Melesat ke Papan Atas Klasemen, Ini Musimnya Tottenham
loading...
A
A
A
LONDON - Tottenham Hotspur mungkin sedikit beruntung karena sedang di bawah radar pengawasan terkait penampilan di Liga Primer sejauh ini. Tottenham beruntung, karena banyak mata lebih terfokus pada belanja Chelsea dan tidak stabilnya Manchester United (MU).
Banyak juga yang masih terfokus pada bagaimana masa depan Liverpool tanpa Sergio van Dijk dan Manchester City (Man City) yang tak kunjung bisa menemukan pemain depan sekelas Sergio Aguero. Tanpa penyerang asal Argentina tersebut, penampilan The Citizens jauh dari mengesankan. (Baca: Subhahanallah! Shalat tepat waktu Berpengaruh Terhadap Kesuksesan)
Pada posisi terabaikan dari pengamatan, Tottenham melesat dalam persaingan papan atas klasemen. Mereka sudah berada di urutan kedua klasemen sementara, tertinggal satu poin dari Leicester City. The Lilywhites sejauh ini berada di atas juara bertahan Liverpool (3), Man City (10), Chelsea (5), MU (14), dan Arsenal (11).
"Tidak, tidak, tidak. Saya memiliki pengalaman sepak bola bertahun-tahun dan bukan beberapa kemenangan yang menempatkan saya di posisi teratas. Ini semua tentang keseimbangan, mengambil pertandingan demi pertandingan, mencari peningkatan dan melihat apa yang terjadi," kata Pelatih Tottenham Jose Mourinho, tentang peluang timnya.
Mourinho sudah menemukan bagaimana mengelola tim asal London Utara tersebut. Lihat saja bagaimana The Special One membuat Tottenham terlihat rapi dalam banyak sisi. Efektif saat menyerang dan sangat baik dalam bertahan. Dua sisi yang sempat menjadi kelemahan di musim pertama Mou di Tottenham Hotspur Stadium.
Sejauh ini, Tottenham menjadi tim terproduktif kedua setelah Chelsea dengan 19 gol, sedangkan The Blues 20 gol. Jika dibuat rata-rata, Harry Kane dkk memiliki rasio 2,3 gol per pertandingan. Dari sisi pertahanan, Tottenham memiliki jumlah kebobolan paling sedikit bersama lima tim lain dengan sembilan gol. Rasionya, mereka kebobolan satu gol per laga. (Baca: Kemendikbud Dukung Pelaksanaan Kampus Sehat Selama Pandemi)
Tottenham sudah lama tidak merasakan gelar juara di level tertinggi sepak bola Inggris. Terakhir mereka mendapatkannya pada 1961 dan setelah itu pelatih datang silih berganti tetap tak ada trofi. Mereka hampir mendapatkannya lagi di era Mauricio Pochettino.
"Saya mengharapkan beberapa poin lagi di Liga Primer dari yang didapatkan. Kami kehilangan poin yang seharusnya kami miliki dan juga di Liga Eropa, kami memiliki enam poin dari harapan sembilan poin," tuturnya.
Masalah terbesar Pochettino karena dia tidak pernah mengelola tim dan kemudian menghasilkan gelar. Pelatih asal Argentina itu nir gelar selama menukangi tim. Berbeda dengan Mourinho yang sudah mendapatkan gelar bersama Chelsea, Real Madrid, dan Inter Milan. Dia juga memiliki pengalaman bisa bangkit dari situasi sulit.
Kelebihan itu yang diperlihatkan dengan cara dia mengangkat kemampuan Kane dan Son Heung-min. Kane yang sempat sulit beradaptasi di musim pertama Mourinho, kini sudah tahu keinginan arsitek tim asal Portugal tersebut. (Baca: Lima Langkah Sederhana Agar Tubuh Tetap Sehat Selama Pandemi)
Kane tidak saja sebagai pencetak gol, tapi juga pemberi assist. Era Mourinho menjadi rataan gol dan assist terbaik penyerang timnas Inggris itu sepanjang kariernya. Situasi Son juga sama. Penyerang asal Korea Selatan itu sekarang menjadi top skor klub untuk sementara. Bersaing dengan Mohamed Salah dari Liverpool dan Dominic Calvert-Lewin (Everton) berada di daftar top skor sementara.
Kane memang sudah mulai merasa nyaman dengan kehadiran Mourinho. Kehadiran Mou, menurut dia, bisa membuat timnya bersaing dalam perebutan gelar musim ini. “Jalan masih panjang, tapi kami sangat percaya diri untuk meraih impian kami," tutur Kane.
