Sepak Bola di Indonesia Tanpa Penonton, Apa Mungkin?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Beberapa liga top Eropa kembali menggelar pertandingan sepak bola tanpa penonton. Sepak bola nasional berjalan mengarah ke sana, tetapi apakah kita sudah siap?
Wacana menggelar pertandingan Liga 1 2020 di tengah wabah virus corona mulai mengemuka. Ada skenario membatasi stadion tak lebih dari 250 orang ketika sepak bola nasional kembali digelar. (Baca juga: Skenario New Normal, Bagaimana Nasib Sepak Bola Nasional? )
Skenarionya adalah hanya pemain, wasit, ofisial, medis, jurnalis, dan petugas keamanan yang diperbolehkan masuk ke dalam stadion. Namun tidak ada jaminan suporter tidak datang menyerbu lokasi pertandingan.
Mantan penggawa Timnas Indonesia , Zulkifli Syukur, dalam acara bincang bersama pengamat sepak bola Maruf El Rumi dan Abdul Haris di akun Youtube SINDOnews, Rabu (10/6/2020), mengatakan, wacana menggelar pertandingan tanpa penonton di Indonesia merupakan hal yang rumit. Tak cuma butuh komitmen dari suporter, pihak klub juga perlu memastikan laga digelar sesuai protokol kesehatan yang ketat.
“Misalnya tes kesehatan rutin, tidak cuma saat mau bertanding, tetapi juga ketika hendak latihan,” kata Zulkifli Syukur yang saat ini memperkuat PSM Makassar.
Sementara itu, Abdul Harris mengatakan, pertandingan sepak bola tanpa penonton tidak akan menggerakkan roda ekonomi. Terutama tim besar seperti Persija Jakarta, Persib Bandung, dan PSM Makassar yang sumber pendapatannya berasal dari penonton.
"Tanpa penonton, lebih dari separuh pemasukan mereka (klub) hilang.” kata pria yang akrab disapa Bung Ais.
Kerugian menggelar pertandingan tanpa penonton sebetulnya tak cuma dirasakan di Indonesia. Menurut Maruf El Rumi, liga-liga top di Eropa yang melanjutkan liga tanpa suporter juga menghadapi masalah yang sama.
“Apalagi seperti di Jerman, Borussia Dortmund punya suporter fanatik yang selalu memadati stadion. Berbeda dengan di Inggris atau di dua klub La Liga, Real Madrid dan Barcelona, yang lebih banyak suporter turisnya, kalau di Bundesliga rata-rata suporternya fanatik seperti di sini,” kata Maruf.
Untuk menggelar pertandingan Liga 1 di era new normal, semua sepakat butuh perhatian khusus terutama terkait faktor keselamatan pemain. Selain itu pihak keamanan juga harus menjamin para suporter tidak nekat datang ke stadion.
Dialog New Normal Sepak Bola bertajuk “Tanpa Suporter Kurang Greget” dipandu jurnalis SINDOnews dan Koran Sindo, Hanna Fauzie. (Baca juga: FIFA Serukan Reformasi Keuangan )
Wacana menggelar pertandingan Liga 1 2020 di tengah wabah virus corona mulai mengemuka. Ada skenario membatasi stadion tak lebih dari 250 orang ketika sepak bola nasional kembali digelar. (Baca juga: Skenario New Normal, Bagaimana Nasib Sepak Bola Nasional? )
Skenarionya adalah hanya pemain, wasit, ofisial, medis, jurnalis, dan petugas keamanan yang diperbolehkan masuk ke dalam stadion. Namun tidak ada jaminan suporter tidak datang menyerbu lokasi pertandingan.
Mantan penggawa Timnas Indonesia , Zulkifli Syukur, dalam acara bincang bersama pengamat sepak bola Maruf El Rumi dan Abdul Haris di akun Youtube SINDOnews, Rabu (10/6/2020), mengatakan, wacana menggelar pertandingan tanpa penonton di Indonesia merupakan hal yang rumit. Tak cuma butuh komitmen dari suporter, pihak klub juga perlu memastikan laga digelar sesuai protokol kesehatan yang ketat.
“Misalnya tes kesehatan rutin, tidak cuma saat mau bertanding, tetapi juga ketika hendak latihan,” kata Zulkifli Syukur yang saat ini memperkuat PSM Makassar.
Sementara itu, Abdul Harris mengatakan, pertandingan sepak bola tanpa penonton tidak akan menggerakkan roda ekonomi. Terutama tim besar seperti Persija Jakarta, Persib Bandung, dan PSM Makassar yang sumber pendapatannya berasal dari penonton.
"Tanpa penonton, lebih dari separuh pemasukan mereka (klub) hilang.” kata pria yang akrab disapa Bung Ais.
Kerugian menggelar pertandingan tanpa penonton sebetulnya tak cuma dirasakan di Indonesia. Menurut Maruf El Rumi, liga-liga top di Eropa yang melanjutkan liga tanpa suporter juga menghadapi masalah yang sama.
“Apalagi seperti di Jerman, Borussia Dortmund punya suporter fanatik yang selalu memadati stadion. Berbeda dengan di Inggris atau di dua klub La Liga, Real Madrid dan Barcelona, yang lebih banyak suporter turisnya, kalau di Bundesliga rata-rata suporternya fanatik seperti di sini,” kata Maruf.
Untuk menggelar pertandingan Liga 1 di era new normal, semua sepakat butuh perhatian khusus terutama terkait faktor keselamatan pemain. Selain itu pihak keamanan juga harus menjamin para suporter tidak nekat datang ke stadion.
Dialog New Normal Sepak Bola bertajuk “Tanpa Suporter Kurang Greget” dipandu jurnalis SINDOnews dan Koran Sindo, Hanna Fauzie. (Baca juga: FIFA Serukan Reformasi Keuangan )
(mirz)