Tim Ad-hoc Sinergis PSSI Minta Menpora Berhenti Cawe-cawe Sepak Bola
A
A
A
JAKARTA - Tim Ad-hoc Sinergis PSSI meminta Menteri Pemuda dan Olah raga (Menpora) Imam Nahrawi untuk berhenti cawe-cawe urusan kompetisi sepak bola nasional. Menurut Tim Ad-hoc, intervensi pemerintah sudah terasa dampak negatifnya.
Tiga orang anggota Tim Ad-Hoc Sinergi PSSI, Suryo Pratomo, Ian Situmorang dan M.Nigara mengajak Menpora berpikir jernih dalam menyikapi sepak bola nasional. Nigara misalnya, mengatakan Menpora telah salah sasaran mendukung sepak bola nasional dengan cara membekukan keorganisasian pengurus PSSI. Kata dia, Menpora bisa menempuh jalur lain jika memang bermaksud mengembangkan prestasi timnas.
"Ada tiga hal yang seharusnya dilakukan Menpora jika maksudnya mengembangkan prestasi sepak bola. Pertama kasih dana, kedua membangun sarana dan prasarana olahraga, yang ketiga adalah memberikan kemudahan atau fasilitas sepak bola," kata Nigara saat diskusi di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Jumat (15/5/2015)
Menimpali penyataan Nigara, Ian Situmorang mencoba menjernihkan permasalahan PSSI dan Kemenpora. Menurut dia, sepak bola nasional bisa kembali berjalan normal jika Menpora bersedia mencabut SK Pembekuan PSSI tertanggal 17 April 2015 yang disiarkan sehari setelahnya. "Critical pointnya, damai!" Kata Ian.
Berbeda dengan kedua anggota Ad-hoc Sinergis PSSI lainnya, Suryo Pratomo yang akrab disapa Mas Tommy, juga melihat permasalahan sepak bola nasional tidak harus ditindak keras oleh Menpora. Menurutnya masalah yang riil yang terdapat pada klub adalah masalah finansial.
"Ada kelemahan menejerial finansial pada klub yang memaksa mereka kesulitan berprestasi, misalnya klub membutuhkan dana yang lebih besar ketika sampai pada level yang lebih tinggi. Itu yang seharusnya diperhatikan," kata Tommy.
Hasil diskusi di Gedung PWI itu rencananya akan dibawa ke Kantor Presiden Joko Widodo untuk segera diambil tindakan. Pasalnyan FIFA telah menjatuhkan deadline pada 29 Mei 2015 untuk PSSI dan Kemenpora agar mau duduk bersama menyelesaikan konflik yang semakin meruncing. PWI sendiri telah menyatakan diri siap menjadi penengah dalam meredam konflik tersebut. "La Nyalla dan Imam Nahrawi menelpon saya untuk melaporkan permasalahan sepak bola, saya pikir PWI harus menjadi penengah," kata Ketua PWI Pusat, Margiono.
Tiga orang anggota Tim Ad-Hoc Sinergi PSSI, Suryo Pratomo, Ian Situmorang dan M.Nigara mengajak Menpora berpikir jernih dalam menyikapi sepak bola nasional. Nigara misalnya, mengatakan Menpora telah salah sasaran mendukung sepak bola nasional dengan cara membekukan keorganisasian pengurus PSSI. Kata dia, Menpora bisa menempuh jalur lain jika memang bermaksud mengembangkan prestasi timnas.
"Ada tiga hal yang seharusnya dilakukan Menpora jika maksudnya mengembangkan prestasi sepak bola. Pertama kasih dana, kedua membangun sarana dan prasarana olahraga, yang ketiga adalah memberikan kemudahan atau fasilitas sepak bola," kata Nigara saat diskusi di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Jumat (15/5/2015)
Menimpali penyataan Nigara, Ian Situmorang mencoba menjernihkan permasalahan PSSI dan Kemenpora. Menurut dia, sepak bola nasional bisa kembali berjalan normal jika Menpora bersedia mencabut SK Pembekuan PSSI tertanggal 17 April 2015 yang disiarkan sehari setelahnya. "Critical pointnya, damai!" Kata Ian.
Berbeda dengan kedua anggota Ad-hoc Sinergis PSSI lainnya, Suryo Pratomo yang akrab disapa Mas Tommy, juga melihat permasalahan sepak bola nasional tidak harus ditindak keras oleh Menpora. Menurutnya masalah yang riil yang terdapat pada klub adalah masalah finansial.
"Ada kelemahan menejerial finansial pada klub yang memaksa mereka kesulitan berprestasi, misalnya klub membutuhkan dana yang lebih besar ketika sampai pada level yang lebih tinggi. Itu yang seharusnya diperhatikan," kata Tommy.
Hasil diskusi di Gedung PWI itu rencananya akan dibawa ke Kantor Presiden Joko Widodo untuk segera diambil tindakan. Pasalnyan FIFA telah menjatuhkan deadline pada 29 Mei 2015 untuk PSSI dan Kemenpora agar mau duduk bersama menyelesaikan konflik yang semakin meruncing. PWI sendiri telah menyatakan diri siap menjadi penengah dalam meredam konflik tersebut. "La Nyalla dan Imam Nahrawi menelpon saya untuk melaporkan permasalahan sepak bola, saya pikir PWI harus menjadi penengah," kata Ketua PWI Pusat, Margiono.
(bbk)