Sepak Bola Kisruh, Yogya Terus Lahirkan Pemain Muda
A
A
A
YOGYAKARTA - Potensi atlet sepakbola DIY ternyata tidak dapat di pandang sebelah mata. Di tengah kondisi pengelolaan sepak bola di Indonesia yang semrawut, prestasi membanggakan bisa ditorehkan atlet sepakbola muda DIY yang tergabung dalam Tunas Jogja U15.
Sebanyak 23 pemain yang merupakan kumpulan dari pemain-pemain terbaik sedikitnya delapan Sekolah Sepak Bola di DIY mampu memenangi turnamen Apac Inti se-Jawa dan Kalimantan. Pada kejuaraan yang berlangsung 12-14 Juni lalu di Semarang, saudara muda dari PSIM Yogyakarta tersebut mampu mendapatkan podium terbaik.
Sementara dari 16 tim yang berlaga di kompetisi tersebut, Tunas Jogja menjadi satu-satunya tim yang bukan hasil dari pembinaan yang berlangsung secara formal. "Pesaing kita itu tim-tim bentukan dari akademi. Mereka latihan pagi sore setiap hari. Sementara tim kita ini adalah yang dipersiapkan untuk mengikuti Turnamen Piala Asprov U15 yang diundur hingga setelah lebaran mendatang," tandas Head Coach Tunas Jogja U15, Bettega Dwi Nugroho, Kamis (18/6/2015).
Namun tekat yang kuat untuk tampil maksimal dari pemain-pemain Tunas Jogja U15, skuat yang baru dibentuk beberapa bulan lalu tersebut mampu mencapai hasil maksimal. Kemenangan dengan selisih gol yang cukup besar selalu ditorehkan oleh anak asuh Bettega yang akrab disapa Bebet pada laga tersebut. Termasuk mengalahkan tuan rumah Terang Bangsa Akademia Semarang dengan skor 3-1.
Catatan kemenangan gemilang ditorehkan sejak penyisihan. Penampilan perdana ditutup dengan menjungkalkan tim dari Universitas Diponegoro Semarang dengan skor 2-0. Sementara di partai kedua, talenta-talenta DIY mengalahkan Solo Footbal Academy melalui babak adu pinalti setelah di dua babak bermain imbang.
Di partai ketiga, giliran Aruna Jaya Football Academy dari Salatiga yang dilumat oleh Tunas Jogja dengan skor 4-0. "Setelah partai ketiga kita masuk ke babak delapan besar," tambah Bebet.
Memasuki babak knock out mental pemain semakin terasah dan kemenangan-kemenangan meyakinkan terus diraih. Di delapan besar tim Pro United F|ootball Academy dari Surabaya dilumat tiga gol tanpa balas. Di semifinal, sekali lagi kemenangan harus diraih melalui babak adu pinalti dengan New Bripida Academy Semarang setelah bermain imbang satu sama.
Kemenangan adu pinalti 7-6 melawan New Bripida Academy Semarang mengantarkan Tunas Jogja yang menjadi satu-satunya wakil dari DIY lolos ke final melawan tuan rumah Terang Bangsa Academy Semarang. "Kendati lawan yang dihadapi adalah tuan rumah, kita tetap berupaya tampil maksimal dan terbukti akhirnya memboyong trofi juara," tambah Bebet.
Dengan torehan tersebut Bebet menyebutkan, talenta sepakbola muda di DIY akan bisa berbicara lebih banyak di skala nasional maupun internasional. Terlebih jika di DIY agenda diklat yang dibentuk dengan nama tim Diklat Jogja kembali dihidupkan. Potensi yang ada diyakini bisa berbicara lebih banyak untuk kekayaan sepakbola di Indonesia.
Di tengah karut-marut yang sedang terjadi, optimistis bahwa iklim sepak bola akan kembali membali menjadi salah satu pendorong untuk ingin kembali menghidupkan Diklat Jogja sebagai ajang kawah condrodimuka pemain bola DIY. "Muaranya adalah bisa mengeluarkan talenta-talenta bola yang handal dan bisa berbicara banyak untuk kompetisi setidaknya nasional," pungkas Bebet.
