Main Tenis Meja Pakai Mulut, Ibrahim Hamadtou Jadi Inspirasi Dunia di Paralimpiade Tokyo 2020
loading...
A
A
A
Perlahan-lahan Hamadtou kecil mencoba bangkit. Saat itu dia melihat ada meja di pusat pemuda setempat dan mengetahui informasi bahwa terdapat atlet dengan kekurangan fisik.
Hingga Hamadtou memiliki olahraga favorit baru yakni tenis meja. Akhirnya, saat berusia 15 tahun, dia bisa melakukan pukulan pertamanya. Namun, kala itu dia masih belum menggunakan mulutnya.
Dia pertama kali mencoba "memegang" bet dengan bagian lengan yang masih tersisa. Namun, itu tidak berhasil. Setelah beberapa kali percobaan Hamadtou mencoba upaya terakhir dengan menggigit gagang bet-nya.
Dengan menggigit bet bisa memberi sedikit lekukan pada leher, pinggul, dan bahunya. Itu memungkinkannya memukul bola dengan lebih baik. Tentunya itu ditopang dengan gerakan kaki yang lincah.
Untuk melakukan servis, Hamadtou menjepit bola dengan jari-jari kakinya, menjentikkannya ke udara dan memukulnya dengan bet yang digigitnya. Atlet para berusia 48 tahun itu hanya memakai satu sepatu saat bermain karena dia membutuhkan satu kaki telanjang untuk "memegang" bola.
"Saat itu, di desa kami hanya ada tenis meja dan sepak bola. Itu sebabnya saya memainkan keduanya. Awalnya, (cukup logis) pertama kali bermain sepak bola dengan kondisi fisik seperti ini. Lalu, saya bermain sepak bola sebagai tantangan," ucap Hamadtou.
Tak ada yang menyangka gaya unik ini mengantarkannya ke Paralimpiade Rio 2016. Dia melewati berbagai jatuh-bangun kejuaraan lokal, regional, hingga internasional selama 28 tahun sebelumnya hingga mencapai ajang terbesar dunia ini.
“Saya merasa senang bermain tenis meja. Ketika saya berdiri di depan meja, saya mungkin melupakan segalanya. "Saya merasa bahwa saya sedang berbicara dengan bola dan dia mendengarkan apa yang saya katakan,” katanya dikutip dari laman The Australian.
"Saya benar-benar merasa seperti raja ketika saya di depan meja. Kecacatan tidak ada di lengan atau kaki. Disabilitas adalah tidak bertahan dalam apapun yang ingin Anda lakukan,” lanjut atlet para tenis meja satu-satunya yang mewakili benua Afrika ini.
Hingga Hamadtou memiliki olahraga favorit baru yakni tenis meja. Akhirnya, saat berusia 15 tahun, dia bisa melakukan pukulan pertamanya. Namun, kala itu dia masih belum menggunakan mulutnya.
Dia pertama kali mencoba "memegang" bet dengan bagian lengan yang masih tersisa. Namun, itu tidak berhasil. Setelah beberapa kali percobaan Hamadtou mencoba upaya terakhir dengan menggigit gagang bet-nya.
Dengan menggigit bet bisa memberi sedikit lekukan pada leher, pinggul, dan bahunya. Itu memungkinkannya memukul bola dengan lebih baik. Tentunya itu ditopang dengan gerakan kaki yang lincah.
Untuk melakukan servis, Hamadtou menjepit bola dengan jari-jari kakinya, menjentikkannya ke udara dan memukulnya dengan bet yang digigitnya. Atlet para berusia 48 tahun itu hanya memakai satu sepatu saat bermain karena dia membutuhkan satu kaki telanjang untuk "memegang" bola.
"Saat itu, di desa kami hanya ada tenis meja dan sepak bola. Itu sebabnya saya memainkan keduanya. Awalnya, (cukup logis) pertama kali bermain sepak bola dengan kondisi fisik seperti ini. Lalu, saya bermain sepak bola sebagai tantangan," ucap Hamadtou.
Tak ada yang menyangka gaya unik ini mengantarkannya ke Paralimpiade Rio 2016. Dia melewati berbagai jatuh-bangun kejuaraan lokal, regional, hingga internasional selama 28 tahun sebelumnya hingga mencapai ajang terbesar dunia ini.
“Saya merasa senang bermain tenis meja. Ketika saya berdiri di depan meja, saya mungkin melupakan segalanya. "Saya merasa bahwa saya sedang berbicara dengan bola dan dia mendengarkan apa yang saya katakan,” katanya dikutip dari laman The Australian.
"Saya benar-benar merasa seperti raja ketika saya di depan meja. Kecacatan tidak ada di lengan atau kaki. Disabilitas adalah tidak bertahan dalam apapun yang ingin Anda lakukan,” lanjut atlet para tenis meja satu-satunya yang mewakili benua Afrika ini.