Faktor lain pada fleksibilitas formasi yang digunakan Mourinho. Memiliki stok melimpah di tengah membuat Mourinho leluasa bermain dengan taktik dan formasi. Selain Son, ada Gareth Bale, Lucas Moura, Tangue Ndombele, Steven Bergwijn, dan beberapa nama lain. (Lihat videonya: Waspada Angka Kejahatan Selama Pandemi Naik)
Hasilnya, jika musim lalu dia menggunakan tiga bek dengan formasi 3-4-2-1, musim ini dia kembali menggunakan 4-2-3-1 sebagai formasi dasar Tottenham. Formasi ini bisa berubah dengan 4-4-2, 4-3-3 atau juga 5-3-2, tergantung postur lawan yang dihadapi. (Ma'ruf)
Banyak juga yang masih terfokus pada bagaimana masa depan Liverpool tanpa Sergio van Dijk dan Manchester City (Man City) yang tak kunjung bisa menemukan pemain depan sekelas Sergio Aguero. Tanpa penyerang asal Argentina tersebut, penampilan The Citizens jauh dari mengesankan. (Baca: Subhahanallah! Shalat tepat waktu Berpengaruh Terhadap Kesuksesan)
Pada posisi terabaikan dari pengamatan, Tottenham melesat dalam persaingan papan atas klasemen. Mereka sudah berada di urutan kedua klasemen sementara, tertinggal satu poin dari Leicester City. The Lilywhites sejauh ini berada di atas juara bertahan Liverpool (3), Man City (10), Chelsea (5), MU (14), dan Arsenal (11).
"Tidak, tidak, tidak. Saya memiliki pengalaman sepak bola bertahun-tahun dan bukan beberapa kemenangan yang menempatkan saya di posisi teratas. Ini semua tentang keseimbangan, mengambil pertandingan demi pertandingan, mencari peningkatan dan melihat apa yang terjadi," kata Pelatih Tottenham Jose Mourinho, tentang peluang timnya.
Mourinho sudah menemukan bagaimana mengelola tim asal London Utara tersebut. Lihat saja bagaimana The Special One membuat Tottenham terlihat rapi dalam banyak sisi. Efektif saat menyerang dan sangat baik dalam bertahan. Dua sisi yang sempat menjadi kelemahan di musim pertama Mou di Tottenham Hotspur Stadium.
Sejauh ini, Tottenham menjadi tim terproduktif kedua setelah Chelsea dengan 19 gol, sedangkan The Blues 20 gol. Jika dibuat rata-rata, Harry Kane dkk memiliki rasio 2,3 gol per pertandingan. Dari sisi pertahanan, Tottenham memiliki jumlah kebobolan paling sedikit bersama lima tim lain dengan sembilan gol. Rasionya, mereka kebobolan satu gol per laga. (Baca: Kemendikbud Dukung Pelaksanaan Kampus Sehat Selama Pandemi)
Tottenham sudah lama tidak merasakan gelar juara di level tertinggi sepak bola Inggris. Terakhir mereka mendapatkannya pada 1961 dan setelah itu pelatih datang silih berganti tetap tak ada trofi. Mereka hampir mendapatkannya lagi di era Mauricio Pochettino.
"Saya mengharapkan beberapa poin lagi di Liga Primer dari yang didapatkan. Kami kehilangan poin yang seharusnya kami miliki dan juga di Liga Eropa, kami memiliki enam poin dari harapan sembilan poin," tuturnya.
Masalah terbesar Pochettino karena dia tidak pernah mengelola tim dan kemudian menghasilkan gelar. Pelatih asal Argentina itu nir gelar selama menukangi tim. Berbeda dengan Mourinho yang sudah mendapatkan gelar bersama Chelsea, Real Madrid, dan Inter Milan. Dia juga memiliki pengalaman bisa bangkit dari situasi sulit.
Kelebihan itu yang diperlihatkan dengan cara dia mengangkat kemampuan Kane dan Son Heung-min. Kane yang sempat sulit beradaptasi di musim pertama Mourinho, kini sudah tahu keinginan arsitek tim asal Portugal tersebut. (Baca: Lima Langkah Sederhana Agar Tubuh Tetap Sehat Selama Pandemi)
Kane tidak saja sebagai pencetak gol, tapi juga pemberi assist. Era Mourinho menjadi rataan gol dan assist terbaik penyerang timnas Inggris itu sepanjang kariernya. Situasi Son juga sama. Penyerang asal Korea Selatan itu sekarang menjadi top skor klub untuk sementara. Bersaing dengan Mohamed Salah dari Liverpool dan Dominic Calvert-Lewin (Everton) berada di daftar top skor sementara.
Kane memang sudah mulai merasa nyaman dengan kehadiran Mourinho. Kehadiran Mou, menurut dia, bisa membuat timnya bersaing dalam perebutan gelar musim ini. “Jalan masih panjang, tapi kami sangat percaya diri untuk meraih impian kami," tutur Kane.
Faktor lain pada fleksibilitas formasi yang digunakan Mourinho. Memiliki stok melimpah di tengah membuat Mourinho leluasa bermain dengan taktik dan formasi. Selain Son, ada Gareth Bale, Lucas Moura, Tangue Ndombele, Steven Bergwijn, dan beberapa nama lain. (Lihat videonya: Waspada Angka Kejahatan Selama Pandemi Naik)
Hasilnya, jika musim lalu dia menggunakan tiga bek dengan formasi 3-4-2-1, musim ini dia kembali menggunakan 4-2-3-1 sebagai formasi dasar Tottenham. Formasi ini bisa berubah dengan 4-4-2, 4-3-3 atau juga 5-3-2, tergantung postur lawan yang dihadapi. (Ma'ruf)
(ysw)