Turnamen Buatan Menpora Bikin PSMS Galau
A
A
A
MEDAN - Turnamen yang digagas Menteri Pemuda dan Olah Raga (Menpora) Imam Nahrawi membuat PSMS galau. Hingga sekarang PSMS masih menanti islah dari konflik Kemenpora atas sanksi terhadap PSSI. Namun, tidak menutup kemungkinan Ayam Kinantan akan turun di Piala Kemerdekaan jika konflik tak menemui titik terang.
Manajer tim, Andry Mahyar menegaskan, pihaknya belum mengambil sikap terkait turnamen Piala Kemerdekaan. Perkembangan positif dari konflik tersebut, dinantikan pihaknya. “Kami belum mau mengambil keputusan yang terburu-buru (ikut Piala Kemerdekaan). PSMS masih menunggu perkembangan-perkembangan dari kisruh sepak bola PSSI dengan Menpora ini,” jelas Andry, Jumat (12/6/2015).
Dikatakannya, PSMS harus melihat positif dan negatif jika tampil di ajang tersebut. Keputusan kuat tentu menjadi dasar pihaknya apakah memilih atau tidak menjadi bagian di Piala Kemerdekaan. Keputusan itu pula nantinya, akan menjadi nasib bagi PSMS. Dalam hal ini, ia berharap, keputusan tak berdampak dapat merugikan klub yang berdiri sejak 1950 itu.
Diakuinya, jika nantinya PSMS Medan tampil di ajang Piala Kemerdekaan tersebut, akan menjadi hal positif buat tim. Menunggu kompetisi resmi bergulir, ajang tersebut menjadi ujian sesungguhnya bagi Muhammad Zulfikar dkk. “Jangan sampai ada keputusan terburu-buru yang akhirnya merugikan kita. Saat ini seluruh elemen sepak bola Kota Medan sedang bersemangat dan bergairah kembali membangun sepak bola Medan dan PSMS. Makanya sebaiknya kita melihat dulu perkembangan situasi dari polemik ini,” tandasnya.
Pelatih PSMS, Suharto AD menegaskan, dirinya yang melihat dari segi teknis, ajang tersebut potensial untuk dijadikan sebagai tolok ukur kemampuan anak asuhnya. Terlebih lagi, kevakuman kompetisi membuat ajang tersebut sebagai penetrasi dari hasil latihan selama ini. Tentunya, hal ini juga berdampak positif bagi perkembangan pemain sendiri. “Kalau memang ikut di sana memang akan bagus buat persiapan yang kita lakukan selama ini. Pemain akan bertanding dengan lawan sepadan bahkan mungkin lebih baik dari mereka. Secara teknis ini akan bagus buat tim,” jelas Suharto.
Diakuinya, PSMS saat ini masih mempertahankan skuatnya. Terbaru, jajaran pelatih tengah mencari tambahan amunisi baru pasca pencoretan 8 pemain. Yakni, M Yasir, Faisal Azmi, Putra Habibi, Femy, Riskandi Lestaluhu, Imam Baihaqi dan Fajar Fitri Adinata dan Haris Tuharea.
Pasca pencoretan delapan pemain lalu, mereka sedang memburu pemain penggantinya. “Kami juga memang berencana akan melakukan penambahan pemain. Mudah-mudahan pemain yang kita masukan nanti mampu membawa perubahan positif ke performa tim,” pungkasnya.
Seperti diketahui, Menpora Imam Nahrawi menegaskan, pihaknya akan meluncurkan turnamen Piala Kemerdekaan memperebutkan Piala Presiden, Joko Widodo, Agustus mendatang. Ini digelar buntut dari sanksi Kemenpora terhadap PSSI dan juga hukuman dari FIFA, berdampak bagi force majuer. Tak ayal, roda kompetisi pun dianggap selesai sebelum bergulir, tanpa jawara.
Kondisi ini pula yang membuat sebagian besar klub-klub peserta Qatar National Bank (QNB)/Indonesia Super League (ISL) dan Divisi Utama 2015, membubarkan timnya. Praktis tak ada pula ajang sepkabola yang berkelas.
