Muhammad Ali, Pelopor Duel Lintas Disiplin Olahraga Bela Diri

Jum'at, 20 September 2024 - 18:00 WIB
loading...
Muhammad Ali, Pelopor...
Muhammad Ali, Pelopor Duel Lintas Disiplin Olahraga Bela Diri. Foto: BBC
A A A
Di era modern, pertarungan crossover antara petarung dari berbagai disiplin olahraga telah menjadi pemandangan yang biasa, seperti Floyd Mayweather vs Conor McGregor, Francis Ngannou vs Tyson Fury, hingga Nate Diaz vs Jake Paul. Namun, tahukah Anda bahwa tren ini bermula hampir setengah abad yang lalu, dengan melibatkan salah satu pertarungan paling legendaris sepanjang masa?

Pada 26 Juni 1976, Muhammad Ali , sang juara dunia tinju kelas berat dua kali, melangkah ke arena Budokan di Tokyo untuk menghadapi pegulat Jepang terkenal, Antonio Inoki. Pertarungan ini, yang dihadiri oleh 14.500 penonton, berakhir dengan kekecewaan besar: Ali dilarikan ke rumah sakit, sementara para penonton yang kecewa melemparkan sampah ke dalam ring.

Namun, sebelum semua itu terjadi, harapan tinggi menyelimuti pertandingan yang kemudian dikenal sebagai "War of the Worlds" ini.

Semua dimulai ketika Ali diperkenalkan kepada presiden asosiasi gulat amatir Jepang, Ichiro Hatha, pada tahun 1975. Dalam pertemuan itu, Ali menantang siapa pun untuk bertarung dengannya dengan bayaran sebesar USD 1 juta. Tantangan ini menjadi berita besar di Jepang, dan Inoki, yang merupakan salah satu nama besar di negara tersebut, bersama para pendukungnya menawarkan Ali bayaran enam kali lipat.

Menurut laporan Jake Jones di BBC,fotografer Claude Charlier, yang saat itu berusia 23 tahun dan tinggal di Tokyo, mengenang atmosfer di sekitar Budokan pada hari pertarungan tersebut. "Ada ribuan orang di luar Budokan yang berharap bisa melihat sekilas Muhammad Ali atau Antonio Inoki," ujar Charlier dalam wawancaranya dengan podcast Sporting Witness.

Di dalam arena, suasana semakin memanas. Inoki memasuki ring dengan jubah ungu khasnya, sementara Ali muncul dengan gaya khasnya, melambaikan tangan dan berteriak penuh semangat. Pertarungan ini awalnya direncanakan sebagai pertandingan ekshibisi, tetapi kemudian menjelma pertarungan sungguhan.

Muhammad Ali, yang baru saja mengalahkan Joe Frazier dalam pertarungan trilogi mereka delapan bulan sebelumnya, melihat ini sebagai kesempatan untuk mengukuhkan statusnya sebagai bukan hanya petinju terbaik di dunia, tetapi juga atlet terhebat dalam lintas cabang olahraga bela diri.

Namun, setelah melihat latihan Inoki di Tokyo, Ali menyadari ancaman yang ditimbulkan oleh pegulat tersebut, dan aturan baru pun disepakati. Sesuai aturan, Inoki tidak diperbolehkan melakukan tackling, grappling, atau tendangan saat berdiri. Namun, Inoki menemukan celah dalam aturan tersebut—ia diizinkan menendang saat berada di lantai.

Penonton tidak diberitahu tentang aturan ini, sehingga mereka kebingungan ketika melihat Inoki terus-menerus menjatuhkan diri ke lantai dan menendang kaki Ali.

"Orang-orang yang mendukung Muhammad Ali menyuruhnya menjauh dari Inoki, karena dia benar-benar bisa melukai Ali. Ali mulai melakukan aksi khasnya, membuat lelucon tentang Inoki," kenang Charlier. "Namun, Inoki terus menendang, di ronde kedua, ketiga, dan seterusnya. Ali semakin marah, dan dia berkata, 'Aku pikir kamu adalah pegulat profesional. Ini bukan pertarungan.'"

Pada ronde keenam, Inoki berhasil menangkap kaki Ali dan menjatuhkannya—gerakan yang tidak jauh berbeda dari yang biasa terlihat dalam seni bela diri campuran (mixed martial art, MMA) saat ini.

Memasuki ronde ke-10, Ali mengalami banyak rasa sakit, dengan kakinya yang bengkak parah akibat lebih dari 100 tendangan yang diterimanya. Setelah 15 ronde, poin dinyatakan sama dan pertarungan berakhir dengan hasil imbang. Kekecewaan penonton pun memuncak, dan mereka mulai melemparkan bantalan kursi, kaleng, dan apa saja yang ada di tangan mereka ke dalam ring.

"Orang-orang benar-benar marah... Membayar hampir USD 5 ribu untuk kursi di pinggir ring dan menyaksikan pertarungan seperti ini sangat tidak adil," ujar Charlier.

Meski "War of the Worlds" tidak memuaskan penonton, pertandingan tersebut membuka jalan bagi tren crossover boxing yang menghasilkan pendapatan besar. Pertarungan ini menjadi tonggak sejarah yang menandai dimulainya era baru di dunia tinju, di mana pertemuan antara atlet dari berbagai disiplin olahraga kini menjadi tontonan utama yang selalu dinantikan.
(sto)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2603 seconds (0.1#10.140)