Miris, Pemain PSIS Semarang Ini Jadi Penjual Es Degan dan Penyetan
A
A
A
Pemain PSIS Semarang Andreantono Ariza E.P. menjadi contoh korban dihentikannya kompetisi pasca pembekuan PSSI oleh Kemenpora. Sudah satu bulan ini, wing back kiri PSIS Semarang itu berjualan es kelapa muda alias degan dan makanan penyetan. Dia menggelar lapak di Jalan Madukoro, tepatnya persis di depan Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Kota Semarang.
Dia memutuskan untuk banting setir dengan berdagang karena sudah tidak bermain sepak bola setelah gajinya di Mahesa Jenar distop akibat tidak ada kompetisi. ''Daripada saya hanya duduk-duduk di rumah, tidak ada latihan, lebih baik buka es degan dan kuwut. Saya masih punya tabungan,''kata Andreantono.
Berhentinya kompetisi, memang tidak sedikit pun terbayang dalam benak anak pertama dari dua bersaudara ini. Musim ini, merupakan kesempatan emasnya untuk turun dalam kompetisi profesional. Meski selama ini hanya dipercaya sebagai pelapis, namun dirinya sangat terpukul dengan karut-marutnya sepak bola di Tanah Air.
Sebab musim lalu, dia masih membela klub Divisi Satu Persekab Kabupaten Pekalongan. Namun, belum sempat mencicipi atmosfer pertandingan, kompetisi pun akhirnya dihentikan oleh PT Liga Indonesia akibat ada konflik dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga pimpinan Imam Nahrawi.
Meski berdagang es, Andre, begitu biasa dia akrab disapa, tidak malu. Bahkan, ketika teman-temannya satu tim mengetahui pekerjaannya saat ini malah menyindir. Masak, masih muda sudah punya banyak usaha. Selain membuka es degan, dengan modal seadanya, pemain yang tinggal di Jalan Madukoro III Semarang Barat ini mendirikan warung penyet. ''Kalau penyet, yang jaga ibu saya. Lokasinya tepat di sebelah gerobak es,''jelasnya.
Usahanya pun laris manis. Apalagi ini sudah memasuki musim kemarau. Udara panas, membuat gerobaknya banyak didatangi pembeli. Pendapatan yang diterima setiap hari, cukup lumayan.
''Kalau sepi, minimal sehari bisa untung Rp85 ribu.Kalau pas ramai, bisa Rp135 ribu,''ucapnya.
Saat ini, PSIS masih mengikuti turnamen Polda Jateng Cup 2015. Jika ada latihan sore, pemain yang sebelumnya bergabung dengan tim PS Angkatan Darat (AD) ini berjualan dari pagi hingga pukul 14.00 WIB karena harus latihan dan fokus ke pertandingan berikutnya. Saat ditinggal, gerobaknya dijaga oleh neneknya.
Terpisah, CEO PT Mahesa Jenar Semarang, perusahaan pengelola PSIS Semarang Yoyok Sukawi mengatakan saat ini para pemain butuh pekerjaan, karena tidak ada pertandingan resmi sepak bola.
Seharusnya Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi segera bergerak cepat untuk segera menggulirkan kompetisi dengan PSSI yang baru.
''Pemain butuh makan sehari tiga kali. Tidak bisa kalau disuruh menunggu hingga satu bulan atau setelah Lebaran,''kata pemilik nama lengkap Alamsyah Satyanegara Sukawijaya ini.
Dia memutuskan untuk banting setir dengan berdagang karena sudah tidak bermain sepak bola setelah gajinya di Mahesa Jenar distop akibat tidak ada kompetisi. ''Daripada saya hanya duduk-duduk di rumah, tidak ada latihan, lebih baik buka es degan dan kuwut. Saya masih punya tabungan,''kata Andreantono.
Berhentinya kompetisi, memang tidak sedikit pun terbayang dalam benak anak pertama dari dua bersaudara ini. Musim ini, merupakan kesempatan emasnya untuk turun dalam kompetisi profesional. Meski selama ini hanya dipercaya sebagai pelapis, namun dirinya sangat terpukul dengan karut-marutnya sepak bola di Tanah Air.
Sebab musim lalu, dia masih membela klub Divisi Satu Persekab Kabupaten Pekalongan. Namun, belum sempat mencicipi atmosfer pertandingan, kompetisi pun akhirnya dihentikan oleh PT Liga Indonesia akibat ada konflik dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga pimpinan Imam Nahrawi.
Meski berdagang es, Andre, begitu biasa dia akrab disapa, tidak malu. Bahkan, ketika teman-temannya satu tim mengetahui pekerjaannya saat ini malah menyindir. Masak, masih muda sudah punya banyak usaha. Selain membuka es degan, dengan modal seadanya, pemain yang tinggal di Jalan Madukoro III Semarang Barat ini mendirikan warung penyet. ''Kalau penyet, yang jaga ibu saya. Lokasinya tepat di sebelah gerobak es,''jelasnya.
Usahanya pun laris manis. Apalagi ini sudah memasuki musim kemarau. Udara panas, membuat gerobaknya banyak didatangi pembeli. Pendapatan yang diterima setiap hari, cukup lumayan.
''Kalau sepi, minimal sehari bisa untung Rp85 ribu.Kalau pas ramai, bisa Rp135 ribu,''ucapnya.
Saat ini, PSIS masih mengikuti turnamen Polda Jateng Cup 2015. Jika ada latihan sore, pemain yang sebelumnya bergabung dengan tim PS Angkatan Darat (AD) ini berjualan dari pagi hingga pukul 14.00 WIB karena harus latihan dan fokus ke pertandingan berikutnya. Saat ditinggal, gerobaknya dijaga oleh neneknya.
Terpisah, CEO PT Mahesa Jenar Semarang, perusahaan pengelola PSIS Semarang Yoyok Sukawi mengatakan saat ini para pemain butuh pekerjaan, karena tidak ada pertandingan resmi sepak bola.
Seharusnya Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi segera bergerak cepat untuk segera menggulirkan kompetisi dengan PSSI yang baru.
''Pemain butuh makan sehari tiga kali. Tidak bisa kalau disuruh menunggu hingga satu bulan atau setelah Lebaran,''kata pemilik nama lengkap Alamsyah Satyanegara Sukawijaya ini.
(aww)