Gede Widiade Beberkan Dampak Virus Corona terhadap Keuangan Klub
loading...
A
A
A
JAKARTA - CEO Persiba Balikpapan Gede Widiade membahas dampak virus Corona terhadap perekonomian klub dan dana yang dibutuhkan untuk menjadi juara. Menurutnya, manajemen keuangan sangat diperlukan.
Gede sudah lama berkecimpung dalam persepak bolaan Indonesia. Dia pernah menjadi CEO Persebaya. Lalu, bergabung bersama Bhayangkara FC dan Persija Jakarta sebelum hijrah ke Persiba. Berkat bantuannya, Bhayangkara dan Persija bisa keluar sebagai juara di Indonesia.
Disela-sela waktunya, Gede menyempatkan diri melakukan wawancara dengan Sindonews/Koran Sindo melalui Instagram Live. Pada kesempatan ini, pengusaha asal Bali itu membahas mengenai pengaruh penyebaran virus Corona terhadap kondisi keuangan klub.
“Kalau di Persiba sendiri saya membiasakan seperti mengelola perusahaan. Sudah ada rencana jangka pendek. Dan, kami bersyukur, PSSI segera membuat dasar hukum mengenai hak dan kewajiban para pemain dengan klub. Jadi yang sekarang kami lakukan adalah efisisensi,” ujarnya.
Gede menilai dihentikannya kompetisi dan ditambah adanya aturan PSBB bakal mengancam kelangsungan hidup setiap klub. Itu bukan hanya peserta Liga 1 saja juga Liga 2. Menurutnya, jika tidak ada kepastian kapan laga dilanjutkan, bakal ada bencana besar dalam waktu dekat.
Gede menegaskan Persiba yang saat ini tampil di Liga 2 bisa merugi antara Rp600 juta – Rp700 juta dalam satu bulan akibat terhentinya kompetisi. Sebab, tidak ada pemasukan dari tiket masuk, sewa lapangan dan sektor lainnya.
“Jika tidak ada pandemi, income kita banyak sekali. Kita punya lapangan sepak bola yang disewakan. Dari sponsor, dari ticketing, dari (penjualan) jersey. Tapi, akibat adanya kejadian ini, hampir seluruhnya tidak ada yang masuk,” ucapnya.
“Dari ticketing, berarti 2-3 pertandingan hilang. Kalau pertandingan normal, penonton 10 ribu, kami masih bisa simpan setelah dikurangi biaya operasional, pajak dan semuanya, kami masih bisa simpan Rp200 juta. Kalau dua bulan, kita bisa simpan Rp400 juta – Rp500 juta,” lanjutnya.
“Kalau lapangan bola kami jalan bisa disewakan, kami bisa dapat Rp200 juta. Sedangkan jersey kami bisa laku antara Rp15 juta – Rp25 juta. Kami kehilangan pendapatan dari ticketing, dari lapangan yang kami punya, dari jersey-jersey yang kami jual,” jelasnya.
Sementara bagi klub Liga 1, Gede menyebut nilai kerugiannya bisa empat kali lipat dari yang dialami Persiba. “Kalau di Liga 1 itu ada tiga grade, grade a, grade b dan grade c. Kalau grade a itu empat kali (dari Persiba),” ujarnya.
Gede sudah lama berkecimpung dalam persepak bolaan Indonesia. Dia pernah menjadi CEO Persebaya. Lalu, bergabung bersama Bhayangkara FC dan Persija Jakarta sebelum hijrah ke Persiba. Berkat bantuannya, Bhayangkara dan Persija bisa keluar sebagai juara di Indonesia.
Disela-sela waktunya, Gede menyempatkan diri melakukan wawancara dengan Sindonews/Koran Sindo melalui Instagram Live. Pada kesempatan ini, pengusaha asal Bali itu membahas mengenai pengaruh penyebaran virus Corona terhadap kondisi keuangan klub.
“Kalau di Persiba sendiri saya membiasakan seperti mengelola perusahaan. Sudah ada rencana jangka pendek. Dan, kami bersyukur, PSSI segera membuat dasar hukum mengenai hak dan kewajiban para pemain dengan klub. Jadi yang sekarang kami lakukan adalah efisisensi,” ujarnya.
Gede menilai dihentikannya kompetisi dan ditambah adanya aturan PSBB bakal mengancam kelangsungan hidup setiap klub. Itu bukan hanya peserta Liga 1 saja juga Liga 2. Menurutnya, jika tidak ada kepastian kapan laga dilanjutkan, bakal ada bencana besar dalam waktu dekat.
Gede menegaskan Persiba yang saat ini tampil di Liga 2 bisa merugi antara Rp600 juta – Rp700 juta dalam satu bulan akibat terhentinya kompetisi. Sebab, tidak ada pemasukan dari tiket masuk, sewa lapangan dan sektor lainnya.
“Jika tidak ada pandemi, income kita banyak sekali. Kita punya lapangan sepak bola yang disewakan. Dari sponsor, dari ticketing, dari (penjualan) jersey. Tapi, akibat adanya kejadian ini, hampir seluruhnya tidak ada yang masuk,” ucapnya.
“Dari ticketing, berarti 2-3 pertandingan hilang. Kalau pertandingan normal, penonton 10 ribu, kami masih bisa simpan setelah dikurangi biaya operasional, pajak dan semuanya, kami masih bisa simpan Rp200 juta. Kalau dua bulan, kita bisa simpan Rp400 juta – Rp500 juta,” lanjutnya.
“Kalau lapangan bola kami jalan bisa disewakan, kami bisa dapat Rp200 juta. Sedangkan jersey kami bisa laku antara Rp15 juta – Rp25 juta. Kami kehilangan pendapatan dari ticketing, dari lapangan yang kami punya, dari jersey-jersey yang kami jual,” jelasnya.
Sementara bagi klub Liga 1, Gede menyebut nilai kerugiannya bisa empat kali lipat dari yang dialami Persiba. “Kalau di Liga 1 itu ada tiga grade, grade a, grade b dan grade c. Kalau grade a itu empat kali (dari Persiba),” ujarnya.