Piala Eropa 2020: Roberto Martinez, 'Malaikat Pelindung' si Iblis
loading...
A
A
A
BRUSSEL - Roberto Martinez pernah menyatakan terlalu muda untuk menjadi pelatih timnas Belgia . Pernyataan itu disampaikannya setahun sebelum dirinya diperkenalkan sebagai pelatih Setan Merah.
Sejak tiba pada 2016, Martinez agak sedikit kebingungan. Maklum saja, selama sembilan tahun ia terbiasa menangani klub. Enam bulan pertama terasa berat buat pelatih berkepala plontos.
Pasalnya, Martinez ingin menjalani pekerjaan dengan cara yang sama seperti saat ia masih menangani klub. Tetapi ia menyadari bahwa ini merupakan pertarungan yang tidak bisa ia menangkan.
BACA JUGA: Gagal Juara Liga Champions, Guardiola Akui Man City Alami Banyak Kerugian
"Di klub sehari-hari, ada lebih banyak ruang untuk bermanuver. Anda memiliki 60 sesi untuk memersiapkan pertandingan pertama musim ini. Di level internasional (timnas Belgia), Anda memiliki tiga sesi dan tidak ada margin untuk kesalahan. Cara kerja, meskipun lebih langka, jauh lebih intens. Mereka adalah dua pekerjaan yang sangat berbeda, tetapi saya akan menyarankan semua orang untuk mengambil langkah dalam sepak bola internasional. Itu mengubah cara Anda bekerja," jelas Martinez dikutip dari Marca, Minggu (30/5/2021).
Sekarang Martinez ibarat 'malaikat pelindung' buat si iblis (Setan Merah). Tangan dinginnya dalam meracik strategi hingga tatapan tajamnya melihat pemain beraksi di lapangan hijau membuat Belgia mulai diperhitungkan.
Pada 2018, Belgia keluar sebagai juara ketiga usai mengalahkan Inggris. Di turnamen sepak bola empat tahunan itu Setan Merah tidak hanya tim dengan skor tertinggi saja, mereka juga punya rapor bagus dengan hanya kalah empat pertandingan.
BACA JUGA: Hasil Balapan MotoGP Italia dan Klasemen Pembalap, Minggu (30/5/2021)
"Kuncinya adalah menyadari bahwa bakat memenangkan pertandingan, tetapi tidak membuat Anda sukses dalam turnamen besar. Klasifikasi terbaik Belgia adalah tempat keempat di Mexico'86. Bakat para pemain kami tidak dapat disangkal, tetapi kami kekurangan dinamika grup, bagaimana menjadi kompetitif, dan bereaksi terhadap kesulitan. Sorotan dari petualangan kami di Piala Dunia 2018 bukanlah peringkat ketiga, tetapi bagaimana kami sampai di sana," cetus Martinez.
"Kami tiba di momen kritis setelah terjatuh di Piala Eropa 2016. Pertandingan dengan Spanyol itu membuat kami mengerti bahwa kami harus berubah dengan cepat dan menemukan pola permainan yang berbeda untuk memuji kebajikan besar yang dimiliki tim ini."
Sejak tiba pada 2016, Martinez agak sedikit kebingungan. Maklum saja, selama sembilan tahun ia terbiasa menangani klub. Enam bulan pertama terasa berat buat pelatih berkepala plontos.
Pasalnya, Martinez ingin menjalani pekerjaan dengan cara yang sama seperti saat ia masih menangani klub. Tetapi ia menyadari bahwa ini merupakan pertarungan yang tidak bisa ia menangkan.
BACA JUGA: Gagal Juara Liga Champions, Guardiola Akui Man City Alami Banyak Kerugian
"Di klub sehari-hari, ada lebih banyak ruang untuk bermanuver. Anda memiliki 60 sesi untuk memersiapkan pertandingan pertama musim ini. Di level internasional (timnas Belgia), Anda memiliki tiga sesi dan tidak ada margin untuk kesalahan. Cara kerja, meskipun lebih langka, jauh lebih intens. Mereka adalah dua pekerjaan yang sangat berbeda, tetapi saya akan menyarankan semua orang untuk mengambil langkah dalam sepak bola internasional. Itu mengubah cara Anda bekerja," jelas Martinez dikutip dari Marca, Minggu (30/5/2021).
Sekarang Martinez ibarat 'malaikat pelindung' buat si iblis (Setan Merah). Tangan dinginnya dalam meracik strategi hingga tatapan tajamnya melihat pemain beraksi di lapangan hijau membuat Belgia mulai diperhitungkan.
Pada 2018, Belgia keluar sebagai juara ketiga usai mengalahkan Inggris. Di turnamen sepak bola empat tahunan itu Setan Merah tidak hanya tim dengan skor tertinggi saja, mereka juga punya rapor bagus dengan hanya kalah empat pertandingan.
BACA JUGA: Hasil Balapan MotoGP Italia dan Klasemen Pembalap, Minggu (30/5/2021)
"Kuncinya adalah menyadari bahwa bakat memenangkan pertandingan, tetapi tidak membuat Anda sukses dalam turnamen besar. Klasifikasi terbaik Belgia adalah tempat keempat di Mexico'86. Bakat para pemain kami tidak dapat disangkal, tetapi kami kekurangan dinamika grup, bagaimana menjadi kompetitif, dan bereaksi terhadap kesulitan. Sorotan dari petualangan kami di Piala Dunia 2018 bukanlah peringkat ketiga, tetapi bagaimana kami sampai di sana," cetus Martinez.
"Kami tiba di momen kritis setelah terjatuh di Piala Eropa 2016. Pertandingan dengan Spanyol itu membuat kami mengerti bahwa kami harus berubah dengan cepat dan menemukan pola permainan yang berbeda untuk memuji kebajikan besar yang dimiliki tim ini."