Soal Piala Kemerdekaan, Pelatih Persija Serahkan Manajemen
A
A
A
JAKARTA - Pelatih Persija Jakarta, Rahmad Darmawan mengungkapkan saat ini yang dibutuhkan pemain dan pelatih klub sepak bola nasional adalah kompetisi yang sifatnya berkesinambungan alih-alih pemerintah mengimingi sejumlah uang kepada klub. Pelatih yang akrab disapa coach RD berharap pemainnya bisa segera merumput di lapangan hijau.
Coach RD saat ini tengah berada di tanah kelahirannya di Lampung, tengah mengikuti acara keluarga, setelah klub yang diasuhnya, Persija Jakarta berhenti berkompetisi sama halnya seperti klub sepak bola lain di Indonesia. Perseturuan antara Kementrian Pemuda dan Olah raga (Kemenpora) dan Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) secara tak langsung menyandera sepak bola dari para pelakunya.
Di tengah kisruh tersebut, pemerintah bermaksud menggelar sebuah turnamen bernama Piala Kemerdekaan dan Piala Presiden, namun belum satu pun klub mendaftar karena turnamen tersebut digelar tanpa melibatkan federasi sepak bola. Menpora Imam Nahrawi kemudian mengatakan, klub yang bersedia mendaftar akan mendapat uang pembinaan sebesar Rp 100 juta dengan total hadiah Rp 10 miliar .
Coach RD melihat hal tersebut dari sisi pelaku olah raga. Menurutnya saat ini yang dibutuhkan pemain dan pelatih adalah pertandingan. Pelatih 48 tahun sebetulnya enggan mengomentari manuver pemerintah untuk "merayu" klub karena menurutnya hal semacam itu merupakan wewenang manajemen.
"Itu (iming-iming uang Rp 100 juta) adalah wewenang manajemen, tapi kalau yang pelatih butuhkan sekarang adalah pertandingan. Pemain juga sangat butuh pertandingan, kita ikut manajemen," kata RD saat dihubungi Sindonews, Selasa (9/6/2015).
Pemain saat ini begitu kehilangan pertandingan, kata RD, sepak bola harusnya dilihat secara luas alih-alih sebatas kompetisi atau turnamen, juga menang atau kalah. "Kalau selama ini ada orang yang bilan 'ngapain main di luar negeri kalau selalu kalah?' saya pikir itu pandangan keliru. Tolak ukur prestasi olah raga setiap negara berbeda-beda. Coba kita lihat, sepak bola mengajarkan kerja sama, tolong menolong dan yang terpenting adalah prinsip sportivitas. Itu yang pemain dan pelatih rindukan saat ini," katanya.
Saat ini kondisi sepak bola nasional masih abu-abu. Pemerintah membekukan federasi kemudian mengambil kendali atas sepak bola dengan membuat turnamen. Sementara itu federasi menggugat surat pembekuan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Pemerintah dalam hal ini Kemenpora tidak bisa menjalankan turnamen karena gugatan tersebut, di saat yang sama PSSI tidak dapat menggulirkan kompetisi karena SK Pembekuan. (Baca juga : Laskar Wong Kito Nilai Piala Kemerdekaan Sama Dengan Tarkam)
Coach RD saat ini tengah berada di tanah kelahirannya di Lampung, tengah mengikuti acara keluarga, setelah klub yang diasuhnya, Persija Jakarta berhenti berkompetisi sama halnya seperti klub sepak bola lain di Indonesia. Perseturuan antara Kementrian Pemuda dan Olah raga (Kemenpora) dan Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) secara tak langsung menyandera sepak bola dari para pelakunya.
Di tengah kisruh tersebut, pemerintah bermaksud menggelar sebuah turnamen bernama Piala Kemerdekaan dan Piala Presiden, namun belum satu pun klub mendaftar karena turnamen tersebut digelar tanpa melibatkan federasi sepak bola. Menpora Imam Nahrawi kemudian mengatakan, klub yang bersedia mendaftar akan mendapat uang pembinaan sebesar Rp 100 juta dengan total hadiah Rp 10 miliar .
Coach RD melihat hal tersebut dari sisi pelaku olah raga. Menurutnya saat ini yang dibutuhkan pemain dan pelatih adalah pertandingan. Pelatih 48 tahun sebetulnya enggan mengomentari manuver pemerintah untuk "merayu" klub karena menurutnya hal semacam itu merupakan wewenang manajemen.
"Itu (iming-iming uang Rp 100 juta) adalah wewenang manajemen, tapi kalau yang pelatih butuhkan sekarang adalah pertandingan. Pemain juga sangat butuh pertandingan, kita ikut manajemen," kata RD saat dihubungi Sindonews, Selasa (9/6/2015).
Pemain saat ini begitu kehilangan pertandingan, kata RD, sepak bola harusnya dilihat secara luas alih-alih sebatas kompetisi atau turnamen, juga menang atau kalah. "Kalau selama ini ada orang yang bilan 'ngapain main di luar negeri kalau selalu kalah?' saya pikir itu pandangan keliru. Tolak ukur prestasi olah raga setiap negara berbeda-beda. Coba kita lihat, sepak bola mengajarkan kerja sama, tolong menolong dan yang terpenting adalah prinsip sportivitas. Itu yang pemain dan pelatih rindukan saat ini," katanya.
Saat ini kondisi sepak bola nasional masih abu-abu. Pemerintah membekukan federasi kemudian mengambil kendali atas sepak bola dengan membuat turnamen. Sementara itu federasi menggugat surat pembekuan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Pemerintah dalam hal ini Kemenpora tidak bisa menjalankan turnamen karena gugatan tersebut, di saat yang sama PSSI tidak dapat menggulirkan kompetisi karena SK Pembekuan. (Baca juga : Laskar Wong Kito Nilai Piala Kemerdekaan Sama Dengan Tarkam)
(bbk)