Derby Newells

Sabtu, 04 Juli 2015 - 11:49 WIB
Derby Newells
Derby Newells
A A A
SANTIAGO - Yang menarik dari final Copa America 2015 adalah pertarungan Jorge Sampaoli dengan Gerardo Martino. Pers Argentina menyebutnya sebagai Derby Newell’s atau Derby Rosario.

Disebut Derby Newell’s karena latar belakang kedua pelatih berpaspor Argentina itu yang sama-sama mengawali karier sepak bola sebagai pemain junior Newell’s Old Boys pada 1970-an. Pelatih yang sama-sama kelahiran Rosario di Provinsi Santa Fe (sama dengan Lionel Messi) hanya berselisih usia tiga tahun. Martino membela Newells junior pada 1972- 1980, sedangkan Sampaoli pada 1977-1979.

Berbeda dengan Martino, yang sempat bermain di tim senior Newell’s (Newell’s juga bermarkas di Rosario) dan sejumlah klub di Liga Argentina, Spanyol, Cile, hingga Ekuador, karier Sampaoli sebagai pemain berjalan singkat. Akibat cedera patah tulang fibula, pria berkepala plontos itu pensiun dini pada usia 20 tahun.

Karena faktor Newell’s itu pulalah Sampaoli-Martino memiliki mentor yang sama, yaitu Marcelo Bielsa. Pelatih Olympique Marseille, yang juga legendaris Newell’s, itu cukup memberi Sampaoli-Martino inspirasi. Kala Sampaoli-Martino masih tampil di tim junior, Bielsa sudah menembus tim senior Newell’s. Saat beralih profesi menjadi pelatih, Sampaoli-Martino juga tidak segan belajar langsung dari Bielsa.

“Dari langkah pertama saya di Almirante Brown (klub pertama yang ditukangi Martino) sampai saat ini, jelas sekali saya selalu berharap bisa mengalami perkembangan ke hal-hal yang lebih baik. Tidak bisa dipinggirkan jika saya juga mendapat banyak pelajaran dari Bielsa,” ungkap Martino, dilansir diariouno.com.ar .

Setali tiga uang, Sampaoli juga mengakui pengaruh besar Bielsa. “Saya mengerti sepak bola dengan cara yang sama seperti apa yang kerap dilakukan Bielsa. Saya selalu mencoba bermain dengan kemampuan yang saya miliki. Saya telah mendapat kepercayaan dari Cile dan tentu saja saya tidak boleh melewatkan begitu saja,” kata Sampaoli.

Jika dilihat dari kedekatan dan perkembangan di antara kedua pelatih sejak menjadi pemain junior, laga Cile versus Argentina di Estadio Nacional Julio Martinez Pradanos, Santiago, diyakini akan menampilkan ritme yang hampir sama. Skema menyerang akan dimainkan kedua tim demi meraih hasil terbaik di Copa America tahun ini.

Sepak bola menyerang yang dianut kedua pelatih sebetulnya sudah terasa sejak fase grup hingga semifinal. Cile, misalnya, dari lima kali pertandingan yang telah dilakoni, 13 gol mampu dihasilkan. Sementara Argentina menciptakan 10 gol. Bahkan, enam gol di antaranya bersarang ke gawang Paraguay pada babak 4 besar.

Melihat produktivitas gol yang cukup tinggi di antara kedua tim, baik Cile maupun Argentina kemungkinan besar tidak akan mau menunggu menerima serangan lawan. Tampil agresif sejak peluit babak pertama dibunyikan bisa jadi akan langsung diinstruksikan Sampaoli dan Martino.

Decky irawan jasri
(ftr)
Copyright ©2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4962 seconds (0.1#10.24)