3 Pemain Keturunan Indonesia Senjata Baru Timnas Indonesia di Piala Asia 2023
loading...
A
A
A
JAKARTA - Timnas Indonesia akan diperkuat tiga pemain naturalisasi di Piala Asia 2023 . Mereka adalah Jordi Amat, Sandy Walsh, dan Shayne Pattynama yang baru saja bergabung dengan Merah Putih.
Sebenarnya, ketiga pemain tersebut ditargetkan tampil di babak kualifikasi Piala Asia 2023. Namun proses naturalisasi masih berlangsung. Beruntung, Indonesia tembus babak utama sehingga tiga amunisi anyar tersebut bisa unjuk gigi.
Baca Juga: Termasuk Indonesia, Ini 24 Negara yang Lolos ke Piala Asia 2023
Harapan besar saat ini berada di pundak tiga pemain naturalisasi. Pelatih Shin Tae-yong sendiri bahkan mengatakan timnya cukup bergantung pada tiga amunisi anyar, meski skuad sudah dibangun jauh sebelum kedatangan ketiganya.
“Piala Asia memang tidak gampang, lawan kuat daripada sekarang. Dengan pemain naturalisasi akan lebih kuat dari pada ini,” ungkap Shin Tae-yong di Jakarta, Kamis (16/6/2022) lalu.
Lantas, seperti apa sosok Jordi Amat, Sandy Walsh, dan Shayne Pattynama yang digadang-gadang bakal memberi dampak positif bagi skuat Timnas Indonesia di Piala Asia 2023?
1. Jordi Amat (Bek)
Jordi Amat yang kini bermain untuk klub Belgia, KAS Eupen, mendapat hak naturalisasi karena sang neneknya berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan. Berdasarkan data Transfermarkt, Jordi Amat lahir di Barcelona, pada 21 Maret 1992. Pemain berposisi sebagai bek tengah ini merupakan pemain jebolan akademi Espanyol.
Jordi naik kelas ke tim utama Espanyol pada Februari 2010. Ia melakoni 46 penampilan bersama tim utama Espanyol selama dua tahun. Kebersamaan Jordi dengan Espanyol tak bertahan lama setelah ia sempat dipinjamkan ke Rayo Vallencano pada musim panas 2012.
Setelah dari masa pinjamannya, Jordi pindah ke Inggris untuk bergabung bersama Swansea City . Selama berseragam Swansea City, Jordi mencatatkan 72 penampilan hingga 2018. Pengalamannya tampil di Liga Inggris bersama Swansea City tentu bisa memberi dampak positif bagi Timnas Indonesia.
2. Sandy Walsh (Bek)
Pemain yang lahir di Brussels, Belgia, 14 Maret 1995 itu salah satu pemain yang memiliki darah keturunan Indonesia dari kakeknya. Sandy Walsh menghabiskan waktu di tim junior Tempo Overijse dan ERC Hoeilaart sebelum bergabung dengan Anderlecht pada 2003.
Setelah menghabiskan waktu delapan tahun bersama Anderlecht, Sandy Walsh akhirnya pindah ke Genk pada 2011. Di klub ini dia hanya membutuhkan waktu satu musim saja untuk masuk ke tim senior Genk.
Sandy Walsh lalu menghabiskan karier seniornya bersama Genk selama lima tahun. Setelah itu dia memperkuat Zulte Waregem (2017-2020). Setelah tiga tahun membela Zulte Waregem, Sandy Walsh akhirnya bergabung dengan KV Mechelen. Selama dua tahun membela klub Belgia tersebut, dia telah memainkan 63 pertandingan dan sudah mencetak enam gol.
Tampil mengilau bersama klub junior maupun senior membuat Sandy Walsh beberapa kali membela tim nasional Belanda di berbagai usia. Mulai dari U-15, U-16, U-17, U-18, U-19 dan U-20. Namun, dia tak pernah tampil bersama tim nasional senior Belanda sehingga diizinkan untuk membela Timnas Indonesia.
3. Shayne Pattynama (Gelandang)
Karier sepak bola Shayne Pattynama dimulai ketika ia bergabung dengan sekolah sepak bola Lelysta67. Setelah itu, bakatnya dipantau scout Ajax Amsterdam.
Shane masuk tim muda Ajax selama 3 tahun sebelum akhirnya bergabung dengan tim mudah Eredivisie, FC Utrech. Dia kemudian pindah ke Telstar, yang juga bermain untuk Eredivisie 2. Dia membuat 45 penampilan dan mencetak lima gol untuk tim Telstar. Dengan penampilannya yang mengesankan, Telstar menjual Shine ke klub Norwegia FK Viking.
