Perjalanan Camavinga Menggapai Mimpi: Dari Rusak Perabotan Rumah hingga Diincar Real Madrid
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bermimpi menjadi pesepak bola bukanlah sesuatu yang spesial bagi Eduardo Camavinga. Terlahir di Angola, dan pindah ke Kota Fougeres, Prancis saat masih berusia satu tahun setelah perang saudara pecah di Afrika membuat kehidupannya sempat tak jelas.
Ibunya pertama kali memperkenalkannya pada olahraga Judo, tetapi setelah bermain di rumah dan menghancurkan segalanya membuat ibunya mengurungkan niatnya untuk mendorong Camavinga menekuni olahraga tersebut.
Setelah perabotan rumah rusak gara-gara Camavinga. Ayahnya lantas membawanya ke Drapeau Fougeres, klub sepak bola lokal dengan tujuan mendorong putra ketiganya itu untuk menekuni olahraga ini.
Di sinilah Camavinga mulai mengenal sepak bola. Sejak muda, dia selalu menonjol hingga Julien Stephan melihat bakatnya saat menjalani turnamen beberapa tahun lalu.
Sehingga tak aneh, ketika Stephan langsung memboyongnya ke Rennes. Saat ia bersiap untuk bergabung dengan akademi Rennes pada 2013, keluarganya memberitahu bahwa tempat tinggalnya mengalami kebakaran.
Sontak saja, kebahagiaan yang dirasakan Camavinga berubah menjadi berita duka. "Kami menghabiskan waktu kurang dari setahun di rumah yang dibangun orang tua saya dengan upaya mereka, dan saya ingat seolah-olah kebakaran itu kemarin," kenang Camavinga.
"Saat peristiwa itu terjadi saya berada di sekolah dan di luar jendela saya melihat petugas pemadam kebakaran lewat. Di akhir kelas para guru mendekati adik perempuanku dan memberi tahu kami tentang hal itu. Ayahku datang mencari kami dan membawa kami ke sana, semuanya hancur, dan semuanya terbakar."
Tapi klub Rennes, yang mengetahui musibah itu langsung memberikan bantuan kepada keluarga Camavinga. "Mereka kehilangan segalanya, rumah itu adalah lautan air mata," kenang Nicolas Martinais saat menjadi pelatih Camavinga di Akademi Rennes.
Kepergiannya ke Rennes ditunda sedikit lebih lama karena keluarga kehilangan semua dokumen imigrasi mereka dalam kebakaran. Di saat situasi itu, Ayah Camavinga menyuruh putranya untuk bangkit menghadapi tantangan menjadi pemain sepak bola profesional, meskipun ada kesulitan besar yang dihadapi keluarga mereka.
"Jangan khawatir, kamu akan menjadi pemain sepak bola yang hebat dan kamu akan membangun rumah ini," kata ayah Camavinga, Celestino.
Ibunya pertama kali memperkenalkannya pada olahraga Judo, tetapi setelah bermain di rumah dan menghancurkan segalanya membuat ibunya mengurungkan niatnya untuk mendorong Camavinga menekuni olahraga tersebut.
Setelah perabotan rumah rusak gara-gara Camavinga. Ayahnya lantas membawanya ke Drapeau Fougeres, klub sepak bola lokal dengan tujuan mendorong putra ketiganya itu untuk menekuni olahraga ini.
Di sinilah Camavinga mulai mengenal sepak bola. Sejak muda, dia selalu menonjol hingga Julien Stephan melihat bakatnya saat menjalani turnamen beberapa tahun lalu.
Sehingga tak aneh, ketika Stephan langsung memboyongnya ke Rennes. Saat ia bersiap untuk bergabung dengan akademi Rennes pada 2013, keluarganya memberitahu bahwa tempat tinggalnya mengalami kebakaran.
Sontak saja, kebahagiaan yang dirasakan Camavinga berubah menjadi berita duka. "Kami menghabiskan waktu kurang dari setahun di rumah yang dibangun orang tua saya dengan upaya mereka, dan saya ingat seolah-olah kebakaran itu kemarin," kenang Camavinga.
"Saat peristiwa itu terjadi saya berada di sekolah dan di luar jendela saya melihat petugas pemadam kebakaran lewat. Di akhir kelas para guru mendekati adik perempuanku dan memberi tahu kami tentang hal itu. Ayahku datang mencari kami dan membawa kami ke sana, semuanya hancur, dan semuanya terbakar."
Tapi klub Rennes, yang mengetahui musibah itu langsung memberikan bantuan kepada keluarga Camavinga. "Mereka kehilangan segalanya, rumah itu adalah lautan air mata," kenang Nicolas Martinais saat menjadi pelatih Camavinga di Akademi Rennes.
Kepergiannya ke Rennes ditunda sedikit lebih lama karena keluarga kehilangan semua dokumen imigrasi mereka dalam kebakaran. Di saat situasi itu, Ayah Camavinga menyuruh putranya untuk bangkit menghadapi tantangan menjadi pemain sepak bola profesional, meskipun ada kesulitan besar yang dihadapi keluarga mereka.
"Jangan khawatir, kamu akan menjadi pemain sepak bola yang hebat dan kamu akan membangun rumah ini," kata ayah Camavinga, Celestino.