The Special One Kehilangan Sentuhan Emas di Tottenham
loading...
A
A
A
LONDON - Perjalanan Jose Mourinho bersama Tottenham Hotspur musim ini tidak semulus yang diperkirakan sebelumnya. Tergolong pelatih sukses nan kaya pengalaman, The Special One justru kerap melakukan kesalahan fatal yang berpengaruh terhadap kinerja buruk tim di lapangan.
Sudah menjadi rahasia umum di klub-klub sebelumnya jika Mou suka berselisih dengan para pemainnya. Tidak semuanya memang, tetapi selalu ada satu atau dua pemain dikucilkannya. Mou mungkin berpikir itu adalah cara mendapatkan yang terbaik dari mereka, atau mungkin dia hanya ingin menunjukkan eksistensinya sebagai pelatih.
Di Tottenham, Mou bertengkar dengan Tanguy Ndombele. Mengesampingkan bahwa sang pemain sangat jarang bekerja dengan cara yang positif, faktanya Ndombele adalah pembelian termahal klub senilai 62 juta poundsterling ketika diboyong dari Olympique Lyon, musim panas lalu. The Lilywhites bahkan harus bersaing dengan klub-klub top Eropa lainnya. (Baca: umlah Kematian Akibat Covid-19 Meksiko Salip Prancis)
Ndombele memang belum maksimal karena kerap diganggu cedera; tetapi setiap kali diturunkan, dia secara konsisten menjadi pemain terbaik Tottenham atau terbaik kedua. Ndombele mungkin tidak dalam kondisi prima, tetapi tugas pelatih adalah membuatnya menjadi bugar sehingga Mou mendapatkan sorotan tajam.
Mou seakan mengulangi hal yang sama ketika semua orang mengkritik Romelu Lukaku karena kelebihan berat badan di Manchester United, klub Lukaku sebelumnya. Namun ketika bergabung dengan Inter Milan, Lukaku kembali ke berat badan idealnya. Itu menandakan ketidakbecusan Mou mengelola pemainnya.
Bukan hanya perselisihan, Mou juga kesulitan menemukan posisi yang cocok bagi Dele Alli. Sempat mencetak empat gol dalam empat pertandingan pertama Mou sebagai bos The Lilywhites, penampilan Alli akhir-akhir ini sangat mengerikan.
Setelah bermain sebagai penyerang kedua yang reaktif, krisis cedera membuat Alli didorong lebih jauh ke depan untuk menjadi penyerang utama. Usut punya usut, Alli tidak terlalu nyaman dengan peran itu. Tottenham butuh gol, dan Alli adalah sumber gol hebat. Setidaknya dia bisa jika Mou memainkannya dalam peran yang akan memberinya kesempatan melakukan yang terbaik.
Jika Alli dan Lucas Moura dicoba mengisi kekosongan yang sempat ditinggalkan Harry Kane dan Son Heung-min ketika cedera, apa yang belum dilakukan Mou adalah memainkan penyerang akademi muda Spurs, Troy Parrott, dengan maksimal. (Baca juga: Sambut Everton, Mourinho Siap Langgar Aturan)
Di sektor belakang, Mou juga kebingungan menentukan penjaga gawang utama sebelum Hugo Lloris pulih dari cedera. Dia terbilang terlalu berani menggunakan Michel Vorm saat menghadapi Norwich City di babak kelima Piala FA, Maret lalu. Vorm melakukan kesalahan besar memberi Norwich gol penyeimbang yang akhirnya melihat Spurs tersingkir dari FA setelah kalah 2-3 melalui babak adu penalti.
Di Tottenham, Mou seolah kehilangan tajinya sebagai pelatih dengan karakter pertahanan tangguh. Berbeda dengan klub-klub sebelumnya, Tottenham telah kebobolan 46 gol sejauh ini, sebuah fakta yang menyedihkan.
Kekalahan 1-3 dari Sheffield United, Jumat (3/7) membuat The Lilywhites semakin terpuruk. Tercatat, mereka hanya meraih satu kemenangan dalam sembilan pertandingan terakhir semua kompetisi. Bila ingin menjaga kans ke kompetisi Eropa musim depan, Tottenham harus segera bangkit. Saat ini Lloris dkk berada di posisi kesembilan dengan 45 poin., tertinggal 12 poin dari Chelsea di peringkat keempat.
