Kalau Mau Selamatkan Sepak Bola, PSSI dan Kemenpora Harus Lepas Ego
A
A
A
JAKARTA - Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tribuana Said melihat persoalan yang mendera sepak bola nasional bisa selesai dengan cara mengesampingkan ego pada diri dua pucuk pemimpin di PSSI dan Kemenpora. Tribuana juga meminta jurnalis untuk bersikap netral saat mengemas berita konflik.
Tribuana yang dipercaya menjabat sebagai anggota dewan penasehat PWI di tahun 2009 mengajak semua pihak melihat persoalan sepak bola nasional dengan kepala dingin. Utamanya, peran media sebagai kontrol kebijakan yang dinilai kurang menjunjung kaedah jurnalistik saat memberitakan konflik PSSI vs Kemenpora.
"Saya berpikir bahwa media sekarang telah masuk dalam salah satu pihak yang bertikai. Materi peliputan yang didapat di lapangan, langsung dikemas tanpa mengutamakan solusi meredam pertikaian," kata Tribuana saat diskusi dengan tema Mencari Titik Temu Solusi Sepak Bola Indonesia, di Kantor PWI, Jakarta, Jumat (15/5/2015).
Lebih jauh, wartawan senior kelahiran Medan 6 Agustus 1940 itu berharap PWI bisa mengambil peran sebagai mediator konflik PSSI kontra Kemenpora sehingga tidak berdampak pada dicoretnya Indonesia dari panggung internasional. "Terlebih kita akan menyelenggarakan pesta olah raga besar," kata Tribuana.
Diskusi yang diadakan di Kantor PWI Pusat di Gedung Dewan Pers Jakarta sebetulnya acara rutin yang digelar setiap bulannya. Namun pada kesempatan kali ini PWI sengaja mengusung tema sepak bola nasional karena melihat kondisi olahraga terpopuler di Indonesia, bahkan di dunia, itu tengah dalam titik nadir.
Kompetisi sepak bola nasional mandek setelah Pemerintah membekukan kegiatan kepengurusan PSSI pada 18 April 2015. Akibatnya, klub tidak bisa bertanding dan mengancam keberlangsungan aset olahraga nasional, yakni atlet.
Tribuana yang dipercaya menjabat sebagai anggota dewan penasehat PWI di tahun 2009 mengajak semua pihak melihat persoalan sepak bola nasional dengan kepala dingin. Utamanya, peran media sebagai kontrol kebijakan yang dinilai kurang menjunjung kaedah jurnalistik saat memberitakan konflik PSSI vs Kemenpora.
"Saya berpikir bahwa media sekarang telah masuk dalam salah satu pihak yang bertikai. Materi peliputan yang didapat di lapangan, langsung dikemas tanpa mengutamakan solusi meredam pertikaian," kata Tribuana saat diskusi dengan tema Mencari Titik Temu Solusi Sepak Bola Indonesia, di Kantor PWI, Jakarta, Jumat (15/5/2015).
Lebih jauh, wartawan senior kelahiran Medan 6 Agustus 1940 itu berharap PWI bisa mengambil peran sebagai mediator konflik PSSI kontra Kemenpora sehingga tidak berdampak pada dicoretnya Indonesia dari panggung internasional. "Terlebih kita akan menyelenggarakan pesta olah raga besar," kata Tribuana.
Diskusi yang diadakan di Kantor PWI Pusat di Gedung Dewan Pers Jakarta sebetulnya acara rutin yang digelar setiap bulannya. Namun pada kesempatan kali ini PWI sengaja mengusung tema sepak bola nasional karena melihat kondisi olahraga terpopuler di Indonesia, bahkan di dunia, itu tengah dalam titik nadir.
Kompetisi sepak bola nasional mandek setelah Pemerintah membekukan kegiatan kepengurusan PSSI pada 18 April 2015. Akibatnya, klub tidak bisa bertanding dan mengancam keberlangsungan aset olahraga nasional, yakni atlet.
(bbk)