Dari Mana Istilah Skakmat dalam Permainan Catur?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam permainan catur , istilah ‘skakmat’ lazim digunakan untuk menandai langkah terakhir yang menuntaskan pertandingan karena raja telah mati langkah. Dari mana asalnya istilah tersebut?
Frasa skakmat dipercaya berasal dari bahasa Persia “shah” yang berarti raja, dan bahasa Arab “mat” yang berarti mati. Bahasa Jerman kemudian menyerapnya ke dalam kataschachmatt.
Sastrawan Indonesia, Eka Kurniawan, menyebut novel berjudul "The New Life" karya penulis Turki, Ferit Orhan Pamuk (1982-2001) bisa menjadi rujukan untuk menelusuri frasa skakmat dalam permainan catur. Kata Eka, novel itu juga menggambarkan sejarah perkembangan permainan catur.
“Kami (Orang-orang Persia, red) yang mengajari Barat main catur,” kata Eka Kurniawan ketika mengutip salah satu tokoh dalam novel The New Life karya Orhan Pamuk.
Dari sumber lain, catur awalnya dimainkan oleh bangsa India Kuno dengan format empat orang yang mengelilingi sebuah papan persegi berisi bidak-bidak. Dari India, permainan catur terbawa ke Persia sebelum akhirnya mampir ke Eropa.
Di Indonesia sendiri, permainan catur dipercaya datang bersama bangsa Belanda pada zaman penjajahan. Pada saat itu, peraturan permainan catur telah ditetapkan secara baku dan global oleh induk organisasi bernama World Chess Federation yang dibentuk pada 20 Juli 1924 di Lausanne, Swiss.
Istilah catur sendiri diserap ke dalam bahasa Melayu dari bahasa Sanskerta, chaturanga, yang berarti ‘empat unsur yang terpisah’. Sedangkan dalam bahasa Inggris, catur ditulis dengan chess ialah olahraga yang dimainkan dua orang di papan persegi, di mana setiap pemain memiliki 16 bidak yang dapat dipindahkan dengan langkah yang berbeda-beda.
Lihat Juga: Kisah Wilma Marghareta Sinaga, Pecatur Andalan NPC Indonesia yang Miliki Segudang Prestasi
Frasa skakmat dipercaya berasal dari bahasa Persia “shah” yang berarti raja, dan bahasa Arab “mat” yang berarti mati. Bahasa Jerman kemudian menyerapnya ke dalam kataschachmatt.
Sastrawan Indonesia, Eka Kurniawan, menyebut novel berjudul "The New Life" karya penulis Turki, Ferit Orhan Pamuk (1982-2001) bisa menjadi rujukan untuk menelusuri frasa skakmat dalam permainan catur. Kata Eka, novel itu juga menggambarkan sejarah perkembangan permainan catur.
“Kami (Orang-orang Persia, red) yang mengajari Barat main catur,” kata Eka Kurniawan ketika mengutip salah satu tokoh dalam novel The New Life karya Orhan Pamuk.
Dari sumber lain, catur awalnya dimainkan oleh bangsa India Kuno dengan format empat orang yang mengelilingi sebuah papan persegi berisi bidak-bidak. Dari India, permainan catur terbawa ke Persia sebelum akhirnya mampir ke Eropa.
Di Indonesia sendiri, permainan catur dipercaya datang bersama bangsa Belanda pada zaman penjajahan. Pada saat itu, peraturan permainan catur telah ditetapkan secara baku dan global oleh induk organisasi bernama World Chess Federation yang dibentuk pada 20 Juli 1924 di Lausanne, Swiss.
Istilah catur sendiri diserap ke dalam bahasa Melayu dari bahasa Sanskerta, chaturanga, yang berarti ‘empat unsur yang terpisah’. Sedangkan dalam bahasa Inggris, catur ditulis dengan chess ialah olahraga yang dimainkan dua orang di papan persegi, di mana setiap pemain memiliki 16 bidak yang dapat dipindahkan dengan langkah yang berbeda-beda.
Lihat Juga: Kisah Wilma Marghareta Sinaga, Pecatur Andalan NPC Indonesia yang Miliki Segudang Prestasi
(sha)