Jafri Sastra Tinggalkan Persela Lamongan, Pelatih Persib Bandung Mengaku Sedih
loading...
A
A
A
GIANYAR - Pelatih Persib Bandung, Robert Alberts mengaku sedih mendengar Jafri Sastra tidak lagi menukangi Persela Lamongan. Dia merasa miris dengan semakin bertambahnya juru taktik yang meninggalkan klub Liga 1 2021/2022.
"Ada pelatih lain yang pergi lagi di Liga Indonesia, sangat sedih mendengarnya," ujar Robert.
Robert membeberkan situasi yang dialami pelatih klub Liga 1. Menurutnya mereka semua sedang sama-sama berusaha membangkitkan sepak bola Indonesia di tengah situasi yang tak mudah.
"Ketika kompetisi digelar di masa pandemi, semua masih meraba-raba. Kami mendukung satu sama lain dan mendukung sepak bola kembali bergulir," jelas Robert.
Hanya saja, tuntutan selalu membayangi setiap pelatih. Ketika tim tidak meraih hasil maksimal, mundur atau dipecat menjadi resiko yang harus dihadapi. Nyatanya, sudah belasan klub Liga 1 mengganti pelatih.
"Saya hanya bisa berkata bahwa tuntutan yang tinggi membuat pelatih harus kembali berpisah lagi dengan klubnya. Seharusnya ada dukungan dari semua pihak yang terlibat untuk melalui musim yang digelat dalam kondisi sulit," lanjutnya.
"Setelah itu, ketika pandemi berakhir, tim bisa kembali menatap kompetisi dengan normal, termasuk sistem kompetisi yang kembali seperti semula. Tapi untuk saat ini, dukungan yang kami perlukan," ucap pria berpaspor Belanda itu.
Terkait soal Persela yang akan dihadapi Persib tanpa pelatih Jafri Sastra, Robert tak memandang itu sebagai keuntungan. Maung Bandung akan tetap berjuang untuk meraih kemenangan di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Jumat (25/2/2022).
Robert justru kembali mengungkap kesedihan. Mantan pelatih PSM Makassar itu lagi-lagi menyebut Indonesia sebagai negara yang 'kejam' bagi pelatih sepak bola.
"Situasi ini sama sekali bukan menjadi keuntungan bagi kami, pelatih berpisah dengan klubnya dan kami hanya bisa berkata semoga (Jafri Sastra) sukses dengan tugas barunya di kemudian hari," kata Robert.
"Pelatih-pelatih di musim ini sudah berusaha yang terbaik di tengah kondisi krisis, berusaha mengembalikan sepak bola Indonesia ke jalurnya. Karena kami satu-satunya negara di dunia yang memainkan kompetisi di tengah situasi seperti ini," tandasnya.
"Ada pelatih lain yang pergi lagi di Liga Indonesia, sangat sedih mendengarnya," ujar Robert.
Robert membeberkan situasi yang dialami pelatih klub Liga 1. Menurutnya mereka semua sedang sama-sama berusaha membangkitkan sepak bola Indonesia di tengah situasi yang tak mudah.
"Ketika kompetisi digelar di masa pandemi, semua masih meraba-raba. Kami mendukung satu sama lain dan mendukung sepak bola kembali bergulir," jelas Robert.
Hanya saja, tuntutan selalu membayangi setiap pelatih. Ketika tim tidak meraih hasil maksimal, mundur atau dipecat menjadi resiko yang harus dihadapi. Nyatanya, sudah belasan klub Liga 1 mengganti pelatih.
"Saya hanya bisa berkata bahwa tuntutan yang tinggi membuat pelatih harus kembali berpisah lagi dengan klubnya. Seharusnya ada dukungan dari semua pihak yang terlibat untuk melalui musim yang digelat dalam kondisi sulit," lanjutnya.
"Setelah itu, ketika pandemi berakhir, tim bisa kembali menatap kompetisi dengan normal, termasuk sistem kompetisi yang kembali seperti semula. Tapi untuk saat ini, dukungan yang kami perlukan," ucap pria berpaspor Belanda itu.
Terkait soal Persela yang akan dihadapi Persib tanpa pelatih Jafri Sastra, Robert tak memandang itu sebagai keuntungan. Maung Bandung akan tetap berjuang untuk meraih kemenangan di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Jumat (25/2/2022).
Robert justru kembali mengungkap kesedihan. Mantan pelatih PSM Makassar itu lagi-lagi menyebut Indonesia sebagai negara yang 'kejam' bagi pelatih sepak bola.
"Situasi ini sama sekali bukan menjadi keuntungan bagi kami, pelatih berpisah dengan klubnya dan kami hanya bisa berkata semoga (Jafri Sastra) sukses dengan tugas barunya di kemudian hari," kata Robert.
"Pelatih-pelatih di musim ini sudah berusaha yang terbaik di tengah kondisi krisis, berusaha mengembalikan sepak bola Indonesia ke jalurnya. Karena kami satu-satunya negara di dunia yang memainkan kompetisi di tengah situasi seperti ini," tandasnya.
(mirz)