Kisah Arthur Biyarslanov: Pengungsi Korban Perang Chechnya, Calon Perusak Kelas Ringan Super

Jum'at, 14 Februari 2025 - 12:21 WIB
loading...
Kisah Arthur Biyarslanov:...
Kisah Arthur Biyarslanov: Pengungsi Korban Perang Chechnya, Calon Perusak Kelas Ringan Super Foto: Boxing Scene
A A A
Arthur Biyarslanov baru berusia empat tahun saat perang terjadi. Pada Agustus 1999, pemberontak Chechnya menyerbu negara tetangga Dagestan, tempat Biyarslanov dan keluarganya tinggal, dengan tujuan mendirikan republik Islam yang merdeka.

Bulan berikutnya, serangkaian pengeboman apartemen di Moskow menewaskan lebih dari 300 orang dan melukai lebih dari 1.000 orang. Presiden Rusia Vladimir Putin menyalahkan pemberontak Chechnya atas serangan tersebut dan menggunakannya sebagai dalih untuk menginvasi Chechnya, beberapa tahun setelah pasukan Rusia dipaksa mundur dari wilayah tersebut setelah perjanjian gencatan senjata yang mengakhiri konflik sebelumnya.

Tak ingin terjebak dalam kekerasan, keluarga Biyarslanov menyeberangi perbatasan menuju negara tetangga, Azerbaijan.

"Anda tahu, ketika Anda masih muda, Anda tidak memiliki banyak kenangan," kata penantang kelas ringan suler Arthur Biyarslanov, yang memiliki nama lahir Movladdin, kepada BoxingScene minggu ini.

"Saya memiliki beberapa kenangan saat bermain bersama keluarga dan teman-teman, namun satu kenangan terbesar yang saya miliki adalah saat kami melintasi perbatasan, saat perang dimulai, hanya ada tembakan dan pengeboman, dan para tentara yang melempar saya, menggendong saya, melarikan diri ke zona aman bersama saya,"kata Biyarslanov mengisahkan kembali kenangan pahit saat perang.


Enam tahun kemudian, keluarganya pindah lagi - kali ini ke Toronto, Kanada. Biyarslanov mengakui bahwa hal itu merupakan kejutan budaya yang besar. "Sejujurnya, saya tidak tahu di mana tempat ini," kenangnya.

"Begitu jauh di Barat. Saya datang ke sini, saya tidak tahu bahasa Inggris, saya tidak punya teman. Rasanya seperti sebuah kehidupan baru, babak baru, dan mungkin merupakan bagian tersulit dalam hidup saya, karena saya baru saja berusia 10 tahun saat tiba di sini,"tuturnya.

Dan karena anak-anak di mana pun hampir secara universal akan mengejek siapa pun yang sedikit berbeda, anak baru dengan aksen Rusia ini tak terelakkan menjadi sasaran ejekan, walau Biyarslanov - yang baru-baru ini membawa rekornya menjadi 18-0 (15 KO) melalui kemenangan KO pada ronde kedua atas atlet veteran Mohamed Minoune - tidak dapat memastikan apakah itu adalah hal yang lebih mendasar yang membuatnya mengambil tinju.

"Anda memiliki anak-anak yang jelas-jelas mencoba mengganggu Anda. Anda tidak tahu bahasanya. Tetapi saya selalu memiliki mentalitas yang berbeda. Saya tidak terlalu sering dipukuli," kenangnya.

"Saya pikir mungkin itu sudah ada dalam darah saya. Kami memiliki latar belakang suka melawan, Anda tahu. Dan saya dan saudara laki-laki saya, kami selalu bergulat saat kami masih kecil, dan hanya bermain-main di rumah. Jadi saya kira saya tahu beberapa dasar-dasarnya."

Namun, kakak laki-lakinya masih berusia belasan tahun saat keluarganya beremigrasi ke Kanada, "Dan saat ia pertama kali datang, ia terlibat perkelahian setiap hari."

Dialah yang memutuskan bahwa mereka berdua harus belajar tinju untuk mempertahankan diri. Namun, pada awalnya, Biyarslanov yang lebih muda tidak begitu menyukai olahraga ini.

"Saya benar-benar tidak menyukai tinju, karena ini adalah olahraga yang tidak bisa dipelajari dalam semalam," katanya.

"Anda perlu berlatih, berlatih. Itu membutuhkan waktu berbulan-bulan dan bertahun-tahun. Dan kemudian di sini saya dilemparkan ke dalam sparring, dan saya dipukul, dan saya dihajar oleh seseorang yang terlihat lebih lemah dari saya, atau seseorang yang lebih kecil dari saya. Dan saya akan merasa frustrasi,"paparnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, ia tidak hanya menjadi fungsional, ia mulai berprestasi, membangun nama baik di jajaran amatir dan berkompetisi di Olimpiade 2016, dimana ia mencapai babak 16 besar sebelum kalah dari Artem Harutyunyan.

