kecil Muhammad Ali Dijual, Sejarah Lahirnya sang Legenda
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rumah masa kecil Muhammad Ali , berwarna merah muda di Louisville, Kentucky, kini dipasarkan. Rumah awal karier sang legenda tinju ini dijual setelah menjadi museum.
Rumah sederhana dengan warna pink, terdiri dari dua kamar tidur dan satu kamar mandi itu merupakan tempat Ali, yang saat itu dikenal sebagai Cassius Clay , menghabiskan tahun-tahun awalnya dan telah diubah menjadi museum.
Koleksi bersejarah ini, termasuk dua rumah tetangga yang telah diubah menjadi toko suvenir dan disewakan jangka pendek, bernilai 1,4 juta USD.
Rekan pemiliknya, George Bochetto, mantan komisaris tinju negara bagian Pennsylvania, menekankan pentingnya melestarikan sejarah Amerika ini.
“Ini adalah bagian dari Americana. Ini adalah bagian dari sejarah kita, dan ini perlu diperlakukan dan dihormati,” kata Bochetto.
"Anda masuk ke rumah ini, Anda akan kembali ke tahun 1955, dan Anda akan berada di tengah-tengah rumah keluarga Clay," ucap Bochetto lagi.
Museum berumur pendek
Museum, yang dibuka tak lama setelah kematian Muhammad Ali pada 2016 ini dipugar dengan cermat untuk mencerminkan masa-masa awal juara kelas berat itu dengan menggunakan foto sebagai panduan.
Terlepas dari signifikansi sejarahnya, museum ini menghadapi kesulitan keuangan dan ditutup kurang dari dua tahun setelah pembukaan.
Berbagai usulan untuk memindahkannya ke kota-kota seperti Las Vegas, Philadelphia, atau bahkan Arab Saudi semuanya ditolak. Bochetto sangat yakin bahwa properti itu harus tetap berada di Louisville.
Rumah sederhana dengan warna pink, terdiri dari dua kamar tidur dan satu kamar mandi itu merupakan tempat Ali, yang saat itu dikenal sebagai Cassius Clay , menghabiskan tahun-tahun awalnya dan telah diubah menjadi museum.
Koleksi bersejarah ini, termasuk dua rumah tetangga yang telah diubah menjadi toko suvenir dan disewakan jangka pendek, bernilai 1,4 juta USD.
Rekan pemiliknya, George Bochetto, mantan komisaris tinju negara bagian Pennsylvania, menekankan pentingnya melestarikan sejarah Amerika ini.
“Ini adalah bagian dari Americana. Ini adalah bagian dari sejarah kita, dan ini perlu diperlakukan dan dihormati,” kata Bochetto.
"Anda masuk ke rumah ini, Anda akan kembali ke tahun 1955, dan Anda akan berada di tengah-tengah rumah keluarga Clay," ucap Bochetto lagi.
Museum berumur pendek
Museum, yang dibuka tak lama setelah kematian Muhammad Ali pada 2016 ini dipugar dengan cermat untuk mencerminkan masa-masa awal juara kelas berat itu dengan menggunakan foto sebagai panduan.
Terlepas dari signifikansi sejarahnya, museum ini menghadapi kesulitan keuangan dan ditutup kurang dari dua tahun setelah pembukaan.
Berbagai usulan untuk memindahkannya ke kota-kota seperti Las Vegas, Philadelphia, atau bahkan Arab Saudi semuanya ditolak. Bochetto sangat yakin bahwa properti itu harus tetap berada di Louisville.