Peran ganda Indra Sjafri memberi inspirasi dan prestasi

Selasa, 24 September 2013 - 15:39 WIB
Peran ganda Indra Sjafri memberi inspirasi dan prestasi
Peran ganda Indra Sjafri memberi inspirasi dan prestasi
A A A
Sindonews.com - Malam selepas pertandingan lawan Vietnam pada 14 September 2013, situasi di ruangan tempat press conference di Gelora Delta Sidoarjo agak kurang bergairah. Malam itu Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-19 dikalahkan Vietnam dengan skor 2-1.

Setelah press conference, saya mendekati pelatih Indra Sjafri yang hendak meninggalkan ruangan. ''Coach, apakah ada resep istimewa untuk bisa bangkit dari situasi ini?,”tanya saya. Jujur, pertanyaan itu sebenarnya buah kekhawatiran saya terhadap langkah Indonesia selanjutnya.

Saya sedikit khawatir kekalahan itu meruntuhkan skuad muda yang sebelumnya disanjung kala mengalahkan Brunei Darussalam dan Myanmar. Apalagi Indonesia selanjutnya menghadapi Thailand. Indra Sjafri menjawab dengan sangat tenang, ''Tidak ada. Percayalah, anak-anak ini punya kemampuan luar biasa.”

Walau mendapat jawaban tenang dan optimistis, saya masih cemas dan belum yakin Indonesia bakal lolos. Malaysia juga masih menunggu di depan. Ucapan Indra Sjafri ternyata terbukti, Indonesia dengan jantan menggebuk Thailand di pertandingan berikutnya dengan skor 3-1.

Kembali saya bertanya kepada sang pelatih, apa yang melatarbelakangi keyakinan dia dengan kemampuan pemain. Indra pun menuturkan kisahnya dalam mencari bakat hingga ke pelosok negeri. ''Saya sendiri yang mencari mereka dan pastinya saya tahu benar bagaimana karakter semuanya,” kata Indra kalem.

Indra Sjafri tanpa sengaja telah ‘menjewer’ PSSI maupun pelatih-pelatih Indonesia. Dia melakukan hal yang langka dilakukan pelatih Indonesia, terutama dalam sistem pencarian talenta dengan turun langsung ke daerah. Sistem itu sebelumnya dianggap pekerjaan yang buang-buang waktu.

Pelatih asal Sumatera Barat ini menurut saya telah melakukan dua tugas sekaligus, yakni coaching (kepelatihan) dan scouting (pencarian bakat). Semua paham bahwa di sepak bola Indonesia fungsi scouting nyaris tidak berjalan. PSSI maupun pelatih malas turun langsung ke daerah atau klub-klub kecil.

Scouting sendiri fungsinya juga lebih dalam dalam hubungan personal dengan pemain. Tak hanya melihat pemain dari sisi performa, namun juga latar belakang keluarga dan pendidikannya. Dari situ seorang scout bakal paham benar bagaimana karakter pemain yang dianggapnya berpotensi besar.

Ingat film Goal! The Dream Begin? Seorang remaja Santiago Munez ditemukan pencari bakat Glen Foy dan dibawa ke Newcastle United untuk trial. Glen Foy tidak hanya melaporkan penemuan ke Newcastle kemudian melobi klub untuk menawarkan trial, tapi juga memfasilitasi perjalanan Santiago ke Inggris.

Di sepak bola Indonesia, bahkan klub pun tidak memiliki scout. Pemain muda yang masuk akademi sebuah klub, hanya melalui pendaftaran. Tidak ada orang khusus yang ditugasi mencari bakat ke daerah-daerah. Praktis, ada rantai yang putus antara kesempatan dengan bakat di luar sana.

Karena di Indonesia profesi scouting tak berjalan optimal, maka pelatih dituntut untuk bisa menjalankan peran itu. Saya menilai Indra Sjafri sangat sempurna menjalankan peran coach dan scout, hingga dia memberikan trofi AFF U-19 Youth Championship 2013.

Dari apa yang dilakukan Indra, sudah selayaknya PSSI mengubah pola pencarian bakat muda. Paling tidak Timnas U-19 sudah menunjukkan bahwa sepakbola tidak hanya berkutat di klub-klub besar dan profesional seperti di Indonesia Super League (ISL). Di pedalaman pun banyak tersebar talenta-talenta menjanjikan.

Kalau bukan karena kerja keras pelatih macam Indra Sjafri, Indonesia tak akan mengenal Ravi Murdianto, Fatchurrohman, Putu Gede Antara, Muchlis Hadi Ning, hingga Ilham Udin Armayn. Pemain yang sudah menjelajah publisitas mungkin hanya Evan Dimas yang memang sudah berstatus ‘wonder kid’ di Surabaya.

PSSI mungkin bisa memberikan target mutlak kepada setiap Pengcab PSSI di daerah untuk menyetor nama-nama pemain berbakat setiap periode tertentu. Tentunya pemain di luar cakupan kompetisi di bawah Pengcab sendiri. Atau mungkin PSSI merekrut pencari bakat khusus untuk berkeliling Indonesia.

Indonesia sebenarnya sangat kaya pelatih, baik di tingkat profesional, amatir, Sekolah Sepak Bola (SSB), atau mungkin di klub tarkam sekalipun. Mereka bisa dimanfaatkan untuk memilah pemain bertalenta dari seluruh pelosok tanah air, tentunya dengan pembinaan dan respons yang serius dari PSSI.

Begitulah, gelar juara yang diraih Timnas U-19 sesungguhnya tidak hanya sebagai pelepas dahaga gelar Indonesia. Tapi lebih dalam lagi, banyak yang bisa dipelajari dan menjadi inspirasi brilian jika Indonesia benar-benar ingin memunculkan generasi sepak bola yang jauh lebih baik. Prestasi penting, tapi inspirasi jauh lebih penting.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7522 seconds (0.1#10.140)