Ia beralih menjadi atlet profesional pada bulan Desember 2018; pada akhir tahun berikutnya, ia memiliki rekor 5-0 dengan 4 KO, namun selama beberapa tahun berikutnya, perkembangannya melambat karena ia hanya tampil dua kali dalam setahun, terlalu sedikit bagi seseorang yang baru memulai karier profesionalnya. "Saya mendapatkan begitu banyak waktu istirahat," katanya.

"Saya tidak memiliki laga yang stabil. Saya tidak memiliki jadwal yang mengatakan pada saya, 'Oke, kamu tahu, kamu akan bertanding dalam dua bulan, tiga bulan lagi. Sebaliknya, itu lebih seperti sebuah laga setiap empat bulan sekali, anda tahu? Dan kemudian pertarungan itu dibatalkan, dan kemudian pertarungan lainnya. Dan itulah mengapa saya bekerja di antara kamp pelatihan, karena saya tidak tahu kapan laga saya berikutnya. Dan anda tidak mendapatkan bayaran sampai anda berlaga. Maka, itu sangat sulit."

Hal itu berubah saat ia menandatangani kontrak dengan Eye of the Tiger Management awal tahun lalu; sejak saat itu, ia telah berlaga lima kali, yang memuncak dengan kemenangannya atas Minoune di bulan Februari.

"Di sini sangat profesional," katanya tentang kerja sama barunya.

"Mereka mengatakan pada saya, 'Kamu akan bertarung dalam dua bulan,' atau tiga bulan, atau apa pun. Lalu mereka memberi saya lawan. Dalam 11 bulan, saya menjalani lima laga, yang sangat bagus bagi saya. Saya memiliki momentum. Saya ingin tetap sibuk. Laga-laga saya berakhir dengan cepat, maka mengapa tidak terus berlaga sebanyak yang saya bisa?"

Di luar kemenangan angka mutlak atas Jonathan Eniz di bulan Oktober, Biyarslanov memang selalu menyelesaikan laga-laga malamnya dengan cepat: dalam tiga ronde melawan Tamas Kiliti, empat ronde melawan Elias Haedo dan tiga ronde melawan Cristian Palma. Terlepas dari rasio KO dan tubuhnya yang ramping dan berotot, ia mengincar mangsanya dengan sabar, bekerja dalam jarak dekat namun menusuk lawan dengan jab kidal yang keras sampai ia melihat celah, serta menyerang dengan penyelesaian yang seringkali keras - sebuah serangan cepat yang, menurutnya, berakar pada dua gaya yang sangat kontras yang menjadi panutan Arthur muda.

"Saat saya masih muda, saya sangat menyukai Mike Tyson dan Roy Jones, dua gaya yang berbeda," katanya.

"Satu orang yang kuat hanya menjatuhkan orang. Yang satu lagi, hanya mempermainkan Anda, bermain-main dengan Anda, keterampilan kecepatan, gila. Dan saya bisa memahami keduanya, karena terkadang saya meniru Mike Tyson dalam sparring dan terkadang saya meniru Roy Jones, seperti bergerak. Dan saya memiliki latar belakang sepak bola, yang sangat membantu gerakan kaki saya, dan saya dapat mengubah gaya, yang saya pikir tidak dapat dilakukan oleh banyak petinju. Mereka hanya memiliki satu gaya untuk bergerak maju atau mundur, namun saya merasa saya memiliki kemampuan menyeluruh dan dapat berganti gaya jika diperlukan dalam laga. Yang mana, saya rasa, itu adalah sebuah bonus besar."

Setelah kemenangan KO atas Minoune, dan dengan Eye of the Tiger yang membuatnya tetap aktif, Biyarslanov tampil untuk pertama kalinya dalam peringkat badan tinju dunia, dengan berada di posisi ke-15 dalam daftar terbaru WBC.

Ia mengatakan bahwa ia lebih dari siap untuk mulai menanjak ke atas.

"Saya ingin bertarung melawan salah satu petinju terbaik," katanya. "Anda tahu, 63,5 kg itu sangat panas. Siapa pun yang berada di 15 besar itu bagus. Jika saya dapat bertarung dengan salah satu dari mereka, itu akan menempatkan saya dalam persaingan dan membuktikan bahwa saya layak berada di sana. Dan semoga saja, pada akhirnya saya dapat meraih perebutan gelar, anda tahu. Tidak masalah siapa pun itu. Saya siap melawan siapapun. Ada Teofimo Lopez, Devin Haney, Ryan Garcia, saya tidak tahu siapa lagi yang ada di sana. Ada begitu banyak. Siapa pun dari mereka.

"Saya ingin memperjuangkan gelar juara dunia sebelum tahun ini berakhir. Saya akan berusia 30 tahun, saya baru saja mencapai puncaknya sekarang, dan saya merasa sudah hampir sampai."
(sto)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1806 seconds (0.1#10.24)