Hantu Tes Doping Bagi Para Atlet, Berkaca dari Kasus Iannone

Kamis, 12 November 2020 - 13:35 WIB
loading...
A A A
Dalam pernyataan singkatnya, CAS mengatakan prosedur arbitrase akan berlanjut "secara rahasia” sehingga publik harus menunggu keputusan finalnya. Rickard sejatinya tidak berenang di final Olimpiade 2012. Namun, karena dia positif fueosemide dan peraturan menyatakan jika salah satu anggota tim dinyatakan positif, tim tersebut didiskualifikasi.

Jika pengadilan mempertimbangkan saksi karakter, Rickard ibaratnya kurang beruntung, sama seperti banyak atlet di seluruh dunia. Perenang 37 tahun tersebut telah menjadi korban dari semakin meningkatnya sensitivitas tes yang menemukan jumlah larangan yang semakin kecil. Zat yang tertelan melalui produk yang terkontaminasi.

Rickard tentu bisa berkilah seperti atlet lainnya yang menggunakan kontaminasi sebagai alasan tidak mengetahui bagaimana zat terlarang masuk ke dalam urine atau sampel darah.

Nasib serupa dialami perenang Australia lainnya, Shayna Jack. Dia terbang pulang dari kamp pelatihan menjelang Kejuaraan Renang Dunia tahun lalu di Korea Selatan karena alasan pribadi. Terungkap bahwa perenang berusia 22 tahun tersebut positif doping. (Baca juga: Takut Pandemi, Transportasi Bus Jadi Kurang Laku)

Kasus yang menimpa Rickard, Shayna, dan Iannone membuat citra atlet dekat dengan doping semakin panjang. Namun, mungkin juga mereka atlet yang tidak bersalah dan hanya terperangkap dalam sistem yang mengancam untuk menghancurkan reputasi mereka.

Terlebih ada semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa pengujian positif tidak berarti para atlet sengaja menggunakan doping. Dalam laporan Angka Pengujian Antidoping WADA terbaru (2018), ada hampir 600 tes positif untuk diuretik dan agen masking lainnya, di antaranya yang paling umum adalah furosemid, 172 dari 589 tes positif atau 29% dari total.

Itu tidak berarti semua yang dites positif telah diberi sanksi. Beberapa positif palsu dan yang lainnya dilindungi oleh pengecualian penggunaan terapeutik yang sah. Sementara beberapa tidak diragukan lagi termasuk sengaja menggunakan doping dan yang lainnya termasuk dalam kelompok yang menghadapi tuduhan menggunakan zat terlarang tanpa tahu bagaimana itu terjadi.

Artinya, hanya karena seorang atlet dites positif doping , tidak berarti mereka curang. Lab Antidoping Swiss dan Kantor Olahraga Federal Swiss melakukan salah satu studi pertama tentang masalah ini. Sejak 2003, deteksi furosemide telah meningkat, tapi seperti yang diperingatkan British Journal of Pharmacology dalam sebuah tinjauan pada tahun 2010, "tren peningkatan temuan positif ini mungkin tidak hanya karena peningkatan penyalahgunaan, tapi kemungkinan besar karena metode deteksi yang lebih baik" . (Baca juga: Ini Daftar Penerima Bintang Mahaputera dan Bintang Jasa)

Sebuah studi yang dilakukan enam akademisi di Spanyol untuk Nutrients Journal pada tahun 2017 melaporkan bahwa suplemen yang diuji untuk zat yang dilarang WADA menunjukkan tingkat kontaminasi antara 12 dan 58%.

Penggunaan suplemen tersebar luas di kalangan atlet dengan satu laporan menemukan di beberapa olahraga hingga 90% peserta yang mengonsumsi setidaknya satu suplemen sehari. Dalam bukunya The Anti-Doping Crisis in Sport, akademisi Paul Dimeo dan Verner Moller menyarankan efek buruk dari lebih banyak tes, untuk lebih banyak zat, dengan peningkatan sensitivitas.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.4155 seconds (0.1#10.140)