Jadi Bumerang, UEFA Lemahkan Aturan Finansial Klub
A
A
A
PRAHA - Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) dipaksa melakukan pelemahan terhadap aturan mereka sendiri yakni Financial Fair Play (FFP), lantaran banyak klub kesulitan memenuhi aturan tersebut dan mendapat sanksi mulai dari pelarangan pendaftaran pemain baru, denda hingga larangan berkompetisi di tingkat Eropa. Akibatnya UEFA melakukan revisi terkait aturan keuangan klub dengan tujuan menarik investor serta memastikan stabilitas keuangan klub.
Aturan yang pertama kali digagas oleh Presiden UEFA, Michael Platini dengan ambisi menjadikan semua keuangan klub di Eropa menjadi sehat mengklaim komersial dalam sepak bola semakin tidak terarah. Karena itu Platini mencoba membuat seperangkat aturan untuk mereformasi sepak bola Eropa. Hasilnya aturan FFP muncul yang mengharuskan pembelian dan penggajian pemain harus bersumber dari pemasukan klub dan tak bisa meminjam dari usaha lain atau dari bank.
(Baca Juga: UEFA selidiki 76 klub terkait aturan finansial)
Tujuannya adalah mencegah terjadinya pengeluaran yang membuat keuangan klub merugi. Mulai 2014 sampai 2017, total kerugian yang ditolerir mencapai 26,3 juta pounds. UEFA akan mengatasi ketat setiap klub dalam tiga tahun ini, karena setelah itu diharapkan setiap klub belajar menyeimbangkan neracanya. Namun nyatanya kritik terhadap FFP bermunculan dalam dua musim kompetisi terakhir. Banyak pengamat menyatakan melarang klub untuk belanja besar, berarti mempertahankan status quo.
Tahun lalu, dua klub besar yaitu Manchester City dan Paris Saint-Germain didenda karena melanggar aturan ini, yang dilberakukan bertahap, agar klub bisa menyesuaikan diri. The Citizens -julukan City- harus menerima denda sebesar 49 juta pounds hingga pembatasan belanja pemain dan pengurangan jumlah skuat mereka di Liga Champions. Namun lantaran banyaknya protes, Komite Eksekutif UEFA melakukan pertemuan di Praha untuk membahas perlunya perubahan dan revisi.
"Akan ada regulasi baru yang bertujuan melakukan perluasan dan penguatan keuangan klub. Tujuan aturan finansial klub tetap sama. Kami terus berkembang dalam kurun waktu empat tahun belakangan dengan lebih banyak penghematan dan kami juga ingin menawarkan peluang perkembangan yang lebih lanjut," jelas Platini.
Aturan yang pertama kali digagas oleh Presiden UEFA, Michael Platini dengan ambisi menjadikan semua keuangan klub di Eropa menjadi sehat mengklaim komersial dalam sepak bola semakin tidak terarah. Karena itu Platini mencoba membuat seperangkat aturan untuk mereformasi sepak bola Eropa. Hasilnya aturan FFP muncul yang mengharuskan pembelian dan penggajian pemain harus bersumber dari pemasukan klub dan tak bisa meminjam dari usaha lain atau dari bank.
(Baca Juga: UEFA selidiki 76 klub terkait aturan finansial)
Tujuannya adalah mencegah terjadinya pengeluaran yang membuat keuangan klub merugi. Mulai 2014 sampai 2017, total kerugian yang ditolerir mencapai 26,3 juta pounds. UEFA akan mengatasi ketat setiap klub dalam tiga tahun ini, karena setelah itu diharapkan setiap klub belajar menyeimbangkan neracanya. Namun nyatanya kritik terhadap FFP bermunculan dalam dua musim kompetisi terakhir. Banyak pengamat menyatakan melarang klub untuk belanja besar, berarti mempertahankan status quo.
Tahun lalu, dua klub besar yaitu Manchester City dan Paris Saint-Germain didenda karena melanggar aturan ini, yang dilberakukan bertahap, agar klub bisa menyesuaikan diri. The Citizens -julukan City- harus menerima denda sebesar 49 juta pounds hingga pembatasan belanja pemain dan pengurangan jumlah skuat mereka di Liga Champions. Namun lantaran banyaknya protes, Komite Eksekutif UEFA melakukan pertemuan di Praha untuk membahas perlunya perubahan dan revisi.
"Akan ada regulasi baru yang bertujuan melakukan perluasan dan penguatan keuangan klub. Tujuan aturan finansial klub tetap sama. Kami terus berkembang dalam kurun waktu empat tahun belakangan dengan lebih banyak penghematan dan kami juga ingin menawarkan peluang perkembangan yang lebih lanjut," jelas Platini.
(akr)