Bersiap Menorehkan Sejarah
A
A
A
BERLIN - Alvaro Morata akan menjadi salah satu pemain yang menjadi pusat perhatian di Olympiastadion Berlin.
Bila mampu membantu Juventus menjadi yang terbaik di Liga Champions 2014/2015, pesepak bola kelahiran Madrid, 23 Oktober 1992, itu akan mengikuti jejak Marcel Desailly, Paulo Sousa, dan Samuel Eto’o. Mereka adalah pemain yang berjaya di final Liga Champions dua musim beruntun dengan dua klub berbeda.
”Saya akan mencoba memenangkannya. Sebab, ini akan sangat berarti bagi fans Real Madrid. Tentu saja mencetak gol ke gawang Barcelona tidak menyakitkan seperti menjebol jala Madrid. Namun, saya butuh gol terlebih dulu sebelum berpikir selebrasi. Ini tidak akan mudah. Melawan Barcelona selalu spesial,” ujar Morata, dilansir Reuters.
Fakta menunjukkan, musim lalu Morata membawa Madrid menjadi juara seusai mengalahkan Atletico Madrid pada final di Estadio da Luz Lisabon. Sebelumnya, Desailly berjaya bersama Olympique Marseille 1992/1993 dan AC Milan 1993/1994, Sousa (Juventus 1995/1996 dan Borussia Dortmund 1996/1997), serta Eto’o (Barcelona 2008/2009 dan Inter Milan 2009/2010).
”Morata adalah kejutan besar kami. Dia datang ke Turin sebagai pemain muda. Sekarang dia menjelma menjadi pemain yang sangat penting di lini depan kami. Jika bersedia belajar dari tim ini, dia akan menjadi bintang dalam beberapa tahun ke depan. Menurut saya, dia pesepak bola yang memiliki talenta besar,” ujar Gianluigi Buffon di situs resmi UEFA.
Catatan kompetisi musim ini menunjukkan, Morata awalnya didatangkan Juventus hanya untuk menjadi pelapis Carlos Tevez, Fernando Llorente, dan Sebastian Giovinco. Namun, prediksi para petinggi Juventus salah. Morata justru mampu menggeser Llorente dan memaksa Giovinco hengkang ke Kanada. Dia juga menjadi pemain yang sering menjadi penentu kemenangan Juventus.
Momen paling membahagiakan Morata berada pada perempat final versus Dortmund dan semifinal kontra Madrid. Pada duel melawan Los Blancos dia mampu mencetak dua gol di kandang dan saat tandang.
Gol-gol penting itu membuat Madrid tersingkir. Uniknya, tidak ada selebrasi yang dilakukan pemain produk akademi Madrid itu. Bahkan, dia mengaku sedih membuat Madrid tersingkir.
Andri ananto
Bila mampu membantu Juventus menjadi yang terbaik di Liga Champions 2014/2015, pesepak bola kelahiran Madrid, 23 Oktober 1992, itu akan mengikuti jejak Marcel Desailly, Paulo Sousa, dan Samuel Eto’o. Mereka adalah pemain yang berjaya di final Liga Champions dua musim beruntun dengan dua klub berbeda.
”Saya akan mencoba memenangkannya. Sebab, ini akan sangat berarti bagi fans Real Madrid. Tentu saja mencetak gol ke gawang Barcelona tidak menyakitkan seperti menjebol jala Madrid. Namun, saya butuh gol terlebih dulu sebelum berpikir selebrasi. Ini tidak akan mudah. Melawan Barcelona selalu spesial,” ujar Morata, dilansir Reuters.
Fakta menunjukkan, musim lalu Morata membawa Madrid menjadi juara seusai mengalahkan Atletico Madrid pada final di Estadio da Luz Lisabon. Sebelumnya, Desailly berjaya bersama Olympique Marseille 1992/1993 dan AC Milan 1993/1994, Sousa (Juventus 1995/1996 dan Borussia Dortmund 1996/1997), serta Eto’o (Barcelona 2008/2009 dan Inter Milan 2009/2010).
”Morata adalah kejutan besar kami. Dia datang ke Turin sebagai pemain muda. Sekarang dia menjelma menjadi pemain yang sangat penting di lini depan kami. Jika bersedia belajar dari tim ini, dia akan menjadi bintang dalam beberapa tahun ke depan. Menurut saya, dia pesepak bola yang memiliki talenta besar,” ujar Gianluigi Buffon di situs resmi UEFA.
Catatan kompetisi musim ini menunjukkan, Morata awalnya didatangkan Juventus hanya untuk menjadi pelapis Carlos Tevez, Fernando Llorente, dan Sebastian Giovinco. Namun, prediksi para petinggi Juventus salah. Morata justru mampu menggeser Llorente dan memaksa Giovinco hengkang ke Kanada. Dia juga menjadi pemain yang sering menjadi penentu kemenangan Juventus.
Momen paling membahagiakan Morata berada pada perempat final versus Dortmund dan semifinal kontra Madrid. Pada duel melawan Los Blancos dia mampu mencetak dua gol di kandang dan saat tandang.
Gol-gol penting itu membuat Madrid tersingkir. Uniknya, tidak ada selebrasi yang dilakukan pemain produk akademi Madrid itu. Bahkan, dia mengaku sedih membuat Madrid tersingkir.
Andri ananto
(ftr)