Sergio Silva Ceritakan Suasana Tragedi Kanjuruhan, Merinding Lihat Banyak Fans Meninggal

Senin, 03 Oktober 2022 - 16:00 WIB
loading...
Sergio Silva Ceritakan Suasana Tragedi Kanjuruhan, Merinding Lihat Banyak Fans Meninggal
Sergio Silva mengisahkan pengalaman menyeramkan selama terjadinya tragedi Kanjuruhan. Foto: Aremafc.com
A A A
MALANG - Sergio Silva mengisahkan pengalaman menyeramkan selama terjadinya tragedi Kanjuruhan , Sabtu (1/10/2022) malam. Bek Arema FC asal Portugal itu tidak menyangka malam itu bakal melihat begitu banyak orang yang meninggal.



Petaka mengerikan itu terjadi setelah Arema FC kalah 2-3 dari Persebaya Surabaya. Pertandingan sejatinya berjalan lancar sejak awal.

Namun, karena kekalahan tersebut, Aremania merangsek turun ke lapangan setelah laga usai. Aksi itu langsung membuat pihak keamanan bertindak untuk meredam ratusan suporter yang masuk ke dalam lapangan.

Celakanya, pihak keamanan justru menembakan gas air mata ke tribun penonton. padahal mereka seharusnya tidak dijadikan sasarannya karena tidak ikut turun ke lapangan.

Tindakan itupun juga sebenarnya salah karena FIFA melarang gas air mata dilarang untuk mengamankan massa di dalam stadion.

Alhasil, para penonton yang berada di tribun menjadi panik dan berusaha untuk menyelamatkan diri. Mereka berdesak-desakan untuk bisa keluar yang kemudian menyebabkan antrian.

Ironisnya, banyak dari mereka yang terinjak-injak dansesak napas karena menghirup gas air mata. Insiden yang akhirnya menelan ratusan korban jiwa itu menjadi sorotan dunia.

Silva lalu menceritakan apa yang dialaminya kepada media Portugal, A Bola. Dia menyebut para pemain awalnya seperti biasa ingin menghampiri suporter untuk menghormati dukungan yang diberikan kendati menelan kekalahan.

Namun, ketika banyak suporter yang menerobos ke lapangan, bek berusia 28 tahun itu dan para pemain lainnya akhirnya memilih untuk segera masuk ke ruang ganti.

“Ini adalah derby yang sebanding dengan FC Porto-Benfica. Ini adalah pertandingan yang membuat stadion penuh," kata Silva.

"Namun, karena bisa menimbulkan risiko, kehadiran suporter Persebaya tidak diperbolehkan. Kami tidak pernah berpikir bisa sampai seperti ini.”

“Meski kalah, kami akan berjalan-jalan di sekitar stadion untuk menghormati para penggemar, langkah itu terbatas pada pertemuan di tengah lapangan."

"Kami menerima indikasi dengan beberapa penggemar di lapangan, saya pikir banyak yang datang untuk memberi dukungan dan bukan untuk menyerang, tetapi lebih baik pergi ke ruang ganti,” lanjutnya.

Silva mengungkapkan kalau skuad berjuluk Singo Edan itu berlindung di ruang ganti selama berjam-jam. Hingga akhirnya, peristiwa mencekam terjadi ketika para suporter mulai berteriak.

Dia mengaku melihat banyak darah di koridor dan melihat langsung suporter yang sudah tidak bernyawa. "Kami menghabiskan empat atau lima jam di ruang ganti, dibarikade dengan meja dan kursi untuk menahan pintu," jelasnya.

"Kami hanya merasa sedikit aman! Kami tidak mengetahui apa-apa, ada banyak kebisingan, keributan dan jeritan di koridor."

"Kami tidak tahu apakah orang-orang meneriaki kami atau karena tertekan. Hingga sampai pada titik di mana Anda bisa mengatakan itu (teriakan) karena penderitaan.”

“Orang-orang putus asa, mereka telah melihat orang mati dan mencoba melarikan diri. Kami akhirnya membiarkan beberapa dari orang-orang ini."

"Semua orang tewas dan terluka telah dievakuasi. Beberapa telah meninggal di dekat pemandian. Kami juga tahu bahwa kerabat salah satu asisten kami telah meninggal,” sambungnya.

Lebih lanjut, Silva mengungkapkan itu sebagai kejadian yang sangat mengerikan. Dan, menurutnya itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan sepak bola.



Menurutnya, tragedi mengerikan di Stadion Kanjuruhan itu bukan karena rasa kecewa para pendukung Arema FC setelah dikalahkan Peesebaya, melainkan aibat bentrokan dengan pihak keamanan.

“Saya hanya bisa menyebutkan skenario mengerikan, kehancuran, perang, mobil polisi terbakar, semuanya rusak, koridor dengan darah, sepatu orang-orang. Tidak ada hubungannya dengan sepak bola," jelasnya.

"Ada ketidakpuasan dengan kekalahan itu, tetapi saya pikir sebagian besar suporter bereaksi terhadap polisi, dan situasi menjadi tidak terkendali. Polisi juga akan berusaha membela diri. Situasinya sulit,” pungkas Silva.

(mirz)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1399 seconds (0.1#10.140)