PSM Tegaskan Tak Tergiur Rayuan Imam Nahrawi
A
A
A
MAKASSAR - Manajemen PSM menegaskan tidak tergiur dengan tawaran Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora) bersama Tim Transisi yang akan menggelar turnamen Piala Kemerdekaan dan Piala Presiden, dengan iming-mingi Rp100 juta untuk klub. Besarnya hadiah pun tidak lantas membuat Juku Eja gelap mata dan langsung menyatakan sedia tampil.
Untuk menyukseskan gelaran Piala Kemerdekaan dan Piala Presiden, Kementerian yang dinakhodai Imam Nahrawi tersebut, telah menyediakan total hadiah untuk turnamen tersebut sebesar Rp10 miliar. Uang sebesar Rp 5 miliar akan diberikan pada juara pertama, Rp 3 miliar untuk juara kedua dan Rp 2 miliar untuk juara ketiga. (Baca juga : Menpora Iming-imingi Rp 100 Juta Buat Klub Peserta Piala Kemerdekaan)
Direktur PSM, Sumirlan mengatakan, pihaknya hanya ikut dengan aturan yang ada di PSSI meski saat ini belum ada sikap resmi yang dikeluarkan. "Saya hanya ikut PSSI, jelas kita anggota PSSI bukan anggota Tim Transisi," kata dia saat dikonfirmasi media ini, Selasa (9/6/2015).
Saat ditanya soal tawaran Menpora yang akan memberi klub Rp100 juta ketika ingin bergabung dengan turnamen Piala Kemerdekaan, Sumirlan menanggapinya dingin. "Uang Rp100 juta untuk apa? Gaji pemain saja Rp 1 miliar satu bulan. Dananya dari mana, suruh jelaskan ke publik dan siapa sponsornya," kata dia.
Untuk saat ini, sikap Kemenpora terhadap sanksi FIFA untuk PSSI masih cuek, yang di mana poin utamanya yakni meminta agar SK Pembekuan dan intervensi pemerintah dicabut dari PSSI sehingga sepak bola nasional bisa kembali berlaga di kancah internasional.
Malah kini, tim transisi bersama Kemenpora membentuk turnamen baru di luar campur tangan PSSI sebagai induk olah raga sepak bola Indonesia. Sehingga, sanksi FIFA yang turun sejak 30 Mei lalu belum bisa dicabut, yang berdampak pada prestasi sepak bola nasional di mata dunia.
Lebih jauh, Sumirlan yang juga mantan kapten PSM tersebut mengatakan, pihaknya saat ini tidak mau terlalu mencampuri urusan Menpora. "Nggak usahlah dengar Menpora. Nggak ngerti sepak bola, capek saja hadapi lebih baik cuekin saja. Dari dulu juga mereka mau putar sampai saat ini belum jalan," jelasnya.
Sementara itu, mantan kapten PSM, Syamsul Haeruddin mengatakan, untuk pemain hanya ingin bermain di kompetisi resmi. "Jadi kita maunya hanya bermain, kalau ada kompetisi kenapa tidak, yang jelas klub mau ikut," ungkap dia.
Hanya saja, berkaitan dengan kekisruan antara PSSI dan Menpora dirinya hanya berharap agar ada jalan keluar yang baik. "Semoga mereka semua cepat sadar, agar kompetisi bisa digulirkan dan kami bisa main," ujarnya.
Untuk menyukseskan gelaran Piala Kemerdekaan dan Piala Presiden, Kementerian yang dinakhodai Imam Nahrawi tersebut, telah menyediakan total hadiah untuk turnamen tersebut sebesar Rp10 miliar. Uang sebesar Rp 5 miliar akan diberikan pada juara pertama, Rp 3 miliar untuk juara kedua dan Rp 2 miliar untuk juara ketiga. (Baca juga : Menpora Iming-imingi Rp 100 Juta Buat Klub Peserta Piala Kemerdekaan)
Direktur PSM, Sumirlan mengatakan, pihaknya hanya ikut dengan aturan yang ada di PSSI meski saat ini belum ada sikap resmi yang dikeluarkan. "Saya hanya ikut PSSI, jelas kita anggota PSSI bukan anggota Tim Transisi," kata dia saat dikonfirmasi media ini, Selasa (9/6/2015).
Saat ditanya soal tawaran Menpora yang akan memberi klub Rp100 juta ketika ingin bergabung dengan turnamen Piala Kemerdekaan, Sumirlan menanggapinya dingin. "Uang Rp100 juta untuk apa? Gaji pemain saja Rp 1 miliar satu bulan. Dananya dari mana, suruh jelaskan ke publik dan siapa sponsornya," kata dia.
Untuk saat ini, sikap Kemenpora terhadap sanksi FIFA untuk PSSI masih cuek, yang di mana poin utamanya yakni meminta agar SK Pembekuan dan intervensi pemerintah dicabut dari PSSI sehingga sepak bola nasional bisa kembali berlaga di kancah internasional.
Malah kini, tim transisi bersama Kemenpora membentuk turnamen baru di luar campur tangan PSSI sebagai induk olah raga sepak bola Indonesia. Sehingga, sanksi FIFA yang turun sejak 30 Mei lalu belum bisa dicabut, yang berdampak pada prestasi sepak bola nasional di mata dunia.
Lebih jauh, Sumirlan yang juga mantan kapten PSM tersebut mengatakan, pihaknya saat ini tidak mau terlalu mencampuri urusan Menpora. "Nggak usahlah dengar Menpora. Nggak ngerti sepak bola, capek saja hadapi lebih baik cuekin saja. Dari dulu juga mereka mau putar sampai saat ini belum jalan," jelasnya.
Sementara itu, mantan kapten PSM, Syamsul Haeruddin mengatakan, untuk pemain hanya ingin bermain di kompetisi resmi. "Jadi kita maunya hanya bermain, kalau ada kompetisi kenapa tidak, yang jelas klub mau ikut," ungkap dia.
Hanya saja, berkaitan dengan kekisruan antara PSSI dan Menpora dirinya hanya berharap agar ada jalan keluar yang baik. "Semoga mereka semua cepat sadar, agar kompetisi bisa digulirkan dan kami bisa main," ujarnya.
(bbk)