Sebanyak 23 pemain yang merupakan kumpulan dari pemain-pemain terbaik sedikitnya delapan Sekolah Sepak Bola di DIY mampu memenangi turnamen Apac Inti se-Jawa dan Kalimantan. Pada kejuaraan yang berlangsung 12-14 Juni lalu di Semarang, saudara muda dari PSIM Yogyakarta tersebut mampu mendapatkan podium terbaik.
Sementara dari 16 tim yang berlaga di kompetisi tersebut, Tunas Jogja menjadi satu-satunya tim yang bukan hasil dari pembinaan yang berlangsung secara formal. "Pesaing kita itu tim-tim bentukan dari akademi. Mereka latihan pagi sore setiap hari. Sementara tim kita ini adalah yang dipersiapkan untuk mengikuti Turnamen Piala Asprov U15 yang diundur hingga setelah lebaran mendatang," tandas Head Coach Tunas Jogja U15, Bettega Dwi Nugroho, Kamis (18/6/2015).
Namun tekat yang kuat untuk tampil maksimal dari pemain-pemain Tunas Jogja U15, skuat yang baru dibentuk beberapa bulan lalu tersebut mampu mencapai hasil maksimal. Kemenangan dengan selisih gol yang cukup besar selalu ditorehkan oleh anak asuh Bettega yang akrab disapa Bebet pada laga tersebut. Termasuk mengalahkan tuan rumah Terang Bangsa Akademia Semarang dengan skor 3-1.
Catatan kemenangan gemilang ditorehkan sejak penyisihan. Penampilan perdana ditutup dengan menjungkalkan tim dari Universitas Diponegoro Semarang dengan skor 2-0. Sementara di partai kedua, talenta-talenta DIY mengalahkan Solo Footbal Academy melalui babak adu pinalti setelah di dua babak bermain imbang.
Di partai ketiga, giliran Aruna Jaya Football Academy dari Salatiga yang dilumat oleh Tunas Jogja dengan skor 4-0. "Setelah partai ketiga kita masuk ke babak delapan besar," tambah Bebet.
Memasuki babak knock out mental pemain semakin terasah dan kemenangan-kemenangan meyakinkan terus diraih. Di delapan besar tim Pro United F|ootball Academy dari Surabaya dilumat tiga gol tanpa balas. Di semifinal, sekali lagi kemenangan harus diraih melalui babak adu pinalti dengan New Bripida Academy Semarang setelah bermain imbang satu sama.
Kemenangan adu pinalti 7-6 melawan New Bripida Academy Semarang mengantarkan Tunas Jogja yang menjadi satu-satunya wakil dari DIY lolos ke final melawan tuan rumah Terang Bangsa Academy Semarang. "Kendati lawan yang dihadapi adalah tuan rumah, kita tetap berupaya tampil maksimal dan terbukti akhirnya memboyong trofi juara," tambah Bebet.
Dengan torehan tersebut Bebet menyebutkan, talenta sepakbola muda di DIY akan bisa berbicara lebih banyak di skala nasional maupun internasional. Terlebih jika di DIY agenda diklat yang dibentuk dengan nama tim Diklat Jogja kembali dihidupkan. Potensi yang ada diyakini bisa berbicara lebih banyak untuk kekayaan sepakbola di Indonesia.
Di tengah karut-marut yang sedang terjadi, optimistis bahwa iklim sepak bola akan kembali membali menjadi salah satu pendorong untuk ingin kembali menghidupkan Diklat Jogja sebagai ajang kawah condrodimuka pemain bola DIY. "Muaranya adalah bisa mengeluarkan talenta-talenta bola yang handal dan bisa berbicara banyak untuk kompetisi setidaknya nasional," pungkas Bebet.
(bbk)