Kisah Luka Modric, Bintang Real Madrid yang Tak Diharapkan Madridista Tapi Beri Banyak Gelar
loading...

Kisah Luka Modric, Bintang Real Madrid yang Tak Diharapkan Madridista Tapi Beri Banyak Gelar
A
A
A
Luka Modric adalah bukti nyata bahwa kerja keras dan ketekunan bisa mengubah pandangan publik. Saat pertama kali datang ke Real Madrid pada musim 2012-2013, gelandang asal Kroasia itu justru dianggap sebagai rekrutan gagal. Namun, lebih dari satu dekade kemudian, ia menjadi legenda yang membawa Los Blancos ke puncak kejayaan.
![Kisah Luka Modric, Bintang Real Madrid yang Tak Diharapkan Madridista Tapi Beri Banyak Gelar]()
Pada musim panas 2012, Modric tiba di Santiago Bernabéu dengan ekspektasi tinggi setelah tampil gemilang bersama Tottenham Hotspur. Real Madrid mengeluarkan 30 juta euro untuk memboyongnya, tetapi musim perdananya jauh dari kata mengesankan.
Eks pemain Dinamo Zagreb itu hanya bermain dalam 19 pertandingan La Liga dengan rata-rata waktu bermain 38 menit. Minimnya kontribusi membuat Modric dinobatkan sebagai pembelian terburuk La Liga berdasarkan polling media Spanyol, Marca. Ia bahkan mendapat 32,2 persen suara, mengungguli Alexander Song, gelandang yang juga gagal bersinar setelah pindah ke Barcelona.
"Inilah Real Madrid. Saya tahu akan ada tekanan besar untuk pemain baru agar segera meraih sukses di sini," kata Modric pada 2012, menyadari tantangan berat yang dihadapinya.
![Kisah Luka Modric, Bintang Real Madrid yang Tak Diharapkan Madridista Tapi Beri Banyak Gelar]()
Namun, Modric tak menyerah. Dengan kerja keras dan determinasi, ia perlahan menunjukkan kualitasnya. Puncaknya terjadi saat ia menjadi bagian penting dari skuad yang menorehkan sejarah dengan tiga gelar Liga Champions beruntun (2015-2016, 2016-2017, 2017-2018) di era kepelatihan Zinedine Zidane.
Tak hanya itu, Modric juga masuk dalam Tim Terbaik FIFA FIFPro selama tiga tahun berturut-turut (2015-2017) dan meraih Gelandang Terbaik La Liga pada musim 2013-2014 serta 2015-2016.
Tahun 2018 menjadi momen terbaik dalam karier Modric. Ia membawa Kroasia ke final Piala Dunia 2018 dan menjadi ikon Real Madrid setelah kepergian Cristiano Ronaldo. Popularitasnya melonjak hingga membuat jersey Modric menjadi yang paling laris di Madrid kala itu.
Puncaknya, Modric memecah dominasi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo dengan meraih Ballon d'Or 2018, menjadikannya pemain pertama selain dua megabintang itu yang meraih trofi sejak 2007.
Kini, lebih dari satu dekade setelah kedatangannya, Luka Modric tak hanya membuktikan kualitasnya, tetapi juga menegaskan dirinya sebagai salah satu gelandang terbaik dalam sejarah Real Madrid. Dari dicap pembelian terburuk hingga menjadi legenda, kisah Modric adalah inspirasi bahwa ketekunan selalu membuahkan hasil.
Dicap Pembelian Terburuk

Pada musim panas 2012, Modric tiba di Santiago Bernabéu dengan ekspektasi tinggi setelah tampil gemilang bersama Tottenham Hotspur. Real Madrid mengeluarkan 30 juta euro untuk memboyongnya, tetapi musim perdananya jauh dari kata mengesankan.
Eks pemain Dinamo Zagreb itu hanya bermain dalam 19 pertandingan La Liga dengan rata-rata waktu bermain 38 menit. Minimnya kontribusi membuat Modric dinobatkan sebagai pembelian terburuk La Liga berdasarkan polling media Spanyol, Marca. Ia bahkan mendapat 32,2 persen suara, mengungguli Alexander Song, gelandang yang juga gagal bersinar setelah pindah ke Barcelona.
"Inilah Real Madrid. Saya tahu akan ada tekanan besar untuk pemain baru agar segera meraih sukses di sini," kata Modric pada 2012, menyadari tantangan berat yang dihadapinya.
Dari Keraguan Menuju Kejayaan

Namun, Modric tak menyerah. Dengan kerja keras dan determinasi, ia perlahan menunjukkan kualitasnya. Puncaknya terjadi saat ia menjadi bagian penting dari skuad yang menorehkan sejarah dengan tiga gelar Liga Champions beruntun (2015-2016, 2016-2017, 2017-2018) di era kepelatihan Zinedine Zidane.
Tak hanya itu, Modric juga masuk dalam Tim Terbaik FIFA FIFPro selama tiga tahun berturut-turut (2015-2017) dan meraih Gelandang Terbaik La Liga pada musim 2013-2014 serta 2015-2016.
Tahun 2018 menjadi momen terbaik dalam karier Modric. Ia membawa Kroasia ke final Piala Dunia 2018 dan menjadi ikon Real Madrid setelah kepergian Cristiano Ronaldo. Popularitasnya melonjak hingga membuat jersey Modric menjadi yang paling laris di Madrid kala itu.
Puncaknya, Modric memecah dominasi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo dengan meraih Ballon d'Or 2018, menjadikannya pemain pertama selain dua megabintang itu yang meraih trofi sejak 2007.
Kini, lebih dari satu dekade setelah kedatangannya, Luka Modric tak hanya membuktikan kualitasnya, tetapi juga menegaskan dirinya sebagai salah satu gelandang terbaik dalam sejarah Real Madrid. Dari dicap pembelian terburuk hingga menjadi legenda, kisah Modric adalah inspirasi bahwa ketekunan selalu membuahkan hasil.
(sto)