Spirit 2011
A
A
A
TEMUCO - Setelah 2011, Peru kembali memiliki kesempatan mencapai semifinal Copa America. Syaratnya, La Blanquirroja mengalahkan Bolivia di Estadio Municipal German Becker, Temuco, Jumat (26/6) pagi.
Jika sukses memukul Bolivia, Peru akan ke babak empat besar untuk edisi kedua secara beruntun. Empat tahun lalu di Argentina, mereka juga ke semifinal seusai mengecundangi Kolombia pada perempat final. Bahkan, pada 2011, tim yang saat itu dilatih Sergio Makarian sanggup menempati peringkat 3 seusai mengalahkan Venezuela pada play-off.
Dengan penampilan yang sudah ditunjukkan selama fase grup, para punggawa Peru optimistis bisa mengalahkan Bolivia. Pelatih Ricardo Gareca menilai timnya akan terus berkembang. Nakhoda asal Argentina itu sangat yakin La Blanquirroja dapat mengatasi perlawanan Bolivia dan melaju ke semifinal.
“Saya rasa kami memiliki potensi dan semua orang mengetahuinya. Kami akan semakin baik. Kami menyadari lawan yang kami hadapi lebih berat. Namun, kami yakin akan terus berkembang dan bisa memberikan lebih banyak lagi,” ujar Gareca, dilansir goal.com.
Di Copa America, prestasi terbaik Peru adalah juara pada 1939 dan 1975. Mereka juga pernah enam kali menempati peringkat 3, yaitu pada 1927, 1935, 1949, 1955, 1983, dan 2011. Bahkan, empat tahun lalu, Jose Paolo Guerrero menjadi top skor turnamen dengan 5 gol, mengalahkan Luis Suarez (4 gol) dan Sergio Aguero (3 gol).
Meski percaya diri, mengalahkan Bolivia di turnamen tahun ini diyakini tidak akan mudah. Catatan menunjukkan, sejak menembus final Copa America 1997, mereka sebenarnya tidak pernah meraih kemenangan. Namun, kondisi itu mendadak berubah di Cile tahun ini. Mereka secara mengejutkan mampu menjadi runner-upGrup A dengan mengemas satu kemenangan atas Ekuador.
Guna mewujudkan kemenangan atas Peru, Mauricio Soria, pelatih kepala Bolivia, berjanji akan memaksimalkan skuad yang dimiliki. Edemir Rodriguez, Pablo Escobar, dan Walter Veizaga yang ditarik lebih awal saat melawan Cile, kemungkinan akan diturunkan sejak kick-off. Motivasi Bolivia semakin berlipat.
Pasalnya, El Verde diliputi rasa penasaran lantaran tidak mampu meraih kemenangan pada lima pertemuan terakhir kontra Peru. Bahkan, meski sempat mengalami kekalahan telak dari Cile pada pertandingan terakhir Grup A, Soria menilai para pemain tidak akan terpengaruh.
Dia menegaskan Bolivia kini berkonsentrasi penuh untuk menghadapi Peru. “Rival-rival kami mungkin akan memiliki keraguan terhadap kekuatan kami. Mereka tidak tahu jika Bolivia tampil baik pada dua laga sebelum dikalahkan Cile. Kami akan bermain normal seperti biasanya. Kami mengetahui potensi terbaik yang kami miliki,” ungkap Soria. Pada kompetisi antarnegara Amerika Selatan ini, pencapaian terbaik Bolivia adalah juara pada 1963.
Mereka juga pernah menjadi runner-uppada 1997. Setelah 1997, hasil Bolivia selalu mengecewakan. Mereka selalu kandas di fase grup pada Copa America 1999, 2001, 2004, 2007, dan 2011.
Alimansyah
Jika sukses memukul Bolivia, Peru akan ke babak empat besar untuk edisi kedua secara beruntun. Empat tahun lalu di Argentina, mereka juga ke semifinal seusai mengecundangi Kolombia pada perempat final. Bahkan, pada 2011, tim yang saat itu dilatih Sergio Makarian sanggup menempati peringkat 3 seusai mengalahkan Venezuela pada play-off.
Dengan penampilan yang sudah ditunjukkan selama fase grup, para punggawa Peru optimistis bisa mengalahkan Bolivia. Pelatih Ricardo Gareca menilai timnya akan terus berkembang. Nakhoda asal Argentina itu sangat yakin La Blanquirroja dapat mengatasi perlawanan Bolivia dan melaju ke semifinal.
“Saya rasa kami memiliki potensi dan semua orang mengetahuinya. Kami akan semakin baik. Kami menyadari lawan yang kami hadapi lebih berat. Namun, kami yakin akan terus berkembang dan bisa memberikan lebih banyak lagi,” ujar Gareca, dilansir goal.com.
Di Copa America, prestasi terbaik Peru adalah juara pada 1939 dan 1975. Mereka juga pernah enam kali menempati peringkat 3, yaitu pada 1927, 1935, 1949, 1955, 1983, dan 2011. Bahkan, empat tahun lalu, Jose Paolo Guerrero menjadi top skor turnamen dengan 5 gol, mengalahkan Luis Suarez (4 gol) dan Sergio Aguero (3 gol).
Meski percaya diri, mengalahkan Bolivia di turnamen tahun ini diyakini tidak akan mudah. Catatan menunjukkan, sejak menembus final Copa America 1997, mereka sebenarnya tidak pernah meraih kemenangan. Namun, kondisi itu mendadak berubah di Cile tahun ini. Mereka secara mengejutkan mampu menjadi runner-upGrup A dengan mengemas satu kemenangan atas Ekuador.
Guna mewujudkan kemenangan atas Peru, Mauricio Soria, pelatih kepala Bolivia, berjanji akan memaksimalkan skuad yang dimiliki. Edemir Rodriguez, Pablo Escobar, dan Walter Veizaga yang ditarik lebih awal saat melawan Cile, kemungkinan akan diturunkan sejak kick-off. Motivasi Bolivia semakin berlipat.
Pasalnya, El Verde diliputi rasa penasaran lantaran tidak mampu meraih kemenangan pada lima pertemuan terakhir kontra Peru. Bahkan, meski sempat mengalami kekalahan telak dari Cile pada pertandingan terakhir Grup A, Soria menilai para pemain tidak akan terpengaruh.
Dia menegaskan Bolivia kini berkonsentrasi penuh untuk menghadapi Peru. “Rival-rival kami mungkin akan memiliki keraguan terhadap kekuatan kami. Mereka tidak tahu jika Bolivia tampil baik pada dua laga sebelum dikalahkan Cile. Kami akan bermain normal seperti biasanya. Kami mengetahui potensi terbaik yang kami miliki,” ungkap Soria. Pada kompetisi antarnegara Amerika Selatan ini, pencapaian terbaik Bolivia adalah juara pada 1963.
Mereka juga pernah menjadi runner-uppada 1997. Setelah 1997, hasil Bolivia selalu mengecewakan. Mereka selalu kandas di fase grup pada Copa America 1999, 2001, 2004, 2007, dan 2011.
Alimansyah
(ftr)