Data di laman Transfermarket menunjukkan nilai transfer Shayne Pattynama ke FK Vikings senilai Rp 5,6 miliar. Masih dari sumber yang sama, Shayne diperkirakan sudah membuat sembilan penampilan dalam 543 menit.
Sebenarnya, ketiga pemain tersebut ditargetkan tampil di babak kualifikasi Piala Asia 2023. Namun proses naturalisasi masih berlangsung. Beruntung, Indonesia tembus babak utama sehingga tiga amunisi anyar tersebut bisa unjuk gigi.
Baca Juga: Termasuk Indonesia, Ini 24 Negara yang Lolos ke Piala Asia 2023
Harapan besar saat ini berada di pundak tiga pemain naturalisasi. Pelatih Shin Tae-yong sendiri bahkan mengatakan timnya cukup bergantung pada tiga amunisi anyar, meski skuad sudah dibangun jauh sebelum kedatangan ketiganya.
“Piala Asia memang tidak gampang, lawan kuat daripada sekarang. Dengan pemain naturalisasi akan lebih kuat dari pada ini,” ungkap Shin Tae-yong di Jakarta, Kamis (16/6/2022) lalu.
Lantas, seperti apa sosok Jordi Amat, Sandy Walsh, dan Shayne Pattynama yang digadang-gadang bakal memberi dampak positif bagi skuat Timnas Indonesia di Piala Asia 2023?
1. Jordi Amat (Bek)
Jordi Amat yang kini bermain untuk klub Belgia, KAS Eupen, mendapat hak naturalisasi karena sang neneknya berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan. Berdasarkan data Transfermarkt, Jordi Amat lahir di Barcelona, pada 21 Maret 1992. Pemain berposisi sebagai bek tengah ini merupakan pemain jebolan akademi Espanyol.
Jordi naik kelas ke tim utama Espanyol pada Februari 2010. Ia melakoni 46 penampilan bersama tim utama Espanyol selama dua tahun. Kebersamaan Jordi dengan Espanyol tak bertahan lama setelah ia sempat dipinjamkan ke Rayo Vallencano pada musim panas 2012.
Setelah dari masa pinjamannya, Jordi pindah ke Inggris untuk bergabung bersama Swansea City . Selama berseragam Swansea City, Jordi mencatatkan 72 penampilan hingga 2018. Pengalamannya tampil di Liga Inggris bersama Swansea City tentu bisa memberi dampak positif bagi Timnas Indonesia.
2. Sandy Walsh (Bek)
Pemain yang lahir di Brussels, Belgia, 14 Maret 1995 itu salah satu pemain yang memiliki darah keturunan Indonesia dari kakeknya. Sandy Walsh menghabiskan waktu di tim junior Tempo Overijse dan ERC Hoeilaart sebelum bergabung dengan Anderlecht pada 2003.
Setelah menghabiskan waktu delapan tahun bersama Anderlecht, Sandy Walsh akhirnya pindah ke Genk pada 2011. Di klub ini dia hanya membutuhkan waktu satu musim saja untuk masuk ke tim senior Genk.
Sandy Walsh lalu menghabiskan karier seniornya bersama Genk selama lima tahun. Setelah itu dia memperkuat Zulte Waregem (2017-2020). Setelah tiga tahun membela Zulte Waregem, Sandy Walsh akhirnya bergabung dengan KV Mechelen. Selama dua tahun membela klub Belgia tersebut, dia telah memainkan 63 pertandingan dan sudah mencetak enam gol.
Tampil mengilau bersama klub junior maupun senior membuat Sandy Walsh beberapa kali membela tim nasional Belanda di berbagai usia. Mulai dari U-15, U-16, U-17, U-18, U-19 dan U-20. Namun, dia tak pernah tampil bersama tim nasional senior Belanda sehingga diizinkan untuk membela Timnas Indonesia.
3. Shayne Pattynama (Gelandang)
Karier sepak bola Shayne Pattynama dimulai ketika ia bergabung dengan sekolah sepak bola Lelysta67. Setelah itu, bakatnya dipantau scout Ajax Amsterdam.
Shane masuk tim muda Ajax selama 3 tahun sebelum akhirnya bergabung dengan tim mudah Eredivisie, FC Utrech. Dia kemudian pindah ke Telstar, yang juga bermain untuk Eredivisie 2. Dia membuat 45 penampilan dan mencetak lima gol untuk tim Telstar. Dengan penampilannya yang mengesankan, Telstar menjual Shine ke klub Norwegia FK Viking.
Data di laman Transfermarket menunjukkan nilai transfer Shayne Pattynama ke FK Vikings senilai Rp 5,6 miliar. Masih dari sumber yang sama, Shayne diperkirakan sudah membuat sembilan penampilan dalam 543 menit.
(sto)