Ternyata Juventus Bisa Tumbangkan Barcelona dengan Mudah
A
A
A
BERLIN - Dalam laga final Liga Champions Eropa yang akan berlangsung di akhir pekan nanti, Minggu (7/6/2015), banyak kalangan yang lebih mengunggulkan Barcelona untuk bisa keluar sebagai juara. Meski Juventus juga sebenarnya memiliki peluang yang sama menjanjikannya, namun ketajaman trisula (Lionel Messi, Luis Suarez, Neymar) Barcelona dianggap membuat La Blaugrana memiliki peluang jauh lebih besar untuk bisa mendominasi permainan sejak menit awal.
Ya, ketajaman trisula Barcelona musim ini memang cukup membelalakan mata. Meski baru semusim bekerja sama, namun Trio MSN sudah berhasil membukukan 81 gol di kancah liga. Jumlah tersebut tentunya membuat lini pertahan Juventus harus benar-benar waspada bila ingin menjaga hasrat mereka untuk meraih gelar Liga Champions Eropa.
Lalu bagaimana cara Juventus untuk menumbangkan Barcelona? Untuk itu, dengan mengandalkan statistik dan sejumlah catatan, redaksi sindonews.com akan mencoba untuk membantu Juventus mencari jalan keluar memenangkan trofi Liga Champions Eropa ketiga mereka.
Penguasaan Bola Bukan Hal Utama
Barcelona memang dikenal sebagai tim yang sangat senang untuk melakukan penguasaan bola sejak menit awal. Dengan terus menjaga bola tetap berada di kaki para pemainnya, Barcelona bahkan tak jarang membuat semua lawan yang dihadapinya hanya bisa menerapkan permainan bertahan di sepanjang pertandingan.
Di level domestik, rata-rata penguasaan bola yang dilakukan Barcelona mencapai hingga 70%. Sedangkan dilevel Eropa, Barcelona tercatat berhasil melakukan 61% pengeuasaan bola. Maka jangan heran, bila dalam laga final nanti, para pemain Juventus akan sangat jarang untuk bisa menyentuh bola.
Namun kecilnya kemungkinan Juventus untuk bisa melakukan penguasaan bola, tidak lantas membuat mereka tidak memiliki kesempatan untuk menumbangkan El Barca. Buktinya, di bulan Februari lalu Malaga sukses menumbangkan Barcelona dengan hanya melakukan 27% penguasaan bola. Malaga bahkan juga berhasil menciptakan jumlah peluang yang sama dengan Barcelona (11) meski hanya ada tiga tembakan yang tepat mengarah ke gawang El Barca.
''Anda harus bisa mengendalikan permainan dengan pertahanan yang sempurna, bukan penguasaan bola. Karena akan menjadi hal yang mustahil bagi anda untuk melakukan penguasaa bola bila berhadapan dengan Barcelona,'' jelas pelatih Malaga, Javi Garcia.
Menekan Hingga Lini Pertahanan
Dengan bertumpu pada penguasaan bola, berarti menjadi sangat penting bagi Barcelona untuk bisa segera merebut bola dari lawan mereka. Namun ada catatan menarik saat Paris Saint Germain (PSG) menumbangkan mereka di bulan Oktober 2014 silam.
Dalam laga tersebut, PSG berhasil membuat Barcelona mencatatkan torehan paling buruk dalam duel perebutan bola di sepanjang musim 2014/2015. Dalam laga tersebut, Barcelona hanya mampu memenangkan 49% duel perebutan bola. Hal ini tentunya bisa terjadi karena PSG melakukan tekanan hingga barisan belakang Barcelona, sehingga membuat mereka kesulitan untuk bisa tetap mempertahankan bola.
Dalam laga yang berkesudahan dengan skor 3-2 untuk kemenangan PSG, klub asal Paris membuat dua lapis empat pemain bertahan dan mengandalkan kecepatan dua pemain di lini depan. Dengan begitu, mereka memiliki cukup waktu melakukan transisi dari pola penyerangan ke pertahanan dan sebaliknya.
Penjagaan Ketat di Setiap Lini
Seperti yang dilakukan PSG sebelumya, Bayern Muenchen juga menerapkan pola yang kurang lebih sama saat harus menghadapi Barcelona di leg kedua babak semifinal Liga Champions Eropa. Pep Guardiola bahkan memaksa para pemainnya untuk melakukan pressing ketat dan 'one on one marking' untuk mencegah pemain Barcelona dengan mudah melakukan penguasaan bola.