Hadiah bagi pemenang, dirasa cukup mengiurkan bagi klub-klub sepakbola untuk tampil. Total Ro10 miliar digelontorkan bagi pemenang, Rp5 miliar bagi juara satu, Rp3 miliar juara dua dan Rp2 miliar untuk tempat ketiga. Tak hanya itu, Kemenpora juga Rp100 juta untuk seluruh peserta sebagai uang pembinaan.
Manajer tim, Andry Mahyar menegaskan, pihaknya belum mengambil sikap terkait turnamen Piala Kemerdekaan. Perkembangan positif dari konflik tersebut, dinantikan pihaknya. “Kami belum mau mengambil keputusan yang terburu-buru (ikut Piala Kemerdekaan). PSMS masih menunggu perkembangan-perkembangan dari kisruh sepak bola PSSI dengan Menpora ini,” jelas Andry, Jumat (12/6/2015).
Dikatakannya, PSMS harus melihat positif dan negatif jika tampil di ajang tersebut. Keputusan kuat tentu menjadi dasar pihaknya apakah memilih atau tidak menjadi bagian di Piala Kemerdekaan. Keputusan itu pula nantinya, akan menjadi nasib bagi PSMS. Dalam hal ini, ia berharap, keputusan tak berdampak dapat merugikan klub yang berdiri sejak 1950 itu.
Diakuinya, jika nantinya PSMS Medan tampil di ajang Piala Kemerdekaan tersebut, akan menjadi hal positif buat tim. Menunggu kompetisi resmi bergulir, ajang tersebut menjadi ujian sesungguhnya bagi Muhammad Zulfikar dkk. “Jangan sampai ada keputusan terburu-buru yang akhirnya merugikan kita. Saat ini seluruh elemen sepak bola Kota Medan sedang bersemangat dan bergairah kembali membangun sepak bola Medan dan PSMS. Makanya sebaiknya kita melihat dulu perkembangan situasi dari polemik ini,” tandasnya.
Pelatih PSMS, Suharto AD menegaskan, dirinya yang melihat dari segi teknis, ajang tersebut potensial untuk dijadikan sebagai tolok ukur kemampuan anak asuhnya. Terlebih lagi, kevakuman kompetisi membuat ajang tersebut sebagai penetrasi dari hasil latihan selama ini. Tentunya, hal ini juga berdampak positif bagi perkembangan pemain sendiri. “Kalau memang ikut di sana memang akan bagus buat persiapan yang kita lakukan selama ini. Pemain akan bertanding dengan lawan sepadan bahkan mungkin lebih baik dari mereka. Secara teknis ini akan bagus buat tim,” jelas Suharto.
Diakuinya, PSMS saat ini masih mempertahankan skuatnya. Terbaru, jajaran pelatih tengah mencari tambahan amunisi baru pasca pencoretan 8 pemain. Yakni, M Yasir, Faisal Azmi, Putra Habibi, Femy, Riskandi Lestaluhu, Imam Baihaqi dan Fajar Fitri Adinata dan Haris Tuharea.
Pasca pencoretan delapan pemain lalu, mereka sedang memburu pemain penggantinya. “Kami juga memang berencana akan melakukan penambahan pemain. Mudah-mudahan pemain yang kita masukan nanti mampu membawa perubahan positif ke performa tim,” pungkasnya.
Seperti diketahui, Menpora Imam Nahrawi menegaskan, pihaknya akan meluncurkan turnamen Piala Kemerdekaan memperebutkan Piala Presiden, Joko Widodo, Agustus mendatang. Ini digelar buntut dari sanksi Kemenpora terhadap PSSI dan juga hukuman dari FIFA, berdampak bagi force majuer. Tak ayal, roda kompetisi pun dianggap selesai sebelum bergulir, tanpa jawara.
Kondisi ini pula yang membuat sebagian besar klub-klub peserta Qatar National Bank (QNB)/Indonesia Super League (ISL) dan Divisi Utama 2015, membubarkan timnya. Praktis tak ada pula ajang sepkabola yang berkelas.
Hadiah bagi pemenang, dirasa cukup mengiurkan bagi klub-klub sepakbola untuk tampil. Total Ro10 miliar digelontorkan bagi pemenang, Rp5 miliar bagi juara satu, Rp3 miliar juara dua dan Rp2 miliar untuk tempat ketiga. Tak hanya itu, Kemenpora juga Rp100 juta untuk seluruh peserta sebagai uang pembinaan.
(bbk)