Olimpiade 2020 Ditunda, Jepang Tanggung Beban Keuangan IOC
loading...
A
A
A
GENEVA - Penundaan Olimpiade 2020 Tokyo ternyata berdampak signifikan pada keuangan Komite Olimpiade Internasional (IOC). Pengeluaran IOC turut membengkak menyusul penangguhan ajang olahraga terbesar di dunia itu hingga tahun depan. Beruntung, Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe dikabarkan sepakat untuk menanggung semua biaya terkait penundaan Olimpiade.
IOC menyatakan bahwa Abe setuju untuk menutupi biaya berdasarkan ketentuan perjanjian yang ada untuk tahun 2020. IOC juga menuturkan bahwa hal itu sudah sesuai perjanjian host city contract (HCC). "(Perdana Menteri Shinzo) Abe sudah menyetujui tambahan anggaran. IOC juga tetap bertanggung jawab terhadap bagian lain. Untuk IOC, sudah jelas bahwa ini membutuhkan beberapa ratus juta dolar AS untuk biaya tambahan," kata IOC, dilansir kyodonews.
Namun, IOC tak merinci berapa jumlah anggaran tambahan yang dikucurkan Pemerintah Jepang untuk menyiapkan Olimpiade dan Paralimpiade di Tokyo nanti. Yang pasti, organisasi pimpinan Thomas Bach itu mengatakan dana ekstra terkait penundaan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo menembus ratusan juta dolar AS. Biaya untuk penundaan itu dikabarkan sekitar USD2,7 miliar atau sekitar Rp41,9 triliun.
Gubernur Tokyo Yuriko Koike turut menanggapi pernyataan IOC. Dia menyatakan Pemerintah Jepang, Pemerintah Metropolitan Tokyo, dan penyelenggara akan menangani biaya tambahan tersebut. Sementara Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga justru memberikan komentar berbeda. Dia menyatakan bahwa Abe belum setuju jika Jepang akan menanggung biaya tambahan.
Kondisi ini berawal ketika Abe mengumumkan Olimpiade Tokyo ditunda karena gangguan global dan masalah kesehatan yang disebabkan pandemi virus korona pada 24 Maret lalu. IOC pun setuju dan mencari jadwal baru yang sudah ditetapkan dan akan digelar pada 23 Juli hingga 8 Agustus tahun depan. Sementara untuk Paralimpic akan berlangsung 24 Agustus dan 5 September.
Panitia Pelaksana Olimpiade Tokyo (TOCOG) juga memastikan tiket yang sudah terjual tetap berlaku untuk jadwal baru. Selain itu, pihaknya juga mengganti tiket untuk masyarakat yang berhalangan. Meski begitu, IOC tak bisa menjamin jika Olimpiade juga tidak bisa terlaksana di luar 2021. IOC mengatakan Pemerintah Jepang dan otoritas terkait tak bisa menyelenggarakan Olimpiade dan Paralimpiade di luar musim panas.
IOC beralasan agar tidak berdampak besar dengan negara-negara peserta Olimpiade dan panitia penyelenggara. Selagi itu, mereka juga ingin mengamankan atlet village Olimpiade dan tempat-tempat olahraga serta keterlibatan pihak lainnya seperti sponsor, penyelenggara regional, dan lokal.
"Penundaan akan melibatkan pembatasan dan kompromi pada bagian dari semua orang yang terlibat. Tidak ada cetak biru untuk penundaan. Tapi, IOC sangat yakin bahwa semua bagian kompleks akan datang bersama dan memberi kami permainan yang luar biasa," ucap IOC.
Selain itu, IOC juga mengungkapkan bahwa baru ada sekitar 57% atlet yang sudah mengamankan tiket ke Olimpiade. Dengan masalah pandemi virus korona ini, IOC mengubah proses kualifikasi dan menambahkan waktu periode kualifikasi sebulan sebelum Olimpiade 2020 berlangsung. (Raikhul Amar)
IOC menyatakan bahwa Abe setuju untuk menutupi biaya berdasarkan ketentuan perjanjian yang ada untuk tahun 2020. IOC juga menuturkan bahwa hal itu sudah sesuai perjanjian host city contract (HCC). "(Perdana Menteri Shinzo) Abe sudah menyetujui tambahan anggaran. IOC juga tetap bertanggung jawab terhadap bagian lain. Untuk IOC, sudah jelas bahwa ini membutuhkan beberapa ratus juta dolar AS untuk biaya tambahan," kata IOC, dilansir kyodonews.
Namun, IOC tak merinci berapa jumlah anggaran tambahan yang dikucurkan Pemerintah Jepang untuk menyiapkan Olimpiade dan Paralimpiade di Tokyo nanti. Yang pasti, organisasi pimpinan Thomas Bach itu mengatakan dana ekstra terkait penundaan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo menembus ratusan juta dolar AS. Biaya untuk penundaan itu dikabarkan sekitar USD2,7 miliar atau sekitar Rp41,9 triliun.
Gubernur Tokyo Yuriko Koike turut menanggapi pernyataan IOC. Dia menyatakan Pemerintah Jepang, Pemerintah Metropolitan Tokyo, dan penyelenggara akan menangani biaya tambahan tersebut. Sementara Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga justru memberikan komentar berbeda. Dia menyatakan bahwa Abe belum setuju jika Jepang akan menanggung biaya tambahan.
Kondisi ini berawal ketika Abe mengumumkan Olimpiade Tokyo ditunda karena gangguan global dan masalah kesehatan yang disebabkan pandemi virus korona pada 24 Maret lalu. IOC pun setuju dan mencari jadwal baru yang sudah ditetapkan dan akan digelar pada 23 Juli hingga 8 Agustus tahun depan. Sementara untuk Paralimpic akan berlangsung 24 Agustus dan 5 September.
Panitia Pelaksana Olimpiade Tokyo (TOCOG) juga memastikan tiket yang sudah terjual tetap berlaku untuk jadwal baru. Selain itu, pihaknya juga mengganti tiket untuk masyarakat yang berhalangan. Meski begitu, IOC tak bisa menjamin jika Olimpiade juga tidak bisa terlaksana di luar 2021. IOC mengatakan Pemerintah Jepang dan otoritas terkait tak bisa menyelenggarakan Olimpiade dan Paralimpiade di luar musim panas.
IOC beralasan agar tidak berdampak besar dengan negara-negara peserta Olimpiade dan panitia penyelenggara. Selagi itu, mereka juga ingin mengamankan atlet village Olimpiade dan tempat-tempat olahraga serta keterlibatan pihak lainnya seperti sponsor, penyelenggara regional, dan lokal.
"Penundaan akan melibatkan pembatasan dan kompromi pada bagian dari semua orang yang terlibat. Tidak ada cetak biru untuk penundaan. Tapi, IOC sangat yakin bahwa semua bagian kompleks akan datang bersama dan memberi kami permainan yang luar biasa," ucap IOC.
Selain itu, IOC juga mengungkapkan bahwa baru ada sekitar 57% atlet yang sudah mengamankan tiket ke Olimpiade. Dengan masalah pandemi virus korona ini, IOC mengubah proses kualifikasi dan menambahkan waktu periode kualifikasi sebulan sebelum Olimpiade 2020 berlangsung. (Raikhul Amar)
(ysw)