Jelang Bergulirnya Liga 1, Klub Minta Jaminan Kompetisi
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Liga Indonesia Baru (LIB) dan PSSI diminta mematangkan persiapan sebelum menggulirkan kompetisi yang ditangguhkan sejak Maret lalu. Operator dan federasi harus menjamin liga tetap bergulir karena terkait dengan finansial tim peserta.
LIB menggadang-gadang pekan keempat Liga 1 kembali bergulir paling lambat Oktober mendatang. Operator dan PSSI mengklaim keputusan ini diambil setelah berkonsultasi dengan seluruh kontestan.
Jika sesuai jadwal, kompetisi ditargetkan berakhir pada Februari 2021. Sebelumnya, Liga 1 dan Liga 2 ditangguhkan lantaran pandemi virus korona semakin tidak terkendali di Indonesia. Hal ini berdampak pada seluruh tim lantaran tidak memperoleh pendapatan, baik dari tiket penonton dan sponsor.
Hasilnya, kebijakan pemotongan gaji pemain dan pelatih diterapkan untuk memastikan tim bisa tetap survive selama pandemi korona. Persoalan finansial ini kembali mengemuka di tengah rencana PSSI menggulirkan liga karena pertandingan dipastikan tanpa penonton.
Di sisi lain, tiap tim harus menanggung beban gaji pemain, pelatih, dan sewa stadion yang nilainya tidak sedikit. Hal ini semakin berat mengingat pertandingan akan dipusatkan di Pulau Jawa untuk meminimalisasikan potensi penularan virus corona. (Baca: Liga Indonesia Akan Kembali Bergulir, PSSI Susun Regulasi)
Presiden Klub Persebaya Azrul Ananda menyatakan, kelanjutan Liga 1 2020 akan mengakibatkan dampak finansial sangat besar terhadap klub-klub. Karena itu, dia berharap agar solusi finansial harus dibicarakan lebih mendetil dengan seluruh klub peserta sebagai pemegang saham 99% dari liga.
“Jangan sampai memaksakan kebijakan yang mengakibatkan penalti finansial, tanpa kepastian kelanjutan kompetisi yang matang. Apalagi jika tim-tim mulai bergerak mempersiapkan diri, tiba-tiba terjadi masalah lanjutan pandemi yang pada akhirnya kembali membatalkan liga,” tulis Azrul dilansir laman Persebaya.
Sebelumnya, PSSI sudah mengusulkan pembayaran subsidi per termin dinaikkan dari Rp520 juta menjadi Rp800 juta sebagai syarat kelanjutan kompetisi. Selain masalah finansial, sejumlah poin juga ditekankan Persebaya, seperti faktor kesehatan dan keselamatan, dampak sosial ekonomi masyarakat, maupun dampak jangka panjang kompetisi. Masalah ini mengemuka lantaran PSSI mengusulkan tidak ada degradasi dan hanya ada dua tim promosi dari Liga 2.
“Persebaya akan berusaha menghormati segala keputusan yang dibuat berkaitan dengan kelanjutan Liga 1 2020. Tapi, kami meminta kepada seluruh stakeholder sepak bola Indonesia untuk benar-benar mempertimbangkan segala keputusan dengan dasar kepentingan paling luas,” katanya.
Sementara itu, kapten Persib Supardi Nasir mengingatkan operator dan PSSI untuk menerapkan protokol kesehatan yang ketat untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pemain. Dia tidak berharap terjadi hal-hal yang nanti bisa mengganggu jalannya kompetisi.
LIB menggadang-gadang pekan keempat Liga 1 kembali bergulir paling lambat Oktober mendatang. Operator dan PSSI mengklaim keputusan ini diambil setelah berkonsultasi dengan seluruh kontestan.
Jika sesuai jadwal, kompetisi ditargetkan berakhir pada Februari 2021. Sebelumnya, Liga 1 dan Liga 2 ditangguhkan lantaran pandemi virus korona semakin tidak terkendali di Indonesia. Hal ini berdampak pada seluruh tim lantaran tidak memperoleh pendapatan, baik dari tiket penonton dan sponsor.
Hasilnya, kebijakan pemotongan gaji pemain dan pelatih diterapkan untuk memastikan tim bisa tetap survive selama pandemi korona. Persoalan finansial ini kembali mengemuka di tengah rencana PSSI menggulirkan liga karena pertandingan dipastikan tanpa penonton.
Di sisi lain, tiap tim harus menanggung beban gaji pemain, pelatih, dan sewa stadion yang nilainya tidak sedikit. Hal ini semakin berat mengingat pertandingan akan dipusatkan di Pulau Jawa untuk meminimalisasikan potensi penularan virus corona. (Baca: Liga Indonesia Akan Kembali Bergulir, PSSI Susun Regulasi)
Presiden Klub Persebaya Azrul Ananda menyatakan, kelanjutan Liga 1 2020 akan mengakibatkan dampak finansial sangat besar terhadap klub-klub. Karena itu, dia berharap agar solusi finansial harus dibicarakan lebih mendetil dengan seluruh klub peserta sebagai pemegang saham 99% dari liga.
“Jangan sampai memaksakan kebijakan yang mengakibatkan penalti finansial, tanpa kepastian kelanjutan kompetisi yang matang. Apalagi jika tim-tim mulai bergerak mempersiapkan diri, tiba-tiba terjadi masalah lanjutan pandemi yang pada akhirnya kembali membatalkan liga,” tulis Azrul dilansir laman Persebaya.
Sebelumnya, PSSI sudah mengusulkan pembayaran subsidi per termin dinaikkan dari Rp520 juta menjadi Rp800 juta sebagai syarat kelanjutan kompetisi. Selain masalah finansial, sejumlah poin juga ditekankan Persebaya, seperti faktor kesehatan dan keselamatan, dampak sosial ekonomi masyarakat, maupun dampak jangka panjang kompetisi. Masalah ini mengemuka lantaran PSSI mengusulkan tidak ada degradasi dan hanya ada dua tim promosi dari Liga 2.
“Persebaya akan berusaha menghormati segala keputusan yang dibuat berkaitan dengan kelanjutan Liga 1 2020. Tapi, kami meminta kepada seluruh stakeholder sepak bola Indonesia untuk benar-benar mempertimbangkan segala keputusan dengan dasar kepentingan paling luas,” katanya.
Sementara itu, kapten Persib Supardi Nasir mengingatkan operator dan PSSI untuk menerapkan protokol kesehatan yang ketat untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pemain. Dia tidak berharap terjadi hal-hal yang nanti bisa mengganggu jalannya kompetisi.