Mengharukan! Korban Perang Suriah, Maso Bersaudara Bertemu di Olimpiade Tokyo 2020

Selasa, 27 Juli 2021 - 09:33 WIB
loading...
Mengharukan! Korban Perang Suriah, Maso Bersaudara Bertemu di Olimpiade Tokyo 2020
Mengharukan! Korban Perang Suriah, Maso Bersaudara Berpelukan di Olimpiade Tokyo 2020/The Sun
A A A
Mengharukan! Korban Perang Suriah , Atlet Suriah bersaudara, Mohamad dan Alaa Maso membuat sejarah bersaing untuk dua tim berbeda di Olimpiade Tokyo 2020 . Mohamad yang berusia 28 tahun berlomba di triathlon di bawah bendera Suriah. Tapi adiknya Alaa, 21, ikut renang dan mewakili Tim Pengungsi IOC.

Dan foto pasangan dua kakak beradik yang berpelukan pada upacara pembukaan telah menjadi viral. Maso bersaudara dibesarkan di Suriah bersama-sama dan keduanya dilatih sejak usia dini oleh ayah mereka.

Tetapi dengan perang yang menghancurkan negara itu, Mohamad dan Alaa meninggalkan Aleppo pada tahun 2015 untuk melakukan perjalanan ke Eropa dan tidak melihat orang tua mereka sejak itu.



Mereka melakukan perjalanan melalui Turki, Yunani, Makedonia Utara, Serbia dan Austria sebelum menetap pertama di Belanda kemudian pindah ke Jerman pada tahun berikutnya. Namun meski Mohamad memilih negara kelahiran mereka, Alaa memilih Tim Pengungsi IOC.

Manajer komunikasi federasi olahraga Suriah Safwan al-Hindi mengatakan: ’’Foto itu diambil dalam skala yang tidak dapat kami bayangkan.’’

’’Mohamad dan Alaa tinggal bersama di Jerman. Mereka tiba bersama di Tokyo. Banyak keluarga mereka masih tinggal di Suriah.’’

’’Pelukan itu adalah gerakan spontan antara dua bersaudara. Tetapi beberapa media dan jejaring sosial membawa cerita ke arah lain.’’



Mohamad selesai mengikuti triathlon sebelumnya pada hari Senin, dengan Alex Yee mengklaim perak.Alaa membuka kampanye Olimpiadenya dengan berlomba di nomor gaya bebas 50m di pada hari Jumat.

Berbicara kepada Olympics.com tentang keterlibatannya di Olimpiade untuk tim pengungsi, adik Maso mengatakan: ’’Ini sangat berarti bahwa dunia telah berhenti melihat pengungsi sebagai masalah dan mengenali mereka sebagai manusia nyata yang telah mengatasi banyak hal.’’

"Saya sangat bersyukur bisa berenang karena saya benar-benar tidak tahu apa yang akan saya lakukan tanpa berenang. Situasi [di Suriah] selalu tenggelam dan tidak pernah bangkit. Saya perenang, dan tidak ada jaminan selamat, tidak ada alasan untuk melanjutkan olahraga kami. Tidak ada kejuaraan negara, tidak ada apa-apa."
(aww)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2364 seconds (0.1#10.140)