Namun, Mou mengaku tidak merasa terbebani dengan target lolos ke zona Eropa. Pelatih Portugal tersebut menilai kalaupun Tottenham tidak berhasil, bukan sebuah masalah. Mou menegaskan bahwa The Lilywhites fokus menyelesaikan musim ini dengan baik dan bangkit musim depan.
“Jika itu tidak terjadi, itu bukan akhir dari dunia. Itu mungkin awal dari dunia baru. Jika itu terjadi, kita harus melihatnya tidak tersenyum, tetapi dengan optimisme dan dengan profil profesional musim depan harus berbeda. Jika Anda menganalisis Tottenham tahun lalu, misalnya, berapa banyak pertandingan tandang yang mereka menangkan?” tegas Mou dilansir reuters. (Baca juga: Tim Dalam Kondisi Ideal, Tak Ada Lagi Alasan Bagi Mourinho)
Sikap Mou yang mulai pasrah mengejar zona Eropa maupun Liga Champions mungkin dipengaruhi semakin solidnya para rival, MU dan Chelsea, Minggu (5/7). Keduanya meraih hasil bagus, Sabtu (5/7). MU sukses membenamkan AFC Bournemoth 5-2 di Old Trafford. Lima gol The Red Devils disumbangkan Mason Greenwood (29,54), Marcus Rashford (35 pen), Anthony Martial (45+2), dan Bruno Fernandes (59); sedangkan Bournemoth hanya membalas dua gol melalui Junior Stanislas (15) dan Joshua King (49 penalti).
Sayangnya, kemenangan MU tidak mengubah apa pun dalam persaingan zona Liga Champions karena mereka masih tertahan di posisi kelima klasemen sementara (55 poin). MU masih tertinggal dua poin dari Chelsea yang juga menang 3-0 atas Watford melalui gol-gol dari Olivier Giroud (28), Willian (43 pen), dan Ross Barkley (90+2).
“Sebelum melawan West Ham, kami bisa berada di urutan ketiga dan kami mengecewakan diri sendiri. Hari ini (Minggu ada sedikit tekanan untuk kembali ke posisi keempat dan kami menunjukkan performa lebih baik dan menang atas Watford. Kami harus membiasakan diri dengan tekanan itu karena Liga Primer akan sengit hingga akhir,” tutur Frank Lampard, pelatih Chelsea. (Alimansyah)
Sudah menjadi rahasia umum di klub-klub sebelumnya jika Mou suka berselisih dengan para pemainnya. Tidak semuanya memang, tetapi selalu ada satu atau dua pemain dikucilkannya. Mou mungkin berpikir itu adalah cara mendapatkan yang terbaik dari mereka, atau mungkin dia hanya ingin menunjukkan eksistensinya sebagai pelatih.
Di Tottenham, Mou bertengkar dengan Tanguy Ndombele. Mengesampingkan bahwa sang pemain sangat jarang bekerja dengan cara yang positif, faktanya Ndombele adalah pembelian termahal klub senilai 62 juta poundsterling ketika diboyong dari Olympique Lyon, musim panas lalu. The Lilywhites bahkan harus bersaing dengan klub-klub top Eropa lainnya. (Baca: umlah Kematian Akibat Covid-19 Meksiko Salip Prancis)
Ndombele memang belum maksimal karena kerap diganggu cedera; tetapi setiap kali diturunkan, dia secara konsisten menjadi pemain terbaik Tottenham atau terbaik kedua. Ndombele mungkin tidak dalam kondisi prima, tetapi tugas pelatih adalah membuatnya menjadi bugar sehingga Mou mendapatkan sorotan tajam.
Mou seakan mengulangi hal yang sama ketika semua orang mengkritik Romelu Lukaku karena kelebihan berat badan di Manchester United, klub Lukaku sebelumnya. Namun ketika bergabung dengan Inter Milan, Lukaku kembali ke berat badan idealnya. Itu menandakan ketidakbecusan Mou mengelola pemainnya.
Bukan hanya perselisihan, Mou juga kesulitan menemukan posisi yang cocok bagi Dele Alli. Sempat mencetak empat gol dalam empat pertandingan pertama Mou sebagai bos The Lilywhites, penampilan Alli akhir-akhir ini sangat mengerikan.
Setelah bermain sebagai penyerang kedua yang reaktif, krisis cedera membuat Alli didorong lebih jauh ke depan untuk menjadi penyerang utama. Usut punya usut, Alli tidak terlalu nyaman dengan peran itu. Tottenham butuh gol, dan Alli adalah sumber gol hebat. Setidaknya dia bisa jika Mou memainkannya dalam peran yang akan memberinya kesempatan melakukan yang terbaik.
Jika Alli dan Lucas Moura dicoba mengisi kekosongan yang sempat ditinggalkan Harry Kane dan Son Heung-min ketika cedera, apa yang belum dilakukan Mou adalah memainkan penyerang akademi muda Spurs, Troy Parrott, dengan maksimal. (Baca juga: Sambut Everton, Mourinho Siap Langgar Aturan)
Di sektor belakang, Mou juga kebingungan menentukan penjaga gawang utama sebelum Hugo Lloris pulih dari cedera. Dia terbilang terlalu berani menggunakan Michel Vorm saat menghadapi Norwich City di babak kelima Piala FA, Maret lalu. Vorm melakukan kesalahan besar memberi Norwich gol penyeimbang yang akhirnya melihat Spurs tersingkir dari FA setelah kalah 2-3 melalui babak adu penalti.
Di Tottenham, Mou seolah kehilangan tajinya sebagai pelatih dengan karakter pertahanan tangguh. Berbeda dengan klub-klub sebelumnya, Tottenham telah kebobolan 46 gol sejauh ini, sebuah fakta yang menyedihkan.
Kekalahan 1-3 dari Sheffield United, Jumat (3/7) membuat The Lilywhites semakin terpuruk. Tercatat, mereka hanya meraih satu kemenangan dalam sembilan pertandingan terakhir semua kompetisi. Bila ingin menjaga kans ke kompetisi Eropa musim depan, Tottenham harus segera bangkit. Saat ini Lloris dkk berada di posisi kesembilan dengan 45 poin., tertinggal 12 poin dari Chelsea di peringkat keempat.
Namun, Mou mengaku tidak merasa terbebani dengan target lolos ke zona Eropa. Pelatih Portugal tersebut menilai kalaupun Tottenham tidak berhasil, bukan sebuah masalah. Mou menegaskan bahwa The Lilywhites fokus menyelesaikan musim ini dengan baik dan bangkit musim depan.
“Jika itu tidak terjadi, itu bukan akhir dari dunia. Itu mungkin awal dari dunia baru. Jika itu terjadi, kita harus melihatnya tidak tersenyum, tetapi dengan optimisme dan dengan profil profesional musim depan harus berbeda. Jika Anda menganalisis Tottenham tahun lalu, misalnya, berapa banyak pertandingan tandang yang mereka menangkan?” tegas Mou dilansir reuters. (Baca juga: Tim Dalam Kondisi Ideal, Tak Ada Lagi Alasan Bagi Mourinho)
Sikap Mou yang mulai pasrah mengejar zona Eropa maupun Liga Champions mungkin dipengaruhi semakin solidnya para rival, MU dan Chelsea, Minggu (5/7). Keduanya meraih hasil bagus, Sabtu (5/7). MU sukses membenamkan AFC Bournemoth 5-2 di Old Trafford. Lima gol The Red Devils disumbangkan Mason Greenwood (29,54), Marcus Rashford (35 pen), Anthony Martial (45+2), dan Bruno Fernandes (59); sedangkan Bournemoth hanya membalas dua gol melalui Junior Stanislas (15) dan Joshua King (49 penalti).
Sayangnya, kemenangan MU tidak mengubah apa pun dalam persaingan zona Liga Champions karena mereka masih tertahan di posisi kelima klasemen sementara (55 poin). MU masih tertinggal dua poin dari Chelsea yang juga menang 3-0 atas Watford melalui gol-gol dari Olivier Giroud (28), Willian (43 pen), dan Ross Barkley (90+2).
“Sebelum melawan West Ham, kami bisa berada di urutan ketiga dan kami mengecewakan diri sendiri. Hari ini (Minggu ada sedikit tekanan untuk kembali ke posisi keempat dan kami menunjukkan performa lebih baik dan menang atas Watford. Kami harus membiasakan diri dengan tekanan itu karena Liga Primer akan sengit hingga akhir,” tutur Frank Lampard, pelatih Chelsea. (Alimansyah)
(ysw)