Hal tersebut terbukti bisa menyulitkan Barcelona. Karena cara tersebut membuat pemain Barca kesulitan untuk mengalirkan bola dari kaki ke kaki yang biasa mereka praktikan selama ini. Meski harus bermain tanpa beberapa pemain kunci mereka, namun Bayern Muenchen nyatanya berhasil menumbangkan Barcelona dengan skor 3-2. Namun sayang mereka gagal melangkah ke babak selanjutnya karena di leg pertama harus menelan kekalahan telak 0-3.
''Saya terpesona melihat permainan yang diterapkan Guardiola. Mereka menekan hingga lini pertahanan dan menerapkan 'men to men marking' di semua lini, '' jelas Jamie Carragher.
''Betapa Guardiola melakukan hal yang sangat berani dengan menempatkan tiga pemain belakang untuk menghadapi tiga penyerang Barcelona. Anda sama sekali tidak bisa menyebut kalau Guardiola menerapkan permainan bodoh, karena dia salah satu pelatih terbaik di dunia, dan sangat menarik melihat caranya mencoba untuk meghentikan gaya permainan mematikan Barcelona,'' sambungnya.
Pertahanan dan Lini Serang yang Seimbang
Keseimbangan antara lini pertahanan dan lini serang menjadi hal yang sangat krusial untuk menghadapi tim seperti Barcelona. Jika Juventus ingin membuat Barca frustasi, maka yang harus dilakukan adalah bagaimana caranya membuat pemain Barcelona memiliki sangat sedikit ruang untuk bisa mendapatkan bola.
Yang paling utama, jangan sampai memberikan ruang terbuka bagi Lionel Messi dan Iniesta. Untuk itu, para pemain Juventus diharuskan untuk saling berdekatan satu sama lainnya demi menyempitkan pergerakan pemain Barcelona. Dengan begitu pergerakan bola akan lebih mudah untuk dikendalikan dan kesempatan untuk bisa mendapatkan bola akan terbuka lebih lebar.
Namun di sisi lain para pemain Juventus juga harus siap untuk melakukan serangan kapanpun kesempatan datang. Seperti pola yang mereka terapkan saat menghadapi Real Madrid di babak semifinal, Juventus harus bisa memaksimalkan setiap kesempatan membangun serangan yang datang.
Serangan Balik Menjadi Bagian Paling Penting
Pola permainan menyerang yang diterapkan Barcelona justru dengan sendiri membuat barisan pertahanan mereka menjadi sangat lemah. Dengan memanfaatkan full-back dan gelandang bertahan mereka untuk membantu serangan, Barcelona secara otomatis hanya menyisakan dua bek tengah di barisan belakang. Karena itu dua bek tengah mereka terpaksa harus ikut maju hingga tengah lapangan untuk mempersempit ruang gerak lawan saat melakukan serangan balik.
Maka tak jarang gol yang bersarang ke gawang Barcelona disebabkan karena kurang sigapnya dua bek tengah dalam menjaga pergerakan lawan saat melakukan serangan balik cepat. Hal tersebut sudah dibuktikan oleh Jose Mourinho saat dirinya menumbangkan Barcelona di semifinal Liga Champions Eropa saat masih menukangi Intermilan. Hal itu juga kemudian diterapkan oleh Di Mateo yang kemudian membuat dirinya menjadi pelatih pertama yang berhasil membawa Chelsea memenangkan gelar Liga Champions Eropa.
''Kadang yang menjadi kelemahan utama Barcelona adalah mereka tidak pernah merubah pola permainan mereka. Mereka terus saja menyerang, tim manapun yang mereka hadapi, mereka tetap menerapkan pola menyerang, itu adalah filosofi permainan Barcelona,'' jelas Albert Ferrer yang pernah mengisi pos pertahanan Barcelona di era 90'an.
Keberuntungan
Setelah menerapkan semua pola diatas, hal terakhir yang harus dimiliki setiap tim untuk menumbangkan Barcelona tentunya adalah keberuntungan. Karena seperti yang diketahui semua orang, Barcelona memiliki Lionel Messi yang terus saja meningkatkan kualitas permainannya di stiap pertandingan.
Bahkan, Pep Guardiola yang pernah menjadi pelatihnya di Barcelona mengatakan kalau tidak ada satu sistempun di dunia ini yang bisa untuk menghentikan Messi. Hal ini jelas membuktikan kalau keberuntungan menjadi hal yang sangat penting bagi semua tim saat harus berhadapan dengan Barcelona.
Ya, ketajaman trisula Barcelona musim ini memang cukup membelalakan mata. Meski baru semusim bekerja sama, namun Trio MSN sudah berhasil membukukan 81 gol di kancah liga. Jumlah tersebut tentunya membuat lini pertahan Juventus harus benar-benar waspada bila ingin menjaga hasrat mereka untuk meraih gelar Liga Champions Eropa.
Lalu bagaimana cara Juventus untuk menumbangkan Barcelona? Untuk itu, dengan mengandalkan statistik dan sejumlah catatan, redaksi sindonews.com akan mencoba untuk membantu Juventus mencari jalan keluar memenangkan trofi Liga Champions Eropa ketiga mereka.
Penguasaan Bola Bukan Hal Utama
Barcelona memang dikenal sebagai tim yang sangat senang untuk melakukan penguasaan bola sejak menit awal. Dengan terus menjaga bola tetap berada di kaki para pemainnya, Barcelona bahkan tak jarang membuat semua lawan yang dihadapinya hanya bisa menerapkan permainan bertahan di sepanjang pertandingan.
Di level domestik, rata-rata penguasaan bola yang dilakukan Barcelona mencapai hingga 70%. Sedangkan dilevel Eropa, Barcelona tercatat berhasil melakukan 61% pengeuasaan bola. Maka jangan heran, bila dalam laga final nanti, para pemain Juventus akan sangat jarang untuk bisa menyentuh bola.
Namun kecilnya kemungkinan Juventus untuk bisa melakukan penguasaan bola, tidak lantas membuat mereka tidak memiliki kesempatan untuk menumbangkan El Barca. Buktinya, di bulan Februari lalu Malaga sukses menumbangkan Barcelona dengan hanya melakukan 27% penguasaan bola. Malaga bahkan juga berhasil menciptakan jumlah peluang yang sama dengan Barcelona (11) meski hanya ada tiga tembakan yang tepat mengarah ke gawang El Barca.
''Anda harus bisa mengendalikan permainan dengan pertahanan yang sempurna, bukan penguasaan bola. Karena akan menjadi hal yang mustahil bagi anda untuk melakukan penguasaa bola bila berhadapan dengan Barcelona,'' jelas pelatih Malaga, Javi Garcia.
Menekan Hingga Lini Pertahanan
Dengan bertumpu pada penguasaan bola, berarti menjadi sangat penting bagi Barcelona untuk bisa segera merebut bola dari lawan mereka. Namun ada catatan menarik saat Paris Saint Germain (PSG) menumbangkan mereka di bulan Oktober 2014 silam.
Dalam laga tersebut, PSG berhasil membuat Barcelona mencatatkan torehan paling buruk dalam duel perebutan bola di sepanjang musim 2014/2015. Dalam laga tersebut, Barcelona hanya mampu memenangkan 49% duel perebutan bola. Hal ini tentunya bisa terjadi karena PSG melakukan tekanan hingga barisan belakang Barcelona, sehingga membuat mereka kesulitan untuk bisa tetap mempertahankan bola.
Dalam laga yang berkesudahan dengan skor 3-2 untuk kemenangan PSG, klub asal Paris membuat dua lapis empat pemain bertahan dan mengandalkan kecepatan dua pemain di lini depan. Dengan begitu, mereka memiliki cukup waktu melakukan transisi dari pola penyerangan ke pertahanan dan sebaliknya.
Penjagaan Ketat di Setiap Lini
Seperti yang dilakukan PSG sebelumya, Bayern Muenchen juga menerapkan pola yang kurang lebih sama saat harus menghadapi Barcelona di leg kedua babak semifinal Liga Champions Eropa. Pep Guardiola bahkan memaksa para pemainnya untuk melakukan pressing ketat dan 'one on one marking' untuk mencegah pemain Barcelona dengan mudah melakukan penguasaan bola.
Hal tersebut terbukti bisa menyulitkan Barcelona. Karena cara tersebut membuat pemain Barca kesulitan untuk mengalirkan bola dari kaki ke kaki yang biasa mereka praktikan selama ini. Meski harus bermain tanpa beberapa pemain kunci mereka, namun Bayern Muenchen nyatanya berhasil menumbangkan Barcelona dengan skor 3-2. Namun sayang mereka gagal melangkah ke babak selanjutnya karena di leg pertama harus menelan kekalahan telak 0-3.
''Saya terpesona melihat permainan yang diterapkan Guardiola. Mereka menekan hingga lini pertahanan dan menerapkan 'men to men marking' di semua lini, '' jelas Jamie Carragher.
''Betapa Guardiola melakukan hal yang sangat berani dengan menempatkan tiga pemain belakang untuk menghadapi tiga penyerang Barcelona. Anda sama sekali tidak bisa menyebut kalau Guardiola menerapkan permainan bodoh, karena dia salah satu pelatih terbaik di dunia, dan sangat menarik melihat caranya mencoba untuk meghentikan gaya permainan mematikan Barcelona,'' sambungnya.
Pertahanan dan Lini Serang yang Seimbang
Keseimbangan antara lini pertahanan dan lini serang menjadi hal yang sangat krusial untuk menghadapi tim seperti Barcelona. Jika Juventus ingin membuat Barca frustasi, maka yang harus dilakukan adalah bagaimana caranya membuat pemain Barcelona memiliki sangat sedikit ruang untuk bisa mendapatkan bola.
Yang paling utama, jangan sampai memberikan ruang terbuka bagi Lionel Messi dan Iniesta. Untuk itu, para pemain Juventus diharuskan untuk saling berdekatan satu sama lainnya demi menyempitkan pergerakan pemain Barcelona. Dengan begitu pergerakan bola akan lebih mudah untuk dikendalikan dan kesempatan untuk bisa mendapatkan bola akan terbuka lebih lebar.
Namun di sisi lain para pemain Juventus juga harus siap untuk melakukan serangan kapanpun kesempatan datang. Seperti pola yang mereka terapkan saat menghadapi Real Madrid di babak semifinal, Juventus harus bisa memaksimalkan setiap kesempatan membangun serangan yang datang.
Serangan Balik Menjadi Bagian Paling Penting
Pola permainan menyerang yang diterapkan Barcelona justru dengan sendiri membuat barisan pertahanan mereka menjadi sangat lemah. Dengan memanfaatkan full-back dan gelandang bertahan mereka untuk membantu serangan, Barcelona secara otomatis hanya menyisakan dua bek tengah di barisan belakang. Karena itu dua bek tengah mereka terpaksa harus ikut maju hingga tengah lapangan untuk mempersempit ruang gerak lawan saat melakukan serangan balik.
Maka tak jarang gol yang bersarang ke gawang Barcelona disebabkan karena kurang sigapnya dua bek tengah dalam menjaga pergerakan lawan saat melakukan serangan balik cepat. Hal tersebut sudah dibuktikan oleh Jose Mourinho saat dirinya menumbangkan Barcelona di semifinal Liga Champions Eropa saat masih menukangi Intermilan. Hal itu juga kemudian diterapkan oleh Di Mateo yang kemudian membuat dirinya menjadi pelatih pertama yang berhasil membawa Chelsea memenangkan gelar Liga Champions Eropa.
''Kadang yang menjadi kelemahan utama Barcelona adalah mereka tidak pernah merubah pola permainan mereka. Mereka terus saja menyerang, tim manapun yang mereka hadapi, mereka tetap menerapkan pola menyerang, itu adalah filosofi permainan Barcelona,'' jelas Albert Ferrer yang pernah mengisi pos pertahanan Barcelona di era 90'an.
Keberuntungan
Setelah menerapkan semua pola diatas, hal terakhir yang harus dimiliki setiap tim untuk menumbangkan Barcelona tentunya adalah keberuntungan. Karena seperti yang diketahui semua orang, Barcelona memiliki Lionel Messi yang terus saja meningkatkan kualitas permainannya di stiap pertandingan.
Bahkan, Pep Guardiola yang pernah menjadi pelatihnya di Barcelona mengatakan kalau tidak ada satu sistempun di dunia ini yang bisa untuk menghentikan Messi. Hal ini jelas membuktikan kalau keberuntungan menjadi hal yang sangat penting bagi semua tim saat harus berhadapan dengan Barcelona